Thursday, May 28, 2020

Makna Wayang gunungan atau Kayon

Dalam sebuah pagelaran wayang di Indonesia selalu ada yang namanya wayang gunungan atau yang sering di sebut dengan Kayon, kenapa di sebut gunungan ? di karenakan mungkin bentuknya yang seperti gunung. Disebut Gunungan karena bentuknya yang seperti gunung berbentuk persegi lima yang terdapat simbol di dalamnya. Gunungan ini dalam legendanya berisi mitos Sangkan Paraning Dumadi, yaitu asal mula kehidupan Kayon. Wayang Kayon diciptakan oleh Sunan Kalijaga salah satu tokoh Wali Songo pada zaman Keraton Demak. Kayon berasal dari kata Kayun, mengandung ajaran filsafat yang tinggi, yaitu ajaran mengenai kebijaksanaan. Hal ini dapat juga diartikan bahwa pertunjukkan wayang juga berisi ajaran filsafat yang tinggi. Wayang Kayon biasanya ditampilkan dalam berbagai permainan wayang di Indonesia
Sumber : Wikipidia

Download Gambar Gunungan Via Google drive

Kayon menjadi sebuah simbol kehidupan. Setiap gambar yang ada di dalamnya melambangkan seluruh alam raya beserta isinya, mulai dari manusia, hewan, hutan, dan perlengkapannya. Dilihat dari bentuknya yang persegi lima, mempunyai makna bahwa segi lima adalah lima waktu yang harus dilaksanakan oleh umat muslim. Sedangkan bentuknya yang seperti gunung meruncing ke atas melambangkan bahwa hidup manusia ini menuju yang di atas, yaitu Allah SWT. Gambar pohon dalam Kayon mengandung makna kehidupan manusia di dunia ini, bahwa Allah SWT telah memberikan pengayoman dan perlindungan kepada umatnya untuk hidup di dunia ini.

Gunungan mempunyai dua jenis yaitu Gunungan Blumbangan (perempuan) dan Gunungan Gapuran (laki-laki). Di balik gunungan Blumbangan ini dapat kita lihat sunggingan yang menggambarkan api sedang menyala. Ini merupakan candrasengkalan yang berbunyi “geni dadi sucining jagad” yang mempunyai arti 3441 dan apabila dibalik menjadi 1443 tahun Saka. Itu diartikan bahwa gunungan tersebut diciptakan oleh Sunan Kalijaga pada tahun 1443 Saka= 1521 Masehi pada masa pemarintahan Raden Patah. Gunugnan Gapuran (Gerbang) sendiri digunakan pada masa pemerintahan Suushunan Pakubuwono 2, dengan sengkalan ” Gapura lima retuning bumi” 1659 J=1734 M.

Disebut gunungan karena bentuknya seperti gunung yang ujung atasnya meruncing. Gunungan ini dalam legendanya berisi mitos sangkan paraning dumadi, yaitu asal mulanya kehidupan ini dan disebut juga kayon. Kata kayon melambangkan semua kehidupan yang terdapat di dalam jagad raya yang mengalami tiga tingkatan yakni:

Tanam tuwuh (pepohonan) yang terdapat di dalam gunungan, yang orang mengartikan pohon Kalpataru, yang mempunyai makna pohon hidup.

Lukisan hewan yang terdapat di dalam gunungan ini menggambarkan hewan- hewan yang terdapat di tanah Jawa.

Kehidupan manusia yang dulu digambarkan pada kaca pintu gapura pada kayon, sekarang hanya dalam prolog dalang saja.

Kayon atau gunungan yang biasanya diletakkan di tangah kadang disamping itu mempunyai beberapa arti, arti dari diletakkannya gunungan ada 3 yakni:

Dipergunakan dalam pembukaan dan penutupan, seperti halnya layar yang dibuka dan ditutup pada pentas sandiwara.

Sebagai tanda untuk pergantian jejeran (adegan/babak).

Digunakan untuk menggambarkan pohon, angin, samudera, gunung, guruh, halilintar, membantu menciptakan efek tertentu (menghilang/berubah bentuk).

Gunungan merupakan simbol kehidupan, jadi setiap gambar yang berada di dalamnya melambangkan seluruh alam raya beserta isinya mulai dari manusia sampai dengan hewan serta hutan dan perlengkapannya. Gunungan dilihat dari segi bentuk segi lima, mempunyai makna bahwa segi lima itu lima waktu yang harus dilakukan oleh agama adapun bentuk gunungan meruncing ke atas itu melambangkan bahwa manusia hidup ini menuju yang di atas yaitu Allah SWT.

Dalam kayon terdapat ukiran-ukiran atau gambar yang diantaranya :

Rumah atau balai yang indah dengan lantai bertingkat tiga melambangkan suatu rumah atau negara yang di dalamnya ada kehidupan yang aman, tenteram dan bahagia.

Dua raksasa kembar lengkap dengan perlengkapan jaga pedang dan tameng. diinterprestasikan bahwa gambar tersebut melambangkan penjaga alam gelap dan terang

Dua naga kembar bersayap dengan dua ekornya habis pada ujung kayon.

Gambar hutan belantara yang suburnya dengan kayu yang besar penuh dengan satwanya.

Gambar ilu-ilu Banaspati melambangkan bahwa hidup di dunia ini banyak godaan, cobaan, tantangan dan mara bahaya yang setiap saat akan mengancam keselamatan manusia.

Pohon besar yang tinggi dibelit ular besar dengan kepala berpaling kekanan.

Dua kepala makara ditengah pohon melambangkan manusia dalam kehidupan sehari mempunyai sifat yang rakus, jahat seperti setan.

Dua ekor kera dan lutung sedang bermain diatas pohon dan dua ekor ayam hutan sedang bertengkar diatas pohon, macan berhadapan dengan banteng.

Menggambarkan tingkah laku manusia.

Kebo = pemalas

Monyet = serakah

Ular = licik

Banteng = lambang roh , anasir tanah , dengan sifat kekuatan nafsu Aluamah

Harimau = lambang roh , anasir api dengan sifat kekuatan nafsu amarah, emosional, pemarah

Naga = lambang Roh , anasir air dengan sifat kekuatan nafsu sufiah

Burung Garuda = lambang Roh , anasir udara dengan sifat kekuatan nafsu Muthmainah.

Gambar raksasa digunakan sebagai lambang kawah condrodimuka, adapun bila dihubungkan dengan kehidupan manusia di dunia sebagai lambang atau pesan terhadap kaum yang berbuat dosa akan di masukkan ke dalam neraka yang penuh siksaan.

Gambar samudra dalam gunungan pada wayang kulit melambangkan pikiran

Gambar api merupakan simbol kebutuhan manusia yang mendasar karena dalam kehidupan sehari-hari akan membutuhkannya.

7 anak tangga: berarti tujuan atau PITUtur (pemberitahuan) bahwa kita semua yang bernama hidup pasti mati ” kullu nasi dha ikhotul maut “.

Gerbang/pintu selo manangkep: pintu alam kubur yang kita tuju.

Pohon hayat: jalan hidup seseorang yang lurus dan mempunyai 4 anak cabang yang menjadi perlambang nafsu kita dan banyak anak cabangnya.

Sedangkan dari filosofi bentuk adalah : bentuk gunungan sendiri menyerupai serambi bilik kiri yang ada di dalam tubuh kita, itu mungkin mempunyai makna kalau kita harus menjaga apapun yang ada di dalam hati kita hanya kepada sang pencipta. Dan yang lebih hebat lagi adalah dari segi bentuk yang persisi dengan “mustoko” di atas masjid yang ada banyak di negara kita. itu perlambang dari sipembuat untuk kita supaya menjaga hati kita secar lurus (seperti pohon) kepada masjid/agama/tuhan.

Gunungan bisa diartikan lambang Pancer, yaitu jiwa atau sukma, sedang bentuknya yang segitiga mengandung arti bahwa manusia terdiri dari unsure cipta, rasa dan karsa. Sedangkan lambang gambar segi empat lambing sedulur papat dari anasir tanah, api , air, udara.

Gunungan atau kayon merupakan lambang alam bagi wayang, menurut kepercayaan hindu, secara makrokosmos gunungan yang sedang diputar-putar oleh sang dalang, menggambarkan proses bercampurnya benda-benda untuk menjadi satu dan terwujudlah alam beserta isinya. Benda-benda tersebut dinamakan Panca Maha Bhuta, lima zat yakni: Banu (sinar-udara-setan), Bani (Brahma-api), Banyu (air), Bayu (angin), dan Bantala (bumi-tanah).

Makara yang terdapat dalam pohon Kalpataru dalam gunungan tersebut berarti Brahma mula, yang bermakna bahwa benih hidup dari Brahma. Lukisan bunga teratai yang terdapat pada umpak (pondasi tiang) gapura, mempunyai arti wadah (tempat) kehidupan dari Sang hyang Wisnu, yakni tempat pertumbuhan hidup.

Berkumpulnya Brahma mula dengan Padma mula kemudian menjadi satu dengan empat unsur, yaitu sarinya api yang dilukiskan sebagai halilintar, sarinya bumi yang dilukiskan dengan tanah di bawah gapura, dan sarinya air yang digambarkan dengan atap gapura yang menggambarkan air berombak.

Dari kelima zat tersebut bercampur menjadi satu dan terwujudlah badan kasar manusia yang terdiri dari Bani, Banyu, Bayu, dan Bantala, sedang Banu merupakan zat makanan utamanya.

Tuesday, May 26, 2020

Pencipta lagu paringono Sabar - Happy Asmara

Judul             : Paringono Sabar
Artis              : Happy Asmara
Pencipta       : Wawan Sudjono

Opo kowe wis ora kelingan
Karo janjimu naliko pacaran
Rabakal ninggalke sanajan akeh pacoban
Angon roso sayang nganti ing pelaminan

Jebul janjimu rabiso digugu
Wis tak pasrahke urip lan matiku
Janjimu mbiyen ora bakal ninggalke
Nanging nyatane janjimu amung ing lambe

Duh gusti senajan sampun bubar paringono sabar
Gusti ampun ngantos ambyar
Lakonku sing wis kesel berjuang
Sing wis kebacut sayang tapi aku dia tinggalkan

Jebul janjimu rabiso digugu
Wis tak pasrahke urip lan matiku
Janjimu mbiyen ora bakal ninggalke
Nanging nyatane janjimu amung ing lambe

Duh gusti senajan sampun bubar paringono sabar
Gusti ampun ngantos ambyar
Lakonku sing wis kesel berjuang
Sing wis kebacut sayang tapi aku dia tinggalkan

Duh gusti senajan sampun bubar paringono sabar
Gusti ampun ngantos ambyar
Lakonku sing wis kesel berjuang
Sing wis kebacut sayang tapi aku dia tinggalkan

Asal-usul Wayang Antasena - asli buatan pujangga jawa

Raden Antasena adalah putra Arya Wekudara yang ketiga dengan Dewi Urangayu, putri Sanghyang Baruna, dewi ikan yang berkedudukan di Kisiknarmada. Pertemuan Bima dengan Dewi Urangayu terjadi ketika Resi Druna menguji siswanya di perguruan Sokalima. Saat itu Werkudara diadu dengan duryudana, karena kalah dalam menggunakan gada, Duryudana sakit hati. Ia menyuruh Dursasana agar melenyapkan Werkudara.
Dursasana pura-pura mengadakan pesta memeriahkan pendadaran siswa Sokalima tadi. Dalam pesta itu Werkudara memeriahkan pendadaran siswa Sokalima tadi. Dalam pesta itu Werkudara diajak minum tuak. Karena terlalu banyak minum, Aryaa Sena mabuk dan jatuh pingsan. Dalam keadaan pingsan itulah tubuh Sena diikat lalu diceburkan ke dalam sungai Jamuna. Tubuh Bima hanyut hingga ke Kisik narmada (pertemuan sungai Jamuna dan sungai Gangga). ia ditolong oleh Batara Baruna dan disembuhkan dengan air Rasakunda. Akhirnya Arya Bima dijodohkan dengan putrinya Dewi Urangayu adik Urang Rayung yang menjadi istri Anoman dan berputera Trigangga. Perkawinan Bima dengan Dewi Urangayu inilah akhirnya Arya Sena berputera Raden Antasena, berkedudukan di Kisik Narmada ikut kakeknya.
Bersamaan lahirnya Antasena, kahyangan Suralaya sedang digempur angkatan dari Girikadasar di bawah kekuasaan raja Kalalodra. namun raja raksasa berwajah ikan itu dapat dibinasakan oleh Antasena yang saat itu masih bocah. Dengan keberhasilan menumpas musuh dewa tersebut, Resi Mintuna (kakek Antasena) diangkat menjadi dewa menguasai ikan dengan gelar Batara Baruna.

Ketika Resi Bisma menyelenggarakan perlombaan membuat sungai menuju bengawan Gangga, Kurawa dan Pandawa saling berlomba. Werkudara dibantu pasukan dari Kisik Narmada yang dipimpin oleh Antasena berhasil membuat sungai yang kemudian oleh Bisma diberi nama Sungai Serayu. Kurawa hanya mampu membuat sungai yang tembus ke kali Serayu, maka sungai itu dinamakan Kelawing atau terbalik. Nama Kelawing dalam pedalangan disebut Kali Cingcinggoling.

Ketika usai perlombaan, Kurawa yang sakit hati kembali berusaha ingin membinasakn Pandawa. Ia bersekutu dengan raja Girisamodra Prabu Gangga Trimuka. Atas bujuk Sengkuni, Gangga Trimuka akan menguasai Tribuwana jika dapat membunuh padanwa sebagai tumbalnya. Prabu Gangga Trimuka kemudian menangkap Pandawa dan dipenjara ke dalam gedung kaca bernama Kongedah, sehingga Pandawa mati lemas di dalam penjara gedung kaca tadi.

Mengetahui Pnadawa dipenjara, Antasena melabrak raja Girisamodra. Prabu Gangga Trimuka dibinasakan dengan belai upas (sungut upas Jw.) dan Pandawa dikeluarkan dari Kongedah. Melihat kondisi Pandawa mati lemas, Antasena segera menghidupkan kembali dengan air kehidupan Madusena. Atas kemufakatan Pandawa, negara Girisamodra kemudian diserahkan kepada Antasena.

Tidak berbeda dengan Antareja, kakaknya. Antasena juga memiliki sisik pada kulitnya yang berfungsi untuk menangkal senjata tajam. Keduanya juga dapat membenamkan diri ke dalam tanah dan tak akan mati jika tubuhnya masih menyinggung air ataupun tanah. Dalam pedalangan, Antasena kawin dengan Dewi Manuwati, putri Arjuna dan Dewi manuhara.

Akhir riwayat Antasena diceritakan sebagai berikut: Pada waktu perang bharatayudha hampir terjadi, Antasena menghadap Sanghyang Wenang di kahyangan Alang-alang Kumitir. ia menanyakan tentang dirinya, bagaimana sikapnya menghadapi perang bharatayudha. Sanghyang Wenang menjelaskan bahwa Antasena tidak terdaftar di dalam kitab Jitapsara, bahakan oleh Sanghyang Wenang, ia dilarang terjun ke medan tempur. Apabila Antasena terjun, Pandawa justru akan mengalami kekalahan. Antasena dianjurkan menjadi tawur keluarga demi kejayaan Pandawa, akhirnya putra Bima itupun menurut. Sanghyang Wenang lalu memandang tubuh Antasena, yang semakin lama semakin kecil lalu hilang muksa ke alam nirwana. Bentuk/Wandanya : Bujang.

Monday, May 25, 2020

Karna | mengenal tokoh pewayangan Adipati Karna

Karna adalah salah satu tokoh penting dalam Mahabharata. Ia adalah putra tertua Kunti, sehingga merupakan saudara seibu Pandava dan merupakan yang tertua dari keenam saudara tersebut. Walaupun Duryodhana menunjuknya sebagai raja Anga, perannya dalam kisah Mahabharata jauh melebihi peran seorang raja. Karna bertarung di pihak Kaurava dalam perang di Kurukshetra.
Semasa mudanya, Kunti merawat resi Durvasa selama satu tahun. Sang resi sangat senang dengan pengabdian yang diberikan olehnya sehingga memberikan anugerah untuk memanggil salah satu dari para dewa dan dewa yang dipilihnya tersebut akan memberiknya seorang putra yang mempunyai sifat baik menyamai dewa tersebut. Karena ragu-ragu apakah anugerah tersebut benar, Kunti, selagi masih belum menikah, memutuskan untuk mencoba mantra tersebut dan memanggil dewa matahari, Surya. Ketika Surya menampakkan diri didepannya, Kunti terpesona. Karena terikat mantra Durvasa, Surya memberinya seorang anak secemerlang dan sekuat ayahnya, walaupun Kunti sendiri tidak menginginkan anak. Dengan kesaktian Surya, Kunti tetap tidak ternodai keperawanannya. Sang bayi adalah Karna, lahir dengan baju besi dan anting-anting untuk melindunginya.

Kunti kini berada dalam posisi yang memalukan sebagai seorang ibu seorang anak tanpa ayah. Karena tidak mau menanggung malu ini, ia meletakkan Karna ke dalam keranjang dan menghanyutkannya bersama dengan perhiasannya (mirip dengan kisah Nabi Musa), berdoa agar bayi tersebut selamat.

Bayi Karna terhanyut di sungai dan ditemukan oleh seorang pengemudi kereta bernama Adhiratha, seorang Suta (campuran antara Brahmin dengan Khsatriya). Adhiratha dan istrinya Radha membesarkan Karna sebagai anak mereka dan memberinya nama Vasusena karena baju besi dan antingnya. Mereka mengetahui latar belakang Karna dari perhiasan yang ditemukan bersamanya, dan tidak pernah menyembunyikan kenyataan bahwa mereka bukan orang tua Karna yang sebenarnya. Karna juga disebut Radheya karena nama ibunya Radha. Adiknya, Shon, lahir dari Adhiratha dan Radha setelah kedatangan Karna.

Ikatan antara Karna dan keluarga angkatnya merupakan hubungan berdasarkan cinta dan rasa hormat yang murni. Karna menghormati Adhiratha di depan teman-teman khsatriyanya, dan dengan penuh rasa cinta tetap melaksanakan tugasnya sebagai seorang anak dalam keluarga angkatnya meskipun ia telah menjadi raja Anga dan mengetahui asal usul kelahirannya.

Karna ingin menjadi seorang prajurit besar. Maka ia mengembara ke Hastinapura bersama dengan ayah dan adik angkatnya. Di sana menguasai ilmu kanuragan dengan belajar kepada Drona, walaupun ia belajar tidak bersama dengan para pangeran (Pandava dan Kaurava) karena dipandang berasal dari kasta yang rendah. Karna menguasai semua ilmu yang diajarkan, terutama ilmu memanah. Ketika Pandava diusir ke hutan selama 14 tahun, Duryodhana meminta Karna untuk menguasai Brahmastra, salah satu senjata terkuat yang ada. Hanya beberapa orang yang mengetahui hal ini termasuk Drona, Arjuna, Bhisma dan Ashwathama (anak Drona). Ia pertama-tama mendekati Drona, guru Pandava dan Kaurava, tetapi Drona menolak untuk mengajarinya karena kastanya yang rendah. Ia kemudian meminta Parashurama, guru besar yang lain, untuk mengajarinya seni berperang terutama untuk mnguasai Bhramashtra. Parashurama tidak akan mengajari seorang khsatriya karena rasa bencinya pada kaum khsatriya yang telah membunuh orang tuanya. Maka untuk mendapatkan ilmu, Karna berbohong tentang asal usulnya dan mengaku sebagai seorang Brahmin.

Sunday, May 24, 2020

cerita tentang gatotkaca-miniatur wayang gatotkaca

Raden Gatotkaca adalah putera Raden Wrekudara, Pandawa yang kedua. Kesaktiannya dikisahkan luar biasa, antara lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap, serta terkenal dengan julukan "otot kawat tulang besi".
Ibunya seorang putri raksasa bernama Dewi Arimbi . Arimbi bukan sekadar penghuni hutan biasa, melainkan putri Prabu Tremboko dari Kerajaan Pringgadani, negeri bangsa rakshasa.

Gambar Gatot kaca untuk membuat miniatur wayang
ukuran kertas A4 

Download Google Drive Gambar Gatot Kaca


Kisah kelahiran Gatotkaca
Kisah kelahiran Gatotkaca dikisahkan secara tersendiri dalam pewayangan Jawa. Namanya sewaktu masih bayi adalah Jabang Tetuka. Sampai usia satu tahun tali pusarnya belum bisa dipotong walau menggunakan senjata apa pun.

Arjuna (adik Bimasena) pergi bertapa untuk mendapatkan petunjuk dewa demi menolong nasib keponakannya itu. Namun pada saat yang sama Karna, panglima Kerajaan Hastina juga sedang bertapa mencari senjata pusaka.
Karena wajah keduanya mirip, Batara Narada selaku utusan kahyangan memberikan senjata Kontawijaya kepada Karna, bukan kepada Arjuna. Setelah menyadari kesalahannya, Narada pun menemui Arjuna yang sebenarnya. Arjuna lalu mengejar Karna untuk merebut senjata Konta.

Pertarungan pun terjadi. Karna berhasil meloloskan diri membawa senjata Konta, sedangkan Arjuna hanya berhasil merebut sarung pembungkus pusaka tersebut. Namun sarung pusaka Konta terbuat dari Kayu Mastaba yang ternyata bisa digunakan untuk memotong tali pusar Tetuka.

Sunday, May 17, 2020

Membuat Miniatur Wayang Arjuna


Arjuna sangat dikenal dengan ketampanan dan kelembutannya hatinya. Sehingga banyak pengisah pewayangan (dalang) menggambarkan gaya bicara tokoh ini sangat halus. Ia juga merupakan seorang satria yang suka menolong dan hobi pertapa.
Arjuna adalah putra dari pasangan Prabu Pandudewata dan Dewi Kunti yang merupakan titisan dari Batara Indra. Karena ketampanannya, Arjuna memiliki banyak istri yaitu: Sembrada, Srikandi, Larasati, Dresanala, hingga Dewi Supraba dari kahyangan pun ia
peristri. Ia juga mempunyai anak-anak yang tampan, berjiwa ksatria, berbudi luhur.

Senjata andalan yang dimilki Arjuna adalah Keris Pulanggeni, panah Pasopati, panah Sarotama dan keris Kalanadah. Selaian itu Arjuna juga memiliki ajian atau kesaktian yaitu Malayabumi atau menghilang melihat alam jin. Ia Arjuna juga memiliki ajian sepi/saefi angin di mana ia dapat berlari secepat angin (teleportasi).
Arjuna: Kisah, Biografi, Keluarga, Istri, dan Kesaktiannya
Arjuna pernah menjadi jagonya sewaktu membunuh raja raksasa yang sakti, Prabu Niwatakawaca. Ia membunuhnya dengan panah Pasopati yang ia dapat saat bertapa di Gunung Indrakila dari Dewa Brahma. Saat itu, Dewa Brahma menganugerahkan Dewi Dresnala dan panah tersebut. Selain itu, Dewa juga memberi anugerah Batari Supraba dan menjadi raja di Kaindran.
Dalam perang Baratayuda musuh Arjuna adalah Basukarna yang sebenarnya merupakan kakaknya sendiri. Sebenarnya ia tak mau melawan saudara sulungnya tersebut. Namun dengan ajaran keutamaan ksatria dari Kresna, Arjuna melawan dan membunuhnya dengan panah Pasopati.

Arjuna pada jaman Barata mempunyai predikat Lananging Jagat karena diakui sebagai ksatria tiada duanya. Namun beberapa dalang menafsirkan itu karena ia beristri banyak. Lananging jagat itu mengandung arti: pahlawan ulung yang benar-benar ksatria serta menguasai hal ikhwal seluk beluk kehidupan di Madyapada.



Miniatur wayang kulit Gareng dari kertas - Nala Gareng


Nama lengkap dari Gareng sebenarnya adalah Nala Gareng, hanya saja masyarakat sekarang lebih akrab dengan sebutan “Gareng”.
Gareng adalah punakawan yang berkaki pincang. Hal ini merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam bertindak. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain. Diceritakan bahwa tumit kanannya terkena semacam penyakit bubul.
Dalam suatu carangan Gareng pernah menjadi raja di Paranggumiwayang dengan gelar Pandu Pragola. Saat itu dia berhasil mengalahkan prabu Welgeduwelbeh raja dari Borneo yang tidak lain adalah penjelmaan dari saudaranya sendiri yaitu Petruk.
Dulunya, Gareng berujud ksatria tampan bernama Bambang Sukodadi dari pedepokan Bluktiba. Gareng sangat sakti namun sombong, sehingga selalu menantang duel setiap satriya yang ditemuinya. Suatu hari, saat baru saja menyelesaikan tapanya, ia berjumpa dengan satriya lain bernama Bambang Panyukilan. Karena suatu kesalahpahaman, mereka malah berkelahi. Dari hasil perkelahian itu, tidak ada yang menang dan kalah, bahkan wajah mereka berdua rusak. Kemudian datanglah Batara Ismaya (Semar) yang kemudian melerai mereka. Karena Batara Ismaya ini adalah pamong para ksatria Pandawa yang berjalan di atas kebenaran, maka dalam bentuk Jangganan Samara Anta, dia (Ismaya) memberi nasihat kepada kedua ksatria yang baru saja berkelahi itu.

Karena kagum oleh nasihat Batara Ismaya, kedua ksatria itu minta mengabdi dan minta diaku anak oleh Lurah Karang Dempel, titisan dewa (Batara Ismaya) itu. Akhirnya Jangganan Samara Anta bersedia menerima mereka, asal kedua kesatria itu mau menemani dia menjadi pamong para kesatria berbudi luhur (Pandawa), dan akhirnya mereka berdua setuju. Gareng kemudian diangkat menjadi anak tertua (sulung) dari Semar.

Dalam wayang golek (wayang versi Sunda), tokoh Gareng adalah anak terakhir dari Semar. Sama seperti tokoh Astrajingga dan Dawala, tokoh ini biasanya dikeluarkan sebagai hiburan untuk penonton.

Gareng dengan tanda kurung (bungsu) ini dipakai untuk membedakannya dengan Gareng pada wayang Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gareng pada wayang Jawa Tengah dan Jawa Timur ini adalah anak pertama dari Semar.
Riwayat Gareng
Gareng biasanya disebut sebagai anaknya Semar, dan masuk dalam golongan punakawan. Aslinya, Gareng bernama Bambang Sukskati, putra Resi Sukskadi dari padepokan Bluluktiba. Bertahun-tahun Bambang Sukskati bertapa di bukit Candala untuk mendapatkan kesaktian. Setelah selesai tapanya, ia kemudian minta ijin pada ayahnya untuk pergi menaklukan raja-raja.

Di tengah perjalanan Bambang Sukskati bertemu dengan Bambang Panyukilan, putra Bagawan Salantara dari padepokan Kembangsore. Karena sama-sama congkaknya dan sama-sama mempertahankan pendiriannya, terjadilah peperangan antara keduanya. Mereka mempunyai kesaktian yang seimbang, sehingga tiada yang kalah dan menang. Mereka juga tak mau berhenti berkelahi walau tubuh mereka telah saling cacad tak karuan. Perkelahian baru berakhir setelah dilerai oleh Semar/Sanghyang Ismaya. Karena sabda Sanghyang Ismaya, berubahlah wujud keduanya menjadi sangat jelek. Tubuh Bambang Sukskati menjadi cacad. Matanya juling, hidung bulat bundar, tak berleher, perut gendut, kaki pincang, tangannya bengkok/tekle/ceko (Jawa). Oleh Sanghyang Ismaya namanya diganti menjadi Nala Gareng, sedangkan Bambang Panyukilan menjadi Petruk.

Nala Gareng menikah dengan Dewi Sariwati, putri Prabu Sarawasesa dengan permaisuri Dewi Saradewati dari negara Salarengka, yang diperolehnya atas bantuan Resi Tritusta dari negara Purwaduksina. Nala Gareng berumur sangat panjang, ia hidup sampai jaman Madya.

Gareng dan Makna Filosofisnya
Gareng ialah anak Gandarwa (sebangsa jin) yang diambil anak angkat pertama oleh Semar. Nama lain gareng adalah : Pancalpamor ( artinya menolak godaan duniawi ) Pegatwaja ( artinya gigi sebagai perlambang bahwa Gareng tidak suka makan makanan yang enak-enak yang memboroskan dan mengundang penyakit. Nala Gareng (artinya hati yang kering, kering dari kemakmuran, sehingga ia senantiasa berbuat baik).

Gareng adalah punakawan kedua setelah Semar. ciri fisik Gareng :
1. Mata juling :
    artinya tidak mau melihat hal-hal yang mengundang kejahatan/ tidak baik.
2. Tangan ceko (melengkung) :
     artinya tidak mau mengambil/ merampas hak orang lain.
3. Sikil gejik (seperti pincang)
    artinya selalu penuh kewaspadaan dalam segala perilaku.

Gareng senang bercanda, setia kepada tuannya, dan gemar menolong. Dalam pengembaraannya pernah menjadi raja bernama Prabu Pandu Bergola di kerajaan Parang Gumiwang. Ia sakti mandraguna, semua raja ditaklukkannya. Tetapi ia ingin mencoba kerajaan Amarta ( tempat ia mengabdi ketika menjadi punakawan).Semua satria pandawapun dikalahkannya. Sementara itu Semar, Petruk dan Bagong sangat kebingungan karena kepergian Gareng.
Untunglah Pandawa mempunyai penasehat yang ulung, yaitu Prabu Kresna. Ia menyarankan kepada Semar, jika ia ingin bertemu dengan Gareng relakanlah Petruk untuk untuk menghadapi Pandu Bergola. Semar tanggap dengan ucapan Kresna, sedangkan hati Petruk menjadi ciut nyalinya. Petruk berfikir Semua raja juga termasuk Pandawa saja dikalahkan Pandu Bergola, apa jadinya kalau dia yang menghadapinya. Melihat kegamangan Petruk, Semar mendekat dan membisikkan sesuatu kepadanya. Setelah itu petruk menjadi semangat  dan girang, kemudian ia berangkat menghadapi Pandu Bergola.

Saat Pandu Bergola sudah berhadapan dengan Petruk, ia selalu membelakangi ( tidak mau bertatap muka), jika terpaksa bertatap muka ia selalu menunduk. Tetapi Petruk senantiasa mendesak untuk bertanding. Akhirnya terjadilah perang tanding yang sangat ramai, penuh kelucuan dan juga kesaktian. Saat pergumulan terjadi Pandu Bergola berubah wujud menjadi Gareng. Tetapi Petruk belum menyadarinya. Pergumulan terus berlanjut sampai pada akhirnya Semar memisahkan keduanya. Begitu tahu wujud asli Pandu Bergola Petruk memeluk erat-erat kakaknya (Gareng) dengan penuh girang. semua keluarga Pandawa ikut bersuka cita karena abdinya telah kembali.
Gareng ditanya oleh Kresna, mengapa melakukan seperti itu. ia menjawab bahwa dia ingin mengingatkan tuan-tuannya (Pandawa), jangan lupa karena sudah makmur sehingga kurang/ hilang kehati-hatian serta kewaspadaannya. Bagaimana jadinya kalau negara diserang musuh dengan tiba-tiba? negara akan hancur dan rakyat menderita. Maka sebelum semua itu terjadi Gareng mengingatkan pada rajanya. Pandawa merasa gembira dan beruntung punya abdi seperti  Gareng.
Makna yang terkandung dalam kisah Gareng adalah :

1. Jangan menilai seseorang dari wujud fisiknya. Budi itu terletak di hati, watak tidak tampak pada wujud fisik tetapi pada tingkah dan perilaku. Belum tentu fisiknya cacat hatinya jahat.
2. Manusia wajib saling mengingatkan.
3. Jangan suka merampas hak orang lain.
4. Cintailah saudaramu dengan setulus hati.
5. Kalau bertindah harus dengan penuh perhitungan dan hati-hati.

Saturday, May 16, 2020

miniatur wayang semar dan asal usul semar

SEMAR

SEMAR
Dalam cerita pewayangan, ternyata tokoh Semar ini mendapatkan posisi terhormat dalam karakternya. Ia adalah seorang penasihat sekaligus pengasuh para ksatria. Selain itu, karakter Semar ini merupakan tokoh dengan karakter yang sederhana, jujur, tulus, berpengetahuan, cerdas, cerdik, juga memiliki mata batin yang begitu tajam.
Semar adalah pimpinan empat sekawan ‘Punakawan’. Sepintas memang tokoh Semar sebatas melucu dan pereda ketegangan penonton di tengah malam. Namun, menurut Sobirin bahwa dulu Sang Hyang Wenang menciptakan Hantigo berupa telur. Cangkangnya itu Togog, sedang putihnya menjadi Semar. Sedangkan kuningnya menjadi Batara Guru.
Semar yang memiliki badan gemuk tak jelas laki-laki atau perempuan. Hal tersebut menunjukan bahwa manusia pada dasarnya tidak ada yang sempurna dan masing-masing memiliki ciri khas. Kesempurnaan hanya milik Tuhan.
Umumnya, masyarakat mengenal bahwa Semar adalah putra Sang Hyang Wisesa yang mana memiliki anugerah Mustika Manik Astagina dan delapan daya. Delapan daya itu adalah tidak pernah mengantuk, tidak pernah lapar, tak pernah jatuh cinta, tak pernah sedih, tak pernah capek, tak pernah sakit, tak pernah kepanasan, dan tak tak pernah kedinginan.

Sejarah Eyang Semar
Menurut pendapat seorang sejarawan, Prof. Dr. Slamet Muljana, tokoh Semar ini pertama kali ditemukan di dalam karya sastra pada zaman kerajaan Majapahit yang berjudul Sudamala. Karya sastra tersebut dalam bentuk kakawin juga dipahat dalam bentuk relief di Candi Sukuh yang dibuat tahun 1439.
Tokoh Semar ini merupakan hamba atau abdi tokoh utama dalam kisah Sahadewa yang merupakan sosok dari keluarga Pandawa. Tentunya, Semar bukan hanya sebagai pengikut semata, melainkan juga sebagai penghibur lara dalam mencairkan suasana yang tegang.
Di zaman berikutnya, saat kerajaan-kerajaan Islam mulai berkembang di Pulau Jawa, pewayangan pun mulai digunakan sebagai media dakwah. Salah satunya adalah kisah Mahabarata yang mana kisah tersebut sudah melekat di benak masyarakat Jawa. Salah satu Ulama yang menggunakan wayang sebagai media dakhwa adalah Sunan Kalijaga. Di dalam dakwahnya, Semar masih tetap ada, bahkan lebih dominan dibandingkan dengan kisah Sudamala.
Kemudian, di era selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat, di mana para Pujangga Jawa mulai mengkisahkan Semar bukan sebagai rakyat jelata saja, melainkan juga sebagai jelmaan Batara Ismaya yang merupakan kakanya Batara Guru alias rajanya para dewa.
Banyak sekali versi yang menkisahkan asal usul Semar. Namun sebagian besar mengatakan bahwa Semar adalah jelmaan Dewa.
Seperti yang ditulis dalam naskah Serat Kanda yang mengkisahkan penguasa kahyangan adlah Sang Hyang Nurrasa dan memiliki dua putra yang bernama Sanghyang Tunggal dan Sang Hyang Wenang. Karena Sang Hyang Tunggal berwajah jelek, maka tahta kahyangan pun diturunkan ke Sang Hyang Wenang. Kemudian, tahta diwariskan lagi ke putranya yang bernama Batara Guru, hingga Sang Hyang Tunggal pun menjadi pengasuh para ksatria turunan Batara Guru, dengan nama Semar.
Tokoh yang selalu muncul di setiap kisah pewayangan, apapun judulnya dan apapun kondisinya. Dia selalu ada. Di kalangan masyarakat Jawa, ternyata tokoh wayang Semar bukan hanya sebagai fakta historis saja, melainkan lebih ke simbolis dan mitologis tentang ke-Esa-an. Di mana merupakan simbol dari pengejawantahan ekspresi, pengertian, dan persepsi tentang ke-Tuhan-an dan lebih ke konsep spiritual.
Bisa dikatakan bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah merupakan masyarakat yang religius dan ke-Tuhan-an yang Maha Esa.

Filosofi Kata Bijak Ki Semar
Di setiap pementasan wayang, Semar selalu menyampaikan kata-kata bijaknya yang sifatnya lebi hke umum. Sehingga kata-kata bijak Semar masih relevan dengan siapapun dan kapanpun. Berikut ini adalah beberapa kata bijak Semar.
Urip iku Urup
Yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah Hidup itu Menghidupi. Hidup itu harus bisa memberikan manfaat pada semua orang di sekitar kita. Di sinilah kenapa hidup itu menghidupi. Agar hidup kita lebih bermakna, maka kita harus bermanfaat bagi setiap orang di sekitar kita.

Sura Dira Jaya Jayaningrat, Leburing Dening Pangastuti Jika di-Indonesiakan, maka artinya semua sifat picik, keras hati, dan angkara murka di dalam diri kita hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijaksana, sabar, dan lembut hati. Ibarat api tidak bisa dipadamkan dengan api. Perlu air untuk memadamkannya. Begitu juga dengan sifat jelek kita, harus kita redam dengan sifat baik kita, yaitu dengan kebijaksanaan, rendah hati, dan sabar.
Datan Sering Lamun Ketaman, Datang Susah Lamun Kelangan
Kata bijak Semar yang satu ini memiliki makna, bahwa jangan bersedih saat mengalami musibah yang menimpa kita, juga jangan sedih jika kita sedang kehilangan sesuatu. Karena semua akan kembali kepada-Nya. Inilah hakikat hidup.
Itulah beberapa kata bijak dari Semar yang sering dilontarkan saat pementasan wayang di malam hari. Biasanya saat penutupan, kata-kata itu terlontar sebagai makna kehidupan dan acuan kita menjalani hidup yang haqiqi.

Kesaktian Semar: Senjata Kentut
Kesaktian Semar Mesem Menurut Islam Yang SebenarnyaMeskipun Semar hanya rakyat biasa dan menjadi Punakawan para ksatria dan raja, tapi Semar memiliki kesaktian yang melebihi kemampuan Batara Guru, rajanya para dewa. Di mana Semar selalu bisa mengatasi kesaktian Batara Guru yang selalu mengganggu Pandawa Lima saat dalam asuhan Semar.
Ada lagi senjata yang paling ampuh yang dimiliki Semar, yaitu ‘kentut’. Kentut berasal dari dalam diri Semar itu sendiri, sehingga senjata ini bersifat dari pribadi Semar dan bukan alat yang dibuat oleh manusia. Senjata ini pun bukan untuk membunuh, melainkan untuk menyadarkan.
Dalam satu kisahnya, Semar menggunakan senjata ‘kentut’ saat melawan resi yang tidak bisa dikalahkan oleh Pandawa Lima. Di mana ujungnya tidak ada yang kalah, tidak ada yang menang, melainkan semuanya sadar kembali dalam perwujudan semula. Semar sendiri menggunakan senjata ‘kentut’ ini ketika ia sudah tidak bisa mengatasi masalah dengan senjata lain.
Kesaktian Semar Mesem Asli Menurut Islam
Semar mesem diketahui sebagai Ilmu ghaib yang digunakan untuk memikat seseorang baik peria ataupun wanita agar bisa tertarik kepada pengguna semar mesem tersebut. Dengan menggunakan Semar Mesem Asli dipercaya mampu memikat wanita yang seketika akan jatuh cinta dan tertarik kepadanya. Oleh karena itu Semar Mesem sangat populer di Indonesia terutama di Pulau Jawa, bahkan sekarang ini kepopulerannya juga sampai di wilayah wilayah lainnya seperti Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra.
Banyak Versi berbeda tentang bagaimana menggunakan semar mesem untuk memikat seseorang. Ada yang menggunakan mantra ajian bacaan Doa jawa, Ritual seperti puasa hingga perantara Aji aji benda pusaka seperti keris dan sebagainya yang diperjual belikan secara Online dengan harga Mahal dan ada juga yang Murah. Lalu bagaimana teknik memikat seseorang menggunakan semar mesem menurut Islam? Islam mengajarkan agar seseorang hanya meminta kepada Allah Subhanallahu wata’ala, seperti yang sering kali kita baca pada surah Al-Fatihah ayat 5 :
Artinya : “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”
Jadi seandainya anda tertarik dan jatuh cinta pada seseorang, alangkah lebih baik untuk langsung berdoa kepada AllahSubhanallahu wata’ala. Jika anda tidak bisa berdoa menggunakan bahasa arab maka berdoalah menggunakan bahasa Indonesia dengan Tenang dan Khyusu, seperti :
“Ya Allah yang maha berkehendak, berikanlah hambamu ini Istri yang Sholehah”
Yang pasti jangan Melakukan Nazar, yang mana seperti “Jika dia bisa jadi istriku maka aku akan berbuat baik seperti berpuasa, sedekah dll”. Hal tersebut merupakan sifat bakhil yang mana hanya mau melakukan kebaikan dengan syarat tertentu padahal amalan yang dilakukan juga untuk dirinya sendiri, maka alangkah lebih baiknya jika melakukan kebaikan tersebut kemudia baru meminta dan berdoa kepada Allah Subhanallahu wata’ala.

Sifat Perwatakan Tokoh Semar
Kalau dalam istilah Jawa-nya, Semar ini sifatnya ‘Nyegara’ yang artinya hatinya seluas samudera. Di mana ia dipercaya kapraman dan kewaskitaan-nya sedalam samudera. Tak heran, jika hanya ksatria sejati saja yang bisa menjadi asuhan Semar.
Jika dilihat dari karakter fisiknya, Semar memiliki karakter fisik yang cukup unik. Tapi, keunikan fisik inilah yang dijadikan simbol dari kehidupan ini oleh masyarakat Jawa.
Semar memiliki bentuk tubuh bulat yang mana mengibaratkan bahwa bumi ini bulat. Raut wajah yang selalu tersenyum juga mata yang sembab mengeluarkan air mata ini merupakan simbol antara suka dan duka yang selalu ada dalam kehidupan kita.
Dalam filosofi Jawa, Semar disebut sebagai Badranaya yang merupakan dua istilah di antaranya Bebadra yang artinya membangun sarana dari awal, dan Naya yang artinya Utusan mangrasul. Jika diartikan secara sederhana, membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia di muka bumi.
Semar sendiri juga memiliki istilah lain yaitu Haseming samar-samar yang artinya makna kehidupan Sang Penuntun. Semar bukan laki-laki, bukan juga perempuan. Tangan kanannya ke atas yang bermakna sang Maha Tunggal, dan tangan kirinya ke belakang yang bermakna berserah pada-Nya.

Thursday, May 14, 2020

tokoh pewayangan punakawan ciptaan sunan kalijaga mengandung makna dan filosofi tingkat tinggi


Dahulunya Sunan Kalijogo menciptakan wayang sebagai sarana dakwah. Salah satu karakter pewayangan yang ada adalah Punakawan. Nama Punakawan berasal dari kata “Puna” yang berarti Susah dan “Kawan” yang berarti teman, yang bisa dimaknai sebagai teman di kala susah. Selain itu, ada juga yang menafsirkan Punakawan berasal dari kata “Pana” yang berarti terang dan”Kawan” yang berarti teman, yang apabila diterjemahkan menjadi teman untuk menuju jalan yang terang.

Punakawan terdiri dari empat tokoh, yakni Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Sunan Kalijogo membuat empat karakter ini untuk menggambarkan sifat kebanyakan manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Nah, kira-kira pesan apa saja yang ditinggalkan Sunan Kalijogo lewat karakter Punakawan ini? Berikut kami ulas pesan-pesan Sunan Kalijogo lewat karakter Punakawan yang tentunya wajib kamu ketahui.

punakawan berasal dari kata pana yang artinya paham, dan kawan yang artinya teman. Jika mencari tokoh Punakawan di naskah Mahabharata dan Ramayana, jangan heran jika tokoh Punakawan tidak ada di sana. Punakawan merupakan tokoh pewayangan yang diciptakan oleh seorang pujangga Jawa. Menurut Slamet Muljana, seorang sejarawan, tokoh Punakawan pertama kali muncul dalam karya sastra Ghatotkacasraya karangan Empu Panuluh pada zaman Kerajaan Kediri.

Empat tokoh punakawan terdiri dari Semar dan ketiga anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Para Punakawan ditampilkan sebagai kelompok penceria dengan humor-humor khasnya untuk mencairkan suasana. Selain itu, Punakawan juga memiliki karakter masing-masing yang tentunya patut untuk diselami lebih dalam.

Semar
Salah satu tokoh yang selalu ada di Punakawan ini, dikisahkan sebagai abdi tokoh utama cerita Sahadewa dari keluarga Pandawa. Bukan hanya sebagai abdi, namun Semar juga kerap kali memberikan nasihat-nasihat bijaksananya untuk keluarga Pandawa. Semar digambarkan sebagai tokoh yang sabar dan bijaksana. Kepala dan pandangan Semar menghadap ke atas, menggambarkan kehidupan manusia agar selalu mengingat Sang Kuasa. Kain yang dipakai sebagai baju oleh Semar, yakni kain Semar Parangkusumorojo merupakan perwujudan agar memayuhayuning banowo atau menegakkan keadilan dan kebenaran di bumi. Di kalangan spiritual Jawa, Semar dianggap sebagai symbol ke-Esaan.

Gareng
Dalam cerita pewayangan Jawa, diceritakan Nala Gareng adalah anak Gandarwa (sebangsa jin) yang diangkat anak oleh Semar. Pancalparnor adalah nama lain Gareng yang artinya menolak godaan duniawi. Gareng memiliki kaki pincang, hal ini mengajarkan agar selalu barhati-hati dalam bertindak. Dalam suatu cerita, Gareng dulunya adalah seorang raja, namun karena ia sombong, ia menantang setiap ksatria yang ia temui dan dalam suatu pertarungan, mereka seimbang.

Tidak ada yang menang maupun kalah, namun dari pertarungan itu. Wajah Gareng yang awalnya rupawan menjadi buruk rupa. Gareng memiliki perawakan yang pendek dan selalu menunduk, hal ini menandakan kehati-hatian, meskipun sudah makmur, tetapi harus tetap waspada. Matanya juling yang menandakan ia tidak mau melihat hal-hal yang mengundang kejahatan. Tangannya melengkung, hal ini menggambarkan untuk tidak merampas hak orang lain.

Petruk
Petruk digambarkan sebagai sosok yang gemar bercanda, baik melalui ucapan ataupun tingkah laku. Ia adalah anak ke dua yang diangkat oleh Semar. Nama lainnya yakni Kanthong Bolong, yang artinya suka berdema. Sebagai punakawan, ia adalah sosok yang bisa mengasuh, merahasiakan masalah, pendengar yang baik, dan selalu membawa manfaat bagi orang lain.

Dalam suatu cerita, saat pembangunan candi Sapta Arga, kerajaan ditinggalkan dalam keadaan kosong. Kemudian jimat Kalimasada milik pandawa pun hilang. Jimat itu dicuri oleh Mustakaweni. Mengetahui hal itu, Bambang Irawan – anak Arjuna – bersama Petruk berusaha merebut jimat tersebut. Akhirnya jimat itu berhasil direbut oleh Bambang Irawan dan dititipkan kepada Petruk. Namun sayangnya Petruk menghilangkan jimat tersebut. Untungnya jimat itu dapat ditemukan kembali, kemudian ia meminta maaf pada Pandawa. Melalui kisah itu, Petruk ingin mengingatkan untuk memperhitungkan setiap tata kelakuan dan tidak mudah percaya kepada siapapun. Kemudian ia juga mengajarkan untuk berani mengakui kesalahan.

Bagong
Bagong adalah anak ke tiga yang diangkat oleh Semar. Diceritakan, Bagong adalah manusia yang muncul dari bayangan. Suatu ketika, Gareng dan Petruk minta dicarika teman oleh Semar, kemudian Sang Hyang Tunggal berkata “Ketahuilah bahwa temanmu adalah bayanganmu sendiri” seketika, sosok Bagong muncul dari bayangan.

Sosok Bagong digambarkan berbadan pendek, gemuk, tetapi mata dan mulutnya lebar, yang menggambarkan sifatnya yang lancang namun jujur dan sakti. Ia kerap kali melakukan sesuatu dengan tergesa-gesa. Dari sikap Baagong yang tergesa-gesa itu, justru mengajarkan untuk selalu memperhitungkan apa yang hendak dilakukan, agar tidak seperti Bagong. Tokoh pewayangan satu ini juga mengingatkan bahwa manusia di dunia memiliki berbagai watak dan perilaku. Tidak semuanya baik, sehingga setiap orang harus bisa memahami watak orang lain, toleran, dan bermasyarakat dengan baik.

Friday, May 8, 2020

Lirik Kapusan Janji - Didi Kempot

Lirik  : Kapusan Janji
Voc. Yuni Shara feat Didi Kempot

Wangine kembang tresno
Kari tilase,
Ning ngopo kowe cidro
Lali janjine
Lungamu nggawe gelo
Nyikso atiku loro
Aku wong isih urip
Mbok anggep wis tanpo nyowo

Ning ngopo ono tresno
Yen kudu pisah,
Sewengi aku seneng
Seprene susah
Tresnamu uwis ilang
Garing kegowo angin
Yen ngerti koyo ngene
Kenal kowe,ora pengen

Larane ati iki nganti kapan ora ngerti
Seprene raono wong sing nambani
Larane ati iki nganti kapan ora ngerti
Marine yen kowe teko ngugemi janjimu

Ning ngopo ono tresno
Yen kudu pisah,
Sewengi aku seneng
Seprene susah
Tresnamu uwis ilang
Garing kegowo angin
Yen ngerti koyo ngene
Kenal kowe,ora pengen

Larane ati iki nganti kapan ora ngerti
Seprene raono wong sing nambani
Larane ati iki nganti kapan ora ngerti
Marine yen kowe teko ngugemi janjimu...

Larane ati iki nganti kapan ora ngerti
Seprene raono wong sing nambani
Larane ati iki nganti kapan ora ngerti
Marine yen kowe teko ngugemi janjimu...

__________________________________

Biodat Didi Kempot

Didik Prasetyo,  lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 31 Desember 1966 – meninggal di Surakarta, Jawa Tengah, 5 Mei 2020 pada umur 53 tahun)  atau lebih dikenal dengan nama panggung Didi Kempot adalah seorang penyanyi dan pencipta lagu campursari dan congdut dari Surakarta. Didi Kempot merupakan putra dari seniman tradisional terkenal, Ranto Edi Gudel (dikenal dengan Mbah Ranto). Didi Kempot merupakan adik kandung dari Mamiek Prakoso, pelawak senior Srimulat.

Publik mengenal Didi Kempot sebagai maestro campursari dan penulis lagu yang populer, ia memulai karirnya sebagai musisi jalanan di kota Surakarta sejak 1984 hingga 1986, kemudian mengadu nasib ke Jakarta pada 1987 hingga 1989. Nama panggung Didi Kempot merupakan singkatan dari Kelompok Pengamen Trotoar, grup musik asal Surakarta yang membawa ia hijrah ke Jakarta.

Hampir sebagian lagu yang ditulisnya bertemakan patah hati dan kehilangan. Alasan sengaja memilih tema tersebut karena rata-rata orang pernah mengalaminya dan ingin dekat dengan masyarakat, juga menjadi alasan Didi Kempot menggunakan nama-nama tempat sebagai judul atau lirik lagunya.

Kini Didi Kempot banyak diminati oleh kalangan muda dari berbagai daerah yang menyebut diri mereka sebagai "Sad Boys" dan "Sad Girls" yang tergabung dalam Sobat Ambyar dan mendaulat Didi Kempot sebagai "Godfather of Broken Heart" dengan panggilan "Lord Didi". Julukan itu berawal dari lagu-lagu Didi Kempot yang hampir semuanya menceritakan tentang kesedihan dan kisah patah hati.

Saturday, May 2, 2020

Cara Membuat miniatur wayang kulit bima dari kertas

Bima memiliki sifat :
- gagah berani,
- teguh,
- kuat,
- tabah,
- patuh
- dan jujur,
- serta menganggap semua orang sama derajatnya, sehingga dia digambarkan tidak pernah menggunakan bahasa halus (krama inggil) atau pun duduk di depan lawan bicaranya.Bima melakukan kedua hal ini (bicara dengan bahasa krama inggil dan duduk) hanya ketika menjadi seorang resi dalam lakon Bima Suci, dan ketika dia bertemu dengan Dewaruci. Ia mahir bermain gada, serta memiliki berbagai macam senjata,
Senjata bima antara lain:
- Kuku Pancanaka,
- Gada Rujakpala, Alugara,
- Bargawa (kapak besar),
- dan Bargawasta.

Sedangkan jenis ajian yang dimilikinya antara lain :
- Aji Bandungbandawasa,
- Aji Ketuglindhu,
- Aji Bayubraja dan
- Aji Blabak Pangantol-antol.

Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu:
- Gelung Pudaksategal,
- Pupuk Jarot Asem,
- Sumping Surengpati,
- Kelatbahu Candrakirana,
- ikat pinggang Nagabanda dan
- Celana Cinde Udaraga.

Sedangkan beberapa anugerah dewata yang diterimanya antara lain :
- Kampuh atau Kain Poleng Bintuluaji,
- Gelang Candrakirana,
- Kalung Nagasasra,
- Sumping Surengpati dan
- Pupuk Pudak Jarot Asem.

Dalam pencarian jati dirinya, Bima sering diberi tugas oleh gurunya—yang sesungguhnya dihasut oleh para Korawa untuk membunuh Bima—yang terasa mustahil untuk dikerjakan, seperti mencari kayu gung susuhing angin dan air banyu perwitasari, yang akhirnya membawa Bima bertemu dengan Dewaruci
Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah Indraprastha. Ia mempunyai tiga orang istri dan tiga orang anak, yaitu:
- Dewi Nagagini, berputra (mempunyai putra bernama) Arya Anantareja,
- Dewi Arimbi, berputra Raden Gatotkaca dan
- Dewi Urangayu, berputra Arya Anantasena.

Menurut versi Banyumas, Bima mempunyai satu istri lagi, yaitu Dewi Rekatawati, berputra Srenggini.

Bima atau Bimasena adalah seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan putra Kunti, dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya berhati lembut. Di antara Pandawa, dia berada di urutan kedua dari lima bersaudara. Saudara seayahnya ialah Hanoman, wanara terkenal dalam eposRamayana. Mahabharata menceritakan bahwa Bima gugur di pegunungan bersama keempat saudaranya setelahBharatayuddha berakhir. Cerita tersebut dikisahkan dalam jilid ke-18 Mahabharata yang berjudul Mahaprasthanikaparwa. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa-basi, tak pernah bersikap mendua, serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri. Kata bhīma dalam bahasa Sanskerta artinya kurang lebih adalah 'hebat', 'dahsyat', 'mengerikan'. Nama lain Bima yaitu Wrekodara, dalam alih aksara bahasa Sanskerta dieja vṛkodhara, artinya ialah "perut serigala", dan merujuk ke kegemarannya makan. Nama julukan yang lain adalah Bhīmasena yang berarti panglima perang. Kelahiran Dalam wiracarita Mahabharata diceritakan bahwa Pandu tidak dapat membuat keturunan akibat kutukan dari seorangresi di hutan. Kunti (istri Pandu) berseru kepada Dewa Bayu, sang dewa angin. Dari hubungan Kunti dengan Bayu, lahirlah Bima. Atas anugerah dari Dewa Bayu, Bima menjadi orang yang paling kuat dan penuh dengan kasih sayang. Masa muda Pada masa kanak-kanak, kekuatan Bima tidak ada tandingannya di antara anak- anak sebayanya. Kekuatan tersebut sering dipakai untuk menjahili para sepupunya, yaitu Korawa. Duryodana—salah satu Korawa—sangat benci dengan sikap Bima yang selalu jahil. Kebencian tersebut berkembang menjadi niat untuk membunuh Bima. Pada suatu hari ketika para Korawa serta Pandawa pergi bertamasya di daerah sungai Gangga, Duryodana menyuguhkan makanan dan minuman kepada Bima, yang sebelumnya telah dicampur dengan racun. Karena Bima tidak curiga, ia menyantap makanan tersebut. Makanan tersebut membuat Bima jatuh pingsan, lalu tubuhnya dibuang ke sungai gangga. Namun Bima ditolong oleh Raja Naga Vasuki dan Bima memberitahukan tentang kebencian Duryodana kepada Bima. Raja Naga Vasuki memberikan minuman kepada Bima, yang semangkuknya memiliki kekuatan setara dengan sepuluh gajah. Bima meminumnya tujuh mangkuk, sehingga tubuhnya menjadi sangat kuat, setara dengan tujuh puluh gajah. Pada usia remaja, Bima dan saudara- saudaranya dididik dan dilatih dalam bidang militer oleh Drona. Dalam mempelajari senjata, Bima lebih memusatkan perhatiannya untuk menguasai ilmu menggunakan gada, sebagaimana Duryodana. Mereka berdua menjadi murid Baladewa, yaitu saudara Kresna yang mahir dalam menggunakan senjata gada. Dibandingkan dengan Bima, Baladewa lebih menyayangi Duryodana, dan Duryodana juga setia kepada Baladewa. Pernikahan dan anak-anak Di Hidimbawana, Bima bertemu dengan raksasa wanita bernama Hidimbi. Hidimbi menyamar menjadi wanita normal dan jatuh cinta kepada Bima. Hidimba (kakak Hidimbi) marah karena Hidimbi telah jatuh cinta dengan seseorang yang seharusnya menjadi santapan mereka. Perkara itu berujung pada perkelahian antara Bima dengan Hidimba. Bima memenangkan pertarungan dan berhasil membunuh Hidimba. Kemudian Bima menikah dengan Hidimbi. Seorang putra yang diberi namaGatotkaca lahir dari perkawinan mereka. Bima dan keluarganya tinggal selama beberapa bulan bersama dengan Hidimbi dan Gatotkaca, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan. Pandawa menghadiri Swayamvara dari Drupada putri, Dropadi. Pandawa, yang dipimpin oleh Arjuna, berhasil di Swayamvara. Dengan saudara- saudaranya, ia menikah dengan Dropadi, yang melahirkan seorang putra, Sutasoma. Pada tahap selanjutnya, Bhima juga menikah dengan Valandhara, putri raja Kasi, dan memiliki seorang anak bernama Sarvaga. Di antara tiga putra Bhima ini, Sarvaga tidak berpartisipasi dalam perang Kurukshetra, sementara dua lainnya meninggal dalam pertempuran. Pembunuh Raksasa Baka Bima bertarung dengan raksasa Baka. Setelah melewati Hidimbawana, para Pandawa beserta ibunya tiba disebuah kota yang bernama Ekacakra. Di sana mereka menumpang di rumah keluarga brahmana. Pada suatu hari ketika Bima dan ibunya sedang sendiri, sementara keempat Pandawa lainnya pergi mengemis, brahmana pemilik rumah memberitahu mereka bahwa seorang raksasa yang bernama Bakasura meneror kota Ekacakra. Atas permohonan penduduk desa, raksasa tersebut berhenti mengganggu kota, namun sebaliknya seluruh penduduk kota diharuskan untuk mempersembahkan makanan yang enak serta seorang manusia setiap minggunya. Kini, keluarga brahmana yang menyediakan tempat tinggal bagi mereka yang mendapat giliran untuk mempersembahkan salah seorang keluarganya. Merasa berhutang budi dengan kebaikan hati keluarga brahmana tersebut, Kunti berkata bahwa ia akan menyerahkan Bima yang nantinya akan membunuh raksasa Baka. Mulanya Yudistira sangsi, namun akhirnya ia setuju. Pada hari yang telah ditentukan, Bima membawa segerobak makanan ke gua Bakasura. Di sana ia menghabiskan makanan yang seharusnya dipersembahkan kepada sang raksasa. Bakasura merasa terhina atas kelakuan Bima. Ia marah dan menyerang Bima. Setelah pertarungan berlangsung lama, Bima meremukkan tubuh Bakasura. Lalu ia menyeret tubuh Bakasura sampai di pintu gerbang Ekacakra. Atas usaha Bima, kota Ekacakra menjadi tenang kembali. Masa Pengasingan Setelah Yudistira menyerah pada tantangan Sangkuni dalam permainan dadu, Pandawa dipaksa ke pengasingan selama 13 tahun;. Saat pengasingan di hutan, Pandawa berhadapan dengan banyak rakshasas dan asura dan Bhima memainkan peran penting dalam menyelamatkan saudara-saudaranya . Menyembelih Kirmira Tepat pada awal pembuangan, di hutan Kamyaka, para Pandawa ditemui setan Kirmira, saudara Bakasura dan teman Hidimba. Sebuah pertempuran sengit terjadi antara Bima dan setan, di mana dua pejuang sama-sama kuatvmelemparkan batu dan pohon satu sama lain. Akhirnya Bhima muncul sebagai pemenang. Mencari Saugandhika bunga Dropadi menunjukkan bunga untuk Bhima Setelah di hutan Badarikasrama, Dropadi mencium wangi bunga Saugandhika dan sangat tertarik untuk itu. Spesies teratai itu tidak ditemukan dengan mudah. Bhima pergi mencari bunga dan berakhir di Istana Kubera ini. Dia dihentikan di tengah jalan oleh rakshasas disebut Krodhavasas, tapi ia mengalahkan mereka semua dan mencapai kolam teratai. Dia juga membunuh para Raksasa Maniman setan jahat, yang di masa lalu, telah menerima kutukan dari Rishi Agastya dengan meludahi kepalanya. Lalu Bima ke air kolam, Bhima tertidur di pinggirnya. Kemudian Pandawa tiba dengan Krishna dan Dropadi mencari Bhima. Mereka bertemu Kubera yang menawarkan mereka keranjang Saugandhika teratai dan mengirim mereka dalam perjalanan mereka. Kubera sangat bahagia, karena pembantaian Maniman,dia juga telah terlepas dari kutukan. Selama pencarian ini juga Bhima bertemu Hanuman (saudaranya, karena mereka berdua adalah anak-anak Vayu) dalam hutan dan mencari berkah-Nya. Membunuh Jatasura Penghinaan dari Jayadrata Dalam acara lain di hutan Kamyaka, Jayadrata, raja dari kerajaan Shindu, menculik Dropadi ketika Pandawa sedang pergi. Jayadrata berhasil dikalahkan. Sebelum Bhimasena hendak membunuhnya, Arjuna menyuruhnya untuk tidak membunuhnya, karena dia adalah saudara ipar mereka. Bhimasena mempermalukannya dengan mencukur kepala dan meninggalkan dia dengan hanya lima kuncir rambut. Jayadrata kemudian memainkan peran utama dalam Perang Kurukshetra di membunuh Abimanyu, tetapi kemudian dikalakan oleh Arjuna, satu-satunya Pandawa yg tidak bias ia taklukkan. Masak di kerajaan Wirata Bhima menyamar menjadi juru masak Vallabh Seiring dengan saudara-saudaranya, Bhima menghabiskan tahun terakhirnya dalam pengasingan di kerajaan Wirata. Ia menyamar sebagai seorang juru masak bernama Vallabh (dalam diri mereka Pandawa memanggilnya Jayanta). Mengalahkan Jimuta Bhima membantai musuh-musuhnya Selama festival besar, orang-orang dari negara-negara tetangga telah datang ke kerajaan Wirata. Ada pertarungan gulat di mana pegulat dari negara yang berbeda, Jimuta terbukti tak terkalahkan. Untuk menyenangkan Raja Wirata dan rakyatnya, Bhima menantang Jimuta dan mengalahkannya dalam waktu singkat. Ini sangat meningkatkan reputasi Pandawa dalam wilayah asing. Bima membunuh Kichaka yang merupakan komandan tentara Wirata. Karena Kichaka telah menggoda Drupadi yang sedang menyamar menjadi seorang pembantu bernama Sairindhri.

Cara membuat miniatur wayang kulit Hanoman dari kertas


Dalam seni pertunjukkan wayang tentunya sudah tidak asing lagi dengan cerita Ramayana. Cerita Ramayanan dalam seni wayang selalu ditampilkan karena memang kisah ini adalah kisah legenda.  banyak sekali pesan moral dan filosofi yang disampaikan dalam kisah Ramayana. ada dua tokoh wayang yang cukup berperan dalam kisah Ramayana ini, yaitu Jatayu dan Hanoman.


Hanoman dan Jatayu merupakan tokoh wayang dalam kisah Ramayana yang digadang-gadang memiliki peranan penting karena Jatayu dan Hanoman adalah tokoh pemberani yang membela Ramawijaya dan Dewi Sinta. Nah, apa sajakah ciri-ciri  Hanoman? Bagaimana kisah singkat perjalanan Hanoman dalam kisah Ramayana? Dan bagaimana karakter tokoh wayang tersebut? Untuk lebih jelasnya simak penjelasan berikut.

Hanoman merupakan tokoh wayang yang ikut andil dalam kisah Ramayana. Dalam kisah tersebut Hanoman adalah sosok pemberani yang rela mengorbankan dirinya untuk keselamatan Ramawijaya dan Dewi Sinta dari Rahwana.

Ciri – Ciri Wayang Hanoman
Hanoman adalah putra dari Bathara Bayu dengan Dewi Anjani. Hanoman ini adalah kesayangan para dewa. Hanoman merupakan tokoh protagonis dalam seni pertunjukkan wayang yang hidup dari zaman Ramayana hingga Mahabarata. Hanoman memiliki kesaktian yang luar biasa hingga ia mendapat gelar Resi Anoman.

ciri khas Hanoman adalah sebagai berikut.
-Bertubuh kera putih.
-Dapat berbicara dengan penuh sopan santun layaknya manusia.
-Memiliki kekuatan yang luar biasa dan sakti mandraguna.
-Memiliki tubuh yang kuat.
-Hanoman adalah tokoh protagonis dalam cerita wayang Ramayana. Hanoman adalah tokoh penting -yang gagah berani dan menebarkan kebaikan dalam seni wayang kisah Ramayana. Nah, bagaimana -kisah singkat Hanoman dalam epos Ramayana? Berikut adalah kisah singkatnya.

Kisah Singkat Wayang Hanoman
Hanoman merupakan putra Batara Guru, ia diperintahkan oleh ayahnya untuk mengabdi pada Ramawijaya di dunia. Saat Rama dan Laksmana dalam perjalanan ke Kerajaan Alengka, Hanoman menemui kedua ksatria tersebut. Pada akhirnya, Hanoman membantu Ramawijaya untuk membebaskan Dewi Sinta yang disekap di Taman Argasoka, Alengka.

Rama pun meminta Hanoman untuk menemui Dewi Sinta secara diam-diam dan Hanoman pun berhasil menemui Dewi Sinta dengan menyusup. Setelah menyampaikan pesan Rama ke Dewi Sinta, Hanoman membuat kerusakan di Kerajaan Alengka milik Prabu Dasamuka. Melihat kerusakan tersebut Prabu Dasamuka mengutus putranya untuk menangkap Hanoman.
Hanoman pun tertangkap dan dililit ribuan ular. Dengan kondisi terikat Hanoman dibakar hidup-hidup. Namun, Hanoman dapat meloloskan diri karena jika bulu kera Hanoman terbakar maka kesaktiannya bertambah. Kemudian Hanoman membakar Kerajaan Alengka sehingga Prabu Dasamuka murka. Nah, kisah singkat ini dikenal dengan nama Hanoman Obong atau Lakon Senggana Duta.

Karakter Tokoh Hanoman
Karakter Hanoman dalam kisah Ramayana adalah sebagai berikut.
- Pemberani
- Memiliki harga diri yang tinggi.
- Setia kepada tuannya.
- Selalu waspada.
- Memiliki sikap sopan santun dan rendah hati.
- Berpendirian teguh, kuat dan tabah dalam menjalani sesuatu.
- Pandai bernyanyi.


Baca Juga

Jagal Abilawa

Jagal Abilawa adalah nama samaran dari Raden Brotoseno / Bima, dia menyamarkan diri karena pada masa itu para Pandawa mendapat ujian karena ...