Showing posts with label Cerita Rakyat Bahasa Jawa. Show all posts
Showing posts with label Cerita Rakyat Bahasa Jawa. Show all posts

Tuesday, November 24, 2020

Batara Wisnu dalam Pewayangan Jawa

Betara Wisnu sering disebut juga dengan Sangyang Batara Wisnu, dalam versi pewayangan Jawa, Batara Wisnu adalah Putra kelima dari Batara Guru dan Dewi Uma, Batara Wisnu adalah putra yang paling sakti diantara putra putra yang lainnya.

dalam pewayangan khususnya dalam lakon kisah dewa-dewi, Batara Wisnu bergelar Sang Hyang Satiti, yang artinya adalah Pemelihara yaitu memelihara dan melindungi Cptaan-Nya.

Sumber gambar dari : Wikipedia


Menurut budaya jawa Betara Wisnu pertama kali turun ke dunia menjelma menjadi Raja yang bergelar Simaharaja Suman dengan Kerajaan Bernama Medangura, terletak di wilayah Jawa Tengah, (hehehehe maaf jika ada perbedaan tidak perlu di perdebatkan ya ), Betara Wisnu kemudian berganti nama menjadi Sri Maharaja Matsyapati yang merajai jenis binatang air.

selain itu Betara Wisnu juga menitis atau terlahir kembali sebagai manusia, Titisan Betara Wisnu menurut pewayangan Jawa antara lain.

1. Srimaharaja Kanwa

2. Resi Wisnungkara

3. Prabu Arjunasasrabahu

4. Sri Ramawijaya

5. Sri Batara Kresna

6. Prabu Airlangga

7. Prabu Jayabaya

8. Prabu Anglingdarma

Batara wisnu bertempat tinggal di Kahyangan Untarasegara, mempunyai 3 permaisuri dan 18 putra putri antara lain ( 4 wanita dan 14 Pria ), dengan Dewi Sri Widowati atau srisekar, betara wisnu berputra batara srigala, betara srinada dan betari Srinadi.

dari pernikahan dengan Dewi Pratiwi Batara Wisnu Berputra Bambang Sitija dan Dewi Siti Sundari, Sedangkan dengan Dewi Sri Pujawati mempunyai 13 putra masing masing adalah; Batara Heruwiyana, Batara Ishawa, Batara Bhisawa, Batara Isnapura, Batara Madura, Batara MAdudewa, Batara Madusadana, Dewi Srihuna, Dewi Srihuni, Betara Pujarta, batara panwaboja dan batara Sarwedi / Hardanari.

Batara Wisnu saat turun ke Arcapada menjadi Raja Negara Medangpura bergelar Maharaja Suman untuk menaklukkan Maharaja Balya yaitu Raja Negara Medanggora penjelmaan dari Batara Kala. Batara Wisnu juga menjadi Raja di Medangkamulan bergelar Prabu Satmata untuk mengalahkan Prabu Watugunung yang melakukan inses atau kesalahan yang memperistri ibunya sendiri. 

Senjata senjata Betara Wisnu yaitu berupa Cakra dan kembang sakti yang dapat menghidupkan orang yang mati sebelum ajalnya. kembang itu disebut Cangkok Wijayakusuma yang hanya di titiskan kepad Prabu Kresna.

Batara Wisnu memiliki kendaraan berupa seekor Garuda raksasa yang bernama Bhirawan.

Sunday, October 4, 2020

Patih Kencakapura

Kencakapura adalah  putra angkat Resi Palasara, dari padepokan Retawu, dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basukesti raja negara Wirata.

Kencakarupa tercipta dari kemudi perahu yang pecah terbentur batu besar, yang digunakan Resi Palasara dan Dewi Durgandini menyeberangi sungai Gangga.

Kencakarupa terjadi berbarengan dengan saudaranya yang lain, yaitu; Rajamala, Rupakenca, Setatama, Gandamana dan Dewi Ni Yutisnawati / Rekatawati.

Kencakarupa juga mempunyai tiga saudara angkat lainnya, yaitu; Begawan Abiyasa, putra Resi Palasara dengan Dewi Durgandini, Citragada dan Wicitrawirya, keduanya putra Dewi Durgandini dengan Prabu Santanu, raja negara Astina.

Kencakarupa berwatak keras hati, penghianat, ingin menangnya sendiri, berani dan selalu menurutkan kata hati.

Sangat sakti dan mahir dalam olah keprajuritan mempergunakan senjata gada dan lembing/tombak.

Pola Gambar selanjutnya

Gambar Wayang Kulit Kebo Gumarang



Wayang kulit gagrak Jawatimuran tokoh Kebo Gumarang.
Foto dan pertama kali diunggah oleh: Stan Hendrawidjaya
Sumber gambar : ewayang.wg.ugm.ac.id
https://www.pitoyo.com/duniawayang/galery/details.php?image_id=1187&sessionid=c0cnfeh85octtbgo1bnn6ti3d0&l=english

Sunday, August 23, 2020

Cerita wayang gugurnya Prabu Salya

Sebelum Bharatayudha pecah, tepatnya saat Kresna menjadi duta Pandawa ke Hastina untuk menawarkan jalan perdamaian, Prabu Salya memberi isyarat kepada Kresna. 

Kresna menghampiri Prabu Salya, kemudian mereka bercakap-cakap di beranda kerajaan Astina.
Saat itu Salya berkata kepada Kresna bahwa jika Bharatayudha memang benar-benar terjadi, ia ingin menitipkan suatu hal, yaitu Nakula dan Sadewa yang tak lain adalah keponakannya, putera Dewi Madrim adiknya. Mendengar permintaan Salya, Kresna pun menyanggupinya.

Bharatayudha memang benar benar terjadi. Prabu Salya dijebak oleh para Korawa sehingga dengan terpaksa ia berada di pihak Korawa. Meskipun ia berada di pihak Korawa namun sebenarnya Prabu Salya memihak kepada Pandawa. Oleh karena itu saat ia menjadi kusir kereta perang Adipati Karna, yang tak lain adalah menantunya sendiri, ia memiliki kesempatan untuk membantu Pendawa.

Saat Adipati Karna berhadapan dengan Arjuna dan siap melepas panahnya, Prabu Salya menghentakkan kakinya hingga kereta amblas masuk ke dalam lumpur. Panah yang dilepaskan Karna pun meleset dan hanya mengenai mahkota Arjuna. Disuruhnya Adipati Karna untuk memperbaiki roda kereta yang masuk ke dalam lumpur. Saat itulah Arjuna menggunakan kesempatan untuk melepaskan panah Pasopatinya, yang kemudian melesat dan memenggal kepala Adipati Karna.

Setelah kematian Adipati Karna, Prabu Salya kembali ke Mandaraka. Ia tahu bahwa setelah Karna gugur, ia yang akan diangkat menjadi senopati perang Korawa.

Sementara Prabu Kresna, penasihat Pandawa tanggap bahwa Prabu Salya bukanlah musuh yang enteng. Saat itu ia teringat akan pembicaraannya dengan Prabu Salya saat ia menjadi duta Pandawa ke Astina.

Dipanggilah Nakula dan Sadewa, disuruhlah si kembar memakai baju putih dari kain kafan kemudian ke Mandaraka untuk menghadap paman mereka yaitu Prabu Salya. Kresna berpesan kepada Nakula dan Sadewa, agar mereka segera minta mati ketika mereka sampai di depan Prabu Salya.

Nakula dan Sadewa tahu bahwa mereka dikorbankan oleh Kresna, namun mereka tetap menjalankan perintah Kresna, meskipun mereka sebenarnya sangat sayang kepada pamannya Salya.

Sesampainya di Mandaraka, Nakula dan Sadewa segera bersujud di kaki pamannya. Sesuai dengan pesan Kresna, mereka menangis dan minta mati. Salya tentu saja kaget dengan apa yang dikatakan oleh si kembar, keponakannya yang sangat ia sayangi.

Salya pun kemudian bertanya,
“ Siapa yang menyuruh kalin kemari keponakanku tersayang?”.
Nakula dan Sadewa menjawab, “
Tidak ada paman, kami datang kesini menghadap paman tidak disuruh siapa-siapa”.

Prabu Salya tersenyum saat mendengar jawaban keponakannya, ia pun lalu berkata, “ Kalian tidak bisa membohongiku, aku ini paman kalian, lebih banyak makan asam kehidupan daripada kalian, aku tahu kalian disuruh oleh Kresna bukan ?”


Nakula dan Sadewa tidak berani menjawab, mereka membisu.
Salya kemudian berkata kembali ,
” Apa yang kalian inginkan keponakanku?
Apa yang kalian inginkan dari pamanmu ini nak?”.
Nakula dan Sadewa dengan berat hati pun menjawab,”
Paman, daripada kami mati di Bharatayudha menghadapai paman, lebih baik sekarang kami minta mati di tangan paman”.

Salya tersenyum dan matanya berkaca-kaca, “ Anaku Nakula dan Sadewa, setiap aku melihat kalian, aku selalu teringat akan Madrim adikku yang telah wafat saat melahirkan kalian. Maka bagaimana aku tega membunuh kalian anaku? Katakan anakku, katakan, apa yang kalian inginkan, katakanlah…”

Nakula dan Sadewa tak dapat lagi menahan air matanya. Bagi mereka, Prabu Salya adalah satu-satunya keluarga yang masih tertingga. Ibu mereka madrim, wafat saat melahirkan mereka, sementara Pandu, ayah mereka meninggal beberapa saat kemudian karena kehabisan darah karena tertusuk keris Prabu Tremboko dari Pringgadani. Dan kini, haruskah mereka merelakan kematian paman mereka yang sangat sayang dan mengasihi mereka.Mereka pun saling terdiam dalam penuh keharuan.

Prabu Salya lalu berkata memecah keheningan, “ Anakku, segeralah kalian kembali. Katakan kepada Kresna, besok saat aku maju menjadi semopati perang Kurawa dalam Bharatayudha, agar Yudhistira yang menghadapi aku, dan sekarang segeralah kalian pulang”. Dengan berat hati dan sedih, Nakula dan Sadewa bersujud memeluk kaki pamannya yang sangat mereka sayangi.

Malam sebelum ia maju ke medan perang sebagai senopati perang Korawa, Salya bercengkerama dengan mesar bersama istrinya Pujawati. Malam itu pun Pujawati sudah menangkap kesan yang tidak biasa dari suaminya, namun salya tetap berusaha meyakinkan istrinya bahwa tidak akan terjadi apa-apa.

Saat pagi menjelang, Dewi Pujawati masih terlelap dalam tidurnya, Salya melihat wajah istrinya yang tetap cantik walau sudah berumur dan selalu setia mendampinginya. Sambil menyelimuti isteri yang sangat dicintainya, Prabu Salya berkata, “ Mungkin ini terakhir kalinya aku melihat kecantikan wajahmu. istriku, maafkan aku, aku tidak mungkin memberiatahukan kepadamu akan kematianku”.Prabu Salya pun dengan baju perang berwarna putih, maju sebagai senopati perang Korawa ke medan Kurukhsetra.

Saat perang brathayuda Candrabirawa memakan korban banyak, Pandawa kewalahan menghadapi Prabu Salya. Saat itulah, Kresna meminta Yudhistira untuk maju menghadapi Prabu Salya. Pada awalnya Yudhistira menolak, karena ia sudah bertekad tidak akan maju ke medan perang dan tidak akan melukai siapapun. Mendengar jawaban itu, Kresna meminta Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa untuk bunuh diri saja. Maka dengan berat hati, Yudhistira pun maju berperang menghadapi Salya.

Dalam pewayangan, Prabu Salya Gugur oleh jimat Kalimosodo yang mengenai dadanya. Saat itu Resi Bagaspati masuk ke dalam tubuh Yudhistira, dan Candrabirawa dalam diri Salya diambil kembali oleh Resi Bagaspati sebagai pemiliknya. Pada saat itulah Yudhistira melempar jimat Kalimosodo yang tepat mengenai dada Prabu Salya.

Sementara di Mandaraka, Dewi Pujawati yang tidak melihat suaminya saat ia terbangun, menangis dan menyusul suaminya ke medan Kurukhsetra. sampai ketika hari sudah sore, dicarinya sang suami diantara ribuan mayat yang bergelimpangan. Betapa hancur hati Pujawati, saat ia menemukan mayat suaminya, diantara ribuan mayat itu. Saat itu juga, Dewi Pujawati menikamkan keris ke dadanya. Ia bela pati atas gugurnya sang suami tercinta. Bersama sukma Resi Bagaspati, dan Prabu Salya.

Saturday, August 22, 2020

Tokoh Kresna dalam Pewayangan Jawa


dalam budaya pewayangan Jawa, tokoh Kresna dikenal sebagai raja Dwarawati atau Dwaraka, kerajaan para keturunan Yadu dan merupakan titisan Dewa Wisnu. Kresna adalah putra Basudewa, Ia dilahirkan sebagai putra kedua dari tiga bersaudara tetapi dalam versi Mahabharata ia merupakan putra kedelapan. Kakaknya bernama Baladewa atau Balarama alias Kakrasana dan adiknya dikenal sebagai Sembadra atau Subadra, Kresna memiliki tiga orang istri dan tiga orang anak. Para istrinya yaitu Dewi Jembawati, Dewi Rukmini, dan Dewi Satyabama.

Menurut pewayangan jawa anak-anak kresna adalah Raden Boma Narakasura, Raden Samba, dan Siti Sundari.

Pada lakon Baratayuda, yaitu perang antara Pandawa melawan Korawa, dia berperan sebagai sais atau kusir kereta perang Arjuna. Ia juga merupakan salah satu penasihat utama pihak Pandawa. Sebelum perang melawan Karna, atau dalam babak yang dinamakan Karna Tanding, dia memberikan wejangan panjang lebar kepada Arjuna. Wejangan dia dikenal sebagai Bhagawadgita, yang berarti "Kidung Ilahi".

Dalam budaya pewayangan, Kresna dikenal sebagai tokoh yang sangat sakti. Ia memiliki kemampuan untuk meramal, berubah bentuk menjadi raksasa, dan memiliki bunga Wijaya Kusuma yang dapat menghidupkan kembali orang mati. Ia juga memiliki senjata yang dinamakan Cakrabaswara yang mampu digunakan untuk menghancurkan dunia. Pusaka-pusaka sakti yang dimilikinya antara lain senjata cakra, terompet kerang (sangkakala) bernama Pancajahnya, Kaca Paesan, Aji Pameling dan Aji Kawrastawan.

Thursday, August 20, 2020

Cerita wayang - Kresna Duta

Kresna Duta

Pandawa telah selesai menjalani masa pembuangan dan pengasingan selama 13 tahun. Sudah menjadi hak Pandawa untuk kembali mendapatkan Astina dan Amarta kembali yang diambil oleh Kurawa. Untuk itu, para Pandawa meminta bantuan Sri Kresna untuk menjadi duta Pandawa dalam menempuh jalan damai antara Pandawa dan Korawa.

Sri Kresna berangkat ke Astina dengan dikusiri oleh Sencaki. Setibanya di Astina, Kresna segera menuju tempat Arya Widura untuk member hormat kepada IbuKunti dan paman Widura.

Sementara, tetua dan pembesar-pembesar Astina telah berkumpul di aula kerajaan menunggu kedatangan duta Pandawa tersebut.

Kresna memasuka aula kerajaan dan kemudian menyampaikan kedatangannya yaitu sebagai duta Pandawa. Pandawa yang telah selesai menjalani hukuman, ingin meminta haknya kembali atas Indraprastha (Amarta).

Sejak awal, Kurawa memang tidak ingin mengembalikan Amarta kepada Pandawa. Prabu Duryudana pun menolak permintaan Sri Kresna. Duryudana memberikan berbagai alasan yang memang sudah direncakan untuk memperkuat alasan mereka mengapa tidak ingin mengembalikan Indraprastha kepada Pandawa.

Doryudana mengatakan bahwa tindakan Pandawa mengadakan upacara Rajasuya menunjukkan bahwa Pandawa mengagungkan diri mereka sendiri.

Sri Kresna kemudian menjawab bahwa Rajasuya itu bukan merupakan keputusan Yudhistira melainkan merupakan kesepakatan raja-raja yang mengakui Yudhistira sebagai raja arif bijaksana.

Doryudana kemudian berdalih bahwa para Pandawa telah melanggar hukuman ketika terjadi perselisihan antara Hastina dan Wirata. Pandawa telah menampakkan diri dan bahkan mengangkat senjata terhadap para Korawa.

Sri Kresna kemudian membalas bahwa saat itu menurut hitungannya, para Pandawa sudah terlepas dari masa hukuman dan mereka mengangkat senjata karena saat itu mereka sedang mengabdi di Wirata . Sebagai penduduk Wirata sudah menjadi kewajiban mereka untuk mengangkat senjata demi membela Negara.

Mendengar perdebatan antara Duryudana dan Kresna, Eyang Bisma berusaha menengahi. Namun, usahanya ternyata sia-sia. Duryudana justru menganggap bahwa Eyang Bisma memang lebih memilih Pandawa daripada Korawa.

Akhirnya, Sri Kresna menanyakan keputusan Korawa untuk terakhir kalinya, apakah Doryudana akan mengembalikan hak Indraprastha kepada Pandawa atau tidak.

“Para Pandawa telah menghina keluarga Hastina terutama Korawa, semua Korawa telah sepakat tidak akan duduk setingkat dengan para Pandawa dan tidak akan mengembalikan Indraprastha”, Jawab Doryudana.

Jawaban itu membuat Sri kresna kesal dan kemudian ia berkata, “ Doryudana, para tetua disini akan menjadi saksi atas perkataanmu, perkataanmu ini harus kau pertangunggjawabkan di kemudian hari. Aku akan memberitahukan keputusanmu kepada Pandawa!”.

Sri Kresna kemudian meninggalkan gedung pertemuan. Ia menuju ke sebuah taman di dalam istana Hastina. Tampak matanya bersinar tanda amarhnya telah memuncak. Kresna bertriwikrama, berubah ujud menjadi Brahala, makhluk raksasa yang luar biasa besar.

triwikrama Kresna membuat seluruh Astina gempar dan ketakutan. Para Korawa berlarian kesana kemarin mencari tempat bersembunyi.Resi Drona yang juga ketakutan tidak berani meninggalkan gedung. Sementara Eyang Bisma dan Arya Widura dengan tenang meninggalkan gedung pertemuan tanpa rasa takut seperti tidak terjadi apa-apa.

triwikrama Bathara Wisnu juga membuat gempar kahyangan. Para dewa khawatir dan turun untuk melihat triwikrama Sri Kresna.

Para dewa bingung bagaimana harus menghentikan triwikrama Sri Kresna. Maka mereka memutuskan, untuk menjemput Bathara Darma untuk menenangkan kemarahan triwikrama.

Dewa kebijaksanaan dan kesabaran tersebut pean-pelan mendekati triwikrama dan memberi hormat.

Sang Tiwikarma menjawab dengan sebuah peringatan, “ Ger gerrr.. gerr jangan dekat dekat Dharma, jika kau tidak ingin kucabik-cabik tubuhmu”.

“Aku bukanlah musuhmu wahai triwikrama, bahkan aku bersedia membantumu untuk mengalahkan musuhmu”, jawab Bathara Dharma.

“Aku tidak butuh bantuanmu untuk menghancurkan Korawa-Korawa sombong ini”, jawab sang triwikrama.

Bathara kemudian menuturkan,” Sesakti itukah para Korawa, sehingga perlu dihancurkan oleh triwikrama? Apakah kejahatan mereka mengguncang mayapada seperti Rahwana? Apakah perlu Tiwikarama yang sakti sebagai wakil dewata untuk turun tangan menghancurkan Kejahatan Korawa?”

“ Saudara Wisnu mohon ingat bahwa jika Korawa dihancurkan oleh triwikrama ini akan membuat malu bagi seluruh Dewata. Apakah para Pandawa tak dapat membela diri mereka sendiri sehingga memerlukan bantuan para dewata? Mohon adik Wisnu memperhitungkan lagi tindakan ini yang akan mencoreng muka seluruh dewata dan juga memalukan Pandawa.”

Mendengar penuturan Batara darma, dalam sekejap triwikrama itu menghilang dan kembali sebagai Sri Kresna.

Sri Kresna kemudian ke tempat paman Widura untuk mohon diri dan member hormat kepada Arya Widura dan ibu Kunti. Ia pergi meninggalkan Hastina untuk menyampaikan berita hasil pertemuan dengan Korawa kepada para Pandawa.

Saturday, August 15, 2020

Tokoh Baladewa dalam pewayangan jawa

Baladewa dalam pewayangan Jawa


Dalam pewayangan Jawa, Baladewa adalah saudara Prabu Kresna. Prabu Baladewa yang waktu mudanya bernama Kakrasana, adalah putra Prabu Basudewa, raja negara Mandura dengan permaisuri Dewi Mahendra atau Maekah. Ia lahir kembar bersama adiknya, dan mempunyai adik lain ibu bernama Dewi Subadra atau Dewi Lara Ireng, puteri Prabu Basudewa dengan permaisuri Dewi Badrahini. Baladewa juga mempunyai saudara lain ibu bernama Arya Udawa, putra Prabu Basudewa dengan Nyai Sagopi, seorang swarawati keraton Mandura.
Prabu Baladewa yang mudanya pernah menjadi pendeta di pertapaan Argasonya bergelar Wasi Jaladara, menikah dengan Dewi Erawati, puteri Prabu Salya dengan Dewi Setyawati atau Pujawati dari negara Mandaraka. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putera bernama Wisata dan Wimuka.


Baladewa berwatak keras hati, mudah naik darah tetapi pemaaf dan arif bijaksana. Ia sangat mahir mempergunakan gada, sehingga Bima dan Duryodana berguru kepadanya. Baladewa mempunyai dua pusaka sakti, yaitu Nangggala dan Alugara, keduanya pemberian Brahma. Ia juga mempunyai kendaraan gajah bernama Kyai Puspadenta. Dalam banyak hal, Baladewa adalah lawan daripada Kresna. Kresna berwarna hitam sedangkan Baladewa berkulit putih.


Sebenarnya Baladewa memihak Kurawa, maka dalam Kitab Jitabsara ketika ditulis skenarionya oleh para dewa tentang Perang Baratayuda, Prabu Kresna tahu bahwa para dewa merencanakan Baladewa akan ditandingkan dengan Raden Anantareja dan Baladewa mati. Ketika melihat catatan itu Prabu Kresna ingin menyelamatkan Prabu Baladewa dan Raden Anantareja agar tak ikut perang sebab kedua orang itu dianggap Prabu Kresna tak punya urusan dalam perang Baratayuda. Prabu Kresna menyamar menjadi kumbang lalu terbang dan menendang tinta yang dipakai dewa untuk menulis, tinta tumpah dan menutupi kertas yang ada tulisan Anantarejo kemudian kumbang jelmaan Prabu Kresna juga menyambar pena yang dipakai tuk menulis dan pena tersebut jatuh. Akhirnya dalam Kitab Jitabsara yaitu kitab skenario perang Baratayuda yang ditulis dewa tak ada tulisan Raden Anantareja dan Prabu Baladewa. Maka sebelum perang Baratayuda Prabu Kresna membujuk Anantareja supaya bunuh diri dengan cara menjilat telapak kakinya sendiri, akhirnya Raden Anantareja mati sebagai tawur/tumbal kemenangan Pandawa. Prabu Kresna juga punya siasat untuk mengasingkan agar Prabu Baladewa tidak mendengar dan menyaksikan Perang Baratayuda yaitu dengan meminta Prabu Baladewa untuk bertapa di Grojogan Sewu (Grojogan = Air Terjun, Sewu = Seribu) dengan tujuan agar apabila terjadi perang Baratayuda, Baladewa tidak dapat mendengarnya karena tertutup suara gemuruh air terjun. Selain itu Kresna berjanji akan membangunkannya nanti Baratayuda terjadi, padahal keesokan hari setelah ia bertapa di Grojogan Sewu terjadilah perang Baratayuda.


Ada yang mengatakan Baladewa sebagai titisan naga sementara yang lainnya meyakini sebagai titisan Sanghyang Basuki, Dewa keselamatan. Ia berumur sangat panjang. Setelah selesai perang Baratayuda, Baladewa menjadi pamong dan penasehat Prabu Parikesit, raja negara Hastinapura setelah mangkatnya Prabu Kalimataya atau Prabu Puntadewa. Ia bergelar Resi Balarama. Ia mati moksa setelah punahnya seluruh Wangsa Wresni.


Sunday, August 2, 2020

Cakil dalam Pewayangan

Cakil
CAKIL, tokoh raksasa dalam dunia pewayangan, khususnya pada Wayang Purwa. Meskipun Cakil bukan termasuk raksasa yang berukuran tubuh besar, bentuk penampilannya mudah dikenali. Rahang bawahnya menonjol panjang ke depan dengan satu gigi bawah mencuat panjang ke atas. Matanya selalu mengeriyip, agak memicing.

Selain itu warna suaranya juga khas, seperti suara orang tercekik, nadanya tinggi, berbeda dengan suara raksasa pada umumnya yang bernada rendah dan lantang. Hampir dalam setiap lakon ia muncul sebagai ‘komandan’ pasukan raksasa yang bertugas menjaga atau tapal batas kerajaan tertentu, Namun, dalam beberapa lakon tertentu Cakil juga tampil dengan peran menonjol.

Cakil muncul dalam lakon-lakon wayang dengan berbagai nama, antara lain Ditya Kala Gendir Penjalin, Ditya Kala Carang Aking, Kala Klantang Mimis. Ki Dalang kadang-kadang bahkan menciptakan nama baru bagi tokoh ini. Ia merupakan satu-satunya raksasa yang bersenjata keris, bukan satu tetapi dua, kadang-kadang tiga, tetapi selalu mati tertusuk kerisnya sendiri.

Tokoh peraga wayang Cakil oleh kebanyak dalang Wayang Kulit Purwa juga digunakan sebagai wayang srambahan untuk memerankan tokoh Kala Marica, anak buah Prabu Dasamuka dalam peristiwa penculikan Dewi Sinta pada seri Ramayana. Namun, pada perangkat Wayang Kulit Purwa yang lengkap, diciptakan tokoh peraga Wayang Kulit untuk peran Kala Marica. Bentuknya serupa sekali Cakil, tetapi rambutnya terurai, tidak digelung.

Perang antara Cakil dengan tokoh ksatria Bambangan disebut perang kembang, atau perang begal, hampir selalu muncul pada setiap lakon wayang. Perang itu ditampilkan baik pada pergelarang Wayang Kulit Purwa maupun pertunjukan Wayang Orang.

Refersensi lain

Kita tidak lagi asing terhadap sastra kuno Mahabrata yang selama ini kita ketahui berasal dari India. Namun, tidak seluruhnya cerita memiliki alur dan kisah yang sama jika dibandingkan dengan cerita adaptasi Indonesia.

Di Indonesia, salinan berbagai bagian dari Mahabharata, seperti Adiparwa, Wirataparwa, Bhismaparwa dan mungkin juga beberapa parwa yang lain, diketahui telah digubah dalam bentuk prosa bahasa Kawi (Jawa Kuno) semenjak akhir abad ke-10 Masehi. Yakni pada masa pemerintahan raja Dharmawangsa Teguh (991-1016 M) dari Kadiri. Karena sifatnya itu, bentuk prosa ini dikenal juga sebagai sastra parwa. Selain itu, versi Indonesia juga memiliki wayang kulit yang berasal dari Jawa maupun Bali sebagai media penghantar pengkisahan yang dilakukan oleh para dalang. Kisah asal-mula beberapa karakter tentunya memiliki beberapa perbedaan contohnya; dalam versi India, Gandari sangat menyayangi Pandawa meskipun beliau bukan anaknya. Sebaliknya dalam versi Indonesia, Gandari sangat membenci Pandawa.

Adapun karakter yang tidak dapat ditemukan dalam versi India seperti Buto Cakil. Karakter Buto Cakil ataupun yang sangat dikenal dengan sebutan Cakil ini merupakan 100% inovasi Jawa. Julukannya biasa dipanggil Gendir Penjalin dan memiliki wujud raksasa dengan ciri fisik rahang bawah yang maju ke depan. Tak heran beberapa komunitas motor terkadang menyebut helm serupa cakil karena sangat mirip dengan bentuk fisik tokoh tersebut. Meskipun berbentuk raksasa dan termasuk antagonis, Buto Cakil merupakan karakter yang mudah disukai. Buto Cakil tidak garang ganas pemarah seperti raksasa biasanya, justru ia suka bergurau dan suka bersenang-senang. Meskipun ia sangat humoristis, Buto Cakil merupukan tokoh yang pantang menyerah dan kukuh memegang kepecayaannya dan selalu berjuang sampai akhir hingga titik darah penghabisan.

Cakil bukanlah seorang yang tangguh. Ia sangat pasif dan tidak suka cari perkara dengan raksasa lain ataupun satria yang terlihat sangat kuat dan megah. Oleh sebab itu, ia sukanya mencegat ksatria kerempeng berpembawaan halus, atau ksatria muda lembut yang sekiranya mudah untuk dikalahkan. Itulah sebabnya, dalam Perang Kembang, Cakil selalu dipertemukan dengan Arjuna. Dalam setiap penampilan Buto Cakil yang dipaparkan, dia selalu bertempur dengan Arjuna yang baru turun keluar dari pertapaan di pelosok. Arjuna versi Jawa, sosoknya bertubuh langsing, halus gerak geriknya, dan saat keluar dari pertapaan, tidak menyandang pakaian kebesaran ksatria, tapi berpenampilan apa adanya. Pada kisah lain, Buto Cakil bertempur dengan Bambangan, ksatria muda yang baru keluar dari padepokan. Biasanya adalah putra Arjuna yang dalam setiap kegiatan blusukannya tak lupa menikahi perawan desa putra pertapa. Bisa dikatakan bahwa Cakil merupakan seorang yang pengecut atau orang yang sangat berjaga-jaga dalam memilih lawan. Bagaimanapun juga, Cakil dikenal selalu mati oleh tangannya sendiri. Di cerita Perang Kembang, ia tertusuk oleh kerisnya. Cakil mengajarkan kita bahwa orang yang berperilaku buruk di masa lalu dapat mendatangkan musibah bagi diri sendiri.
Tidak ada yang yakin pasti darimanakah Buto Cakil benar-benar berasal. 

Siapakah orang tua Cakil sebenarnya? Apakah dia seorang yatim-piatu yang kemudian diangkat oleh para raksasa? Sebagian besar orang mengatakan bahwa Cakil adalah sisi lain Arjuna. Kita tahu bahwa Arjuna terkenal dengan kebaikan dan kelemahlembutannya. Namun, ia juga terkenal dangan julukan Danasmara (perayu ulung) dan Janaka (memiliki banyak istri). Layaknya satria pemadi dan pemberani, dapat dikatakan bahwa Arjuna lemah dalam mengendalikan hawa nafsu birahi. Arjuna pernah dikisahkan telah memperkosa Dewi Anggraeni yang telah menolak cintanya. Ditengah-tengah hutan ditinggalnya Dewi Anggreni dalam keadaan hamil membuat hidup sang dewi sangat menderita dan diliputi kebencian serta dendam yang sangat mendalam pada Arjuna. Setelah berhasil melahirkan bayinya, Dewi Anggraeni meninggal dunia. Bayi yang dilahirkannya berwujud raksasa sebagai lambang nafsu bejat Arjuna dan dendam sang Dewi. Kelak kemudian hari bayi inilah yang dipanggil Cakil, anak hasil pemerkosaan Arjuna pada Dewi Anggraeni.

Jadi, bagaimana pendapat anda jika mendengar kisah tersembunyi tersebut? Apakah Arjuna perlu dihukum atas perlakuannya? Haruskah Buto Cakil mendapatkan balas dendam kepada Arjuna? Apa ini sebabnya mereka selalu dipertemukan? Pertemuan dan kisah antara Arjuna dan Cakil akan selalu menjadi hal yang lebih dari unik dalam kisah Mahabrata versi Jawa.

Monday, May 25, 2020

Karna | mengenal tokoh pewayangan Adipati Karna

Karna adalah salah satu tokoh penting dalam Mahabharata. Ia adalah putra tertua Kunti, sehingga merupakan saudara seibu Pandava dan merupakan yang tertua dari keenam saudara tersebut. Walaupun Duryodhana menunjuknya sebagai raja Anga, perannya dalam kisah Mahabharata jauh melebihi peran seorang raja. Karna bertarung di pihak Kaurava dalam perang di Kurukshetra.
Semasa mudanya, Kunti merawat resi Durvasa selama satu tahun. Sang resi sangat senang dengan pengabdian yang diberikan olehnya sehingga memberikan anugerah untuk memanggil salah satu dari para dewa dan dewa yang dipilihnya tersebut akan memberiknya seorang putra yang mempunyai sifat baik menyamai dewa tersebut. Karena ragu-ragu apakah anugerah tersebut benar, Kunti, selagi masih belum menikah, memutuskan untuk mencoba mantra tersebut dan memanggil dewa matahari, Surya. Ketika Surya menampakkan diri didepannya, Kunti terpesona. Karena terikat mantra Durvasa, Surya memberinya seorang anak secemerlang dan sekuat ayahnya, walaupun Kunti sendiri tidak menginginkan anak. Dengan kesaktian Surya, Kunti tetap tidak ternodai keperawanannya. Sang bayi adalah Karna, lahir dengan baju besi dan anting-anting untuk melindunginya.

Kunti kini berada dalam posisi yang memalukan sebagai seorang ibu seorang anak tanpa ayah. Karena tidak mau menanggung malu ini, ia meletakkan Karna ke dalam keranjang dan menghanyutkannya bersama dengan perhiasannya (mirip dengan kisah Nabi Musa), berdoa agar bayi tersebut selamat.

Bayi Karna terhanyut di sungai dan ditemukan oleh seorang pengemudi kereta bernama Adhiratha, seorang Suta (campuran antara Brahmin dengan Khsatriya). Adhiratha dan istrinya Radha membesarkan Karna sebagai anak mereka dan memberinya nama Vasusena karena baju besi dan antingnya. Mereka mengetahui latar belakang Karna dari perhiasan yang ditemukan bersamanya, dan tidak pernah menyembunyikan kenyataan bahwa mereka bukan orang tua Karna yang sebenarnya. Karna juga disebut Radheya karena nama ibunya Radha. Adiknya, Shon, lahir dari Adhiratha dan Radha setelah kedatangan Karna.

Ikatan antara Karna dan keluarga angkatnya merupakan hubungan berdasarkan cinta dan rasa hormat yang murni. Karna menghormati Adhiratha di depan teman-teman khsatriyanya, dan dengan penuh rasa cinta tetap melaksanakan tugasnya sebagai seorang anak dalam keluarga angkatnya meskipun ia telah menjadi raja Anga dan mengetahui asal usul kelahirannya.

Karna ingin menjadi seorang prajurit besar. Maka ia mengembara ke Hastinapura bersama dengan ayah dan adik angkatnya. Di sana menguasai ilmu kanuragan dengan belajar kepada Drona, walaupun ia belajar tidak bersama dengan para pangeran (Pandava dan Kaurava) karena dipandang berasal dari kasta yang rendah. Karna menguasai semua ilmu yang diajarkan, terutama ilmu memanah. Ketika Pandava diusir ke hutan selama 14 tahun, Duryodhana meminta Karna untuk menguasai Brahmastra, salah satu senjata terkuat yang ada. Hanya beberapa orang yang mengetahui hal ini termasuk Drona, Arjuna, Bhisma dan Ashwathama (anak Drona). Ia pertama-tama mendekati Drona, guru Pandava dan Kaurava, tetapi Drona menolak untuk mengajarinya karena kastanya yang rendah. Ia kemudian meminta Parashurama, guru besar yang lain, untuk mengajarinya seni berperang terutama untuk mnguasai Bhramashtra. Parashurama tidak akan mengajari seorang khsatriya karena rasa bencinya pada kaum khsatriya yang telah membunuh orang tuanya. Maka untuk mendapatkan ilmu, Karna berbohong tentang asal usulnya dan mengaku sebagai seorang Brahmin.

Saturday, April 4, 2020

wayang kertas dijual -desain miniatur wayang petruk dari kertas

Cerita Wayang, Sejarah dan Ciri Ciri Karakteristik dalam bahasa jawa

 Petruk iku salah sijine Panakawan anake Semar, kangmase Gareng, Bagong. Dheweké duwé bojo Dewi Ambarawati, putri saka Prabu Ambarasraya raja negara Pandansurat.
Paraga Pétruk iki ora disebutaké ing Kitab Mahabarata, dadi anané mung ing gubahan gagrag pewayangan Jawa. Ciri-ciri paraga Pétruk ya iku dedegé sing dhuwur lan irungé dawa. Pétruk sadina-dina tansah nggawa gaman arupa pethèl. Paraga iki kondhang ing lakon Petruk dadi Ratu.
Asal-susulé Petruk iki manéka warna vèrsiné. Ana sing nyebut yèn mbiyèn Pétruk iki pangéran gagah perkasa, ana uga kang nyebut mbiyèné anak pandhita sekti. Ing salah sijiné vèrsi iku, dhèwèké disebut asliné anaké pandhita raseksa ing pertapan Begawan Salantara. Nalika kuwi jenengé Bambang Pecrukpanyukilan. Dhèwèké senengé guyon lan dhemen gelut.
Ing padhepokan iku, Bambang Pecrukpanyukilan kondhang pilih tandhing. Mula saka kuwi, dhèwèké bancur ngulandara golèk ngélmu lan nguji kadhigdayané. Ing tengah ndalan, dhèwèké ketemu Bambang Sukakadi (Garèng) saka pertapan Bluluktiba. Wong loro banjur adu sekti. Awak loro-loroné dadi rusak. Untung waé banjur dipisah déning Semar (Semar lan Bagong). Wong loro mau banjur dipèk murid / anak déning Semar. Carita kasebut ana ing lakon Bathara Ismaya krama.

Thursday, May 2, 2019

Cerita Rakyat / Roro Jonggrang Bahasa Jawa

sebelum menuju ke cerita rakyat yang berjudul Roro Jonggrang ada baiknya untuk mengetahui tentang Roro Jonggrang, Roro Jonggrang merupakan sebuah patung atau arca yang ada di candi sewu Prambanan, Candi Sewu terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. berdasarkan Prasasti Kelurak tahun 782 dan Prasasti Manjusrigrha tahun 792 nama dari Candi Sewu adalah "Prasada Vajrasana Manjusrigrha".oke langsung saja ke cerita rakyat kisah Roro Jonggrang dalam versi Bahasa Jawa.


Roro Jonggrang
Bahasa Jawa

di kisahne ndek jaman mbiyen enek kerajaan sing gedhe sing jenenge prambanan, rojone jenenge Prabu Baka, nang panggon liyo yo enek kerajaan gedhe jenenge Kerajaan Pengging, Kerajaan Pengging duwe Ksatrio sekti seng jenenge Bondowoso, duweni pusaka sekti jenenge Bandung, mulo kuwi di juluki nganggo jeneng Bandung Bondowoso, lan duweni prajurit rupo jin.

nang dino liyo Rojo Pengging nyeluk Bandung Bonsowoso, Rojo Pengging ngongkon Bandung Bondowoso nyerang Kerajaan Prambanan, dino sesoke Bandung Bondowoso nyeluk pasukane sing rupo jin kanggo nyerang nang Kerajaan Prambanan. amergo Bandung Bondowoso lan pasukane nyerang dumadakan nggae Prabu Baka kalangkabut amergo ora siap yen di serang. Prabu Baka akhire kalah lan mati amergo kenek Pusaka Bandung sing sekti.
menange Bandung lan pasukan jin sing di pimpine intok imbalan manggoni Kerajaan Prambanan, lan ngurus kabeh keluargane Pra Baka.
wektu Bandung Bondowoso manggon ning istana Kerajaan Prambanan, dheweke nyawang enek wong wadon ayu, wang wadon kasebut yaiku Putrine Prabu Baka. wektu nyawang Roro Jonggrong dheweke langsung jaruh hati, tanpo mikir dowo banjur Bandung Bondowoso nglamar Roro Jonggrang,
"Roro, sliramu gelem opo ora dadi permaisuriku??.. pitakone Bandung menyang Roro.
krungu pitakon teko Bandung Bondowoso kasebut Roro Jonggrang mung iso meneng amergo bingung, sakbenere Roro Jonggrang benci karo Bandung amergo sing mateni bapake Roro Jonggrang yaiku Bandung Bondowoso, nanging Roro Jonggrang yo rumongso wedi karo Bandung, akhire sakwise mikir Roro Jonggrang duwe coro supoyo Bandung Bondowoso ora sido ngrabi dheweke.
"nggeh gusti, kulo tampi lamaran panjenengan nanging kulo nyuwun penjaluk sing kudu panjenengan turuti!!!!! jawabe Roro Jonggrang.
"opo penjalukmu Roro?.. pitakon Bandung
"kulo nyuwun panjenengan damelaken sewu candi lan loro sumur tapi mung wektu sewengi sakdurunge srengenge metu gusti"!!! jawabe Roro.
Krungu penajuluke Roro, Bandung banjur setuju amergo dheweke rumongso iso lan gampang gawe candi ngono iku soale duwene pasukan rupo jin, akhire Bandung Bondowoso ngumpulne pasukane para jin, ora suwe para jin mulai bangun candi lan sumur.
Roro Jonggrang sing nyekseni mbangun candi mulai galau wedi lan resah ati, amergo wektu jam 2 bengi mung kurang telu candi, Roro Jonggrang mikir, golek coro supoyo Bandung Bondowoso gagal lek bangun candi.
akhire Roro nemu coro, Roro Jonggrang nggugah para dayange, di kongkon ngumpulne damen banjur di bakar supoyo langit katon abang koyok wayah isuk, lan banjur nutuki lesung sing di gae ndeplok pari, supoyo pitik pitik podo tangi ben koyok wayah wes isuk, akhire usahane kasel, para jin sing krungu suara pitik lan nyawang langit wes abang banjur para jin mandek lek nyambut gawe lan podo mlayu kabeh, nyawang jin sing podo mandek lek nyambut gawe lan podo mlayu Bandung Bondowoso ngamuk tapi Bandung ora iso opo-opo amergo wayah wes di kiro isuk karo amergo jin podo wedi lek srengenge metu.
Bandung Bondowoso Banjur nutukne dhewekan lek mbangun candi sing kari telu, nanging dino sial kanggo Bandung, wayah wes mulai isuk nanging lek bangun candi Bandung Bondowoso kurang siji, Bandung Bondowoso akhire gagal nuruti penjaluke Roro Jonggrang.
Roro Jonggrang banjur marani Bandung Bondowoso
"gusti panjenengan gagal nuruti kekarepanku" omongane Roro
krungu omongan ngonokuwi Bandung Bondowoso ngamuk terus ngomong karo sworo banter
"awakmu curang Roro Jonggrang, awakmu sing gagalne, mergo candi iki mung kurang siji awakmu sing tak gae genep ben dadi sewu"
akhire Bandung Bondowoso ngetokne pusokone gae ngutuk Roro Junggrong dadi Patung utawa reco di gae jangkep supoyo dadi sewu candi.

mekaten cerito Roro jonggran engkang damel Bohoso jawa mugi-mugi enten manfaate.
sekian dan terima kasih.

Tuesday, April 2, 2019

Cerita Rakyat Pendek - Keong Emas

Sebelum ke cerita ada baiknya kita bahas dahulu apa sih cerita rakyat itu?.... Cerita rakyat yaitu cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi suatu ciri khas setiap Bangsa yang mempunyai kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang di memiliki masing-masing bangsa. pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal mula suatu tempat. biasanya tokoh tokoh yang di munculkan dlm cerita rakyat umumnya di wujudkan dalam bentuk binatang atau manusia. cerita rakyat bersifat anonim atau pengarang tidak di kenal, struktur cerita rakyat yaitu orientasi (pengenalan). kompilasi atau insiden (alur) dan resolusi/interprestasi.

Ciri-ciri cerita rakyat yaitu :
  • Disampaikan turun-temurun
  • Tidak diketahui siapa yang pertama kali membuatnya
  • Kaya dengan nilai-nilai luhur
  • Bersifat tradisional
  • Memiliki banyak versi dan variasi
  • Mempunyai bentuk-bentuk klise dlm susunan/cara pengungkapan nya
  • Bersifat anonim, yang maksudnya nama pengarang tidak ada
  • Berkembang dari mulut ke mulut
  • Cerita rakyat di sampaikan secara lisan.


CERITA RAKYAT BAHASA INDONESIA
KEONG EMAS

Di ceritakan pada zaman dahulu kala di kerajaan daha ada dua Putri yang bernama Galuh Ajeng dan Candra Kirana. kerajaan daha di pimpin oleh,Prabu Kertamarta,Putri Candra Kirana memiliki kecantikan yang luar biasa, anggun lembut dan mempesona, Candra Kirana mempunyai tunangan yang bernama Raden Inu Kertapati yang sangat tampan gagah dan cerdas, Raden Inu merupakan putra mahkota dari kahuripan.
sedangkan Galuh Ajeng sebenarnya juga cantik dan mencintai Raden Inu Kertapati, oleh karena itu Galuh Ajeng sangat iri dengan Candra Kirana yang bertunangan dengan Raden Inu, Rasa iri yang ada dalam hati Galuh Ajeng membuatnya sangat membenci Candra Kirana, Galuh Ajeng akhirnya mempunyai pemikiran dan rencana untuk menyingkirkan Candra Kirana dari kerajaan daha. secara diam-diam Galuh Ajeng meminta bantuan seorang Nenek penyihir yang sangat jahat, yang mempunyai mantra kutukan yg mengerikan, Galuh Ajeng meminta pada Nenek penyihir itu untuk membuat kutukan kepada Candra Kirana.
"nenek kutuk si kirana menjadi sesuatu yang mengerikan wujudnya"  pinta Galuh Ajeng.
"okelah" ujar si nenek menyanggupi permintaan Galuh Ajeng.
usahakan agar Candra Kirana dapat keluar dari istana hingga aku dapat bertemu langsung dengannya, ketika itulah aku akan mengutuknya menjadi wujud lain" nenek sihir itu yakinkan kepada Galuh Ajeng kalau memang dia mampu mengutuk nya.
Galuh Ajeng akhirnya bersiasat, memfitnah Candra Kirana, akibat fitnahan Galuh Ajeng, membuat Prabu Kertamarta murka kepada Candra Kirana yang akhirnya mengusirnya dari kerajaan.
Candra Kirana meninggalkan kerajaan dengan hati luka amat dalam, Candra Kirana berjalan tanpa arah tanpa tujuan, ia pun tiba di sebuah pantai, nenek sihir yang diam diam mengikuti, muncul tiba-tiba dihadapan Candra Kirana, tanpa basa basi, si nenek sihir pun langsung ucapkan mantra dan mengutuk Candra Kirana
"jadilah engkau keong emas!... kutuk si nenek sihir.
nenek sihir yang jahat itu lantas membuang keong emas ke laut seraya berseru
"kutukan ku akan hilang jika engkau bertemu dengan tunangan mu"
pada suatu hari ada seorang nenek yang berasal dari Desa Dadapan tengah mencari ikan di laut dengan menggunakan jala, keong emas itu tersangkut di jala yang di tebar kan si nenek itu. si nenek membawa keong emas itu ke rumahnya, semula ia hendak memasaknya , namun ketika melihat betapa indahnya keong itu maka si nenek mengurungkan niatnya untuk memasak. lalu si nenek meletakkan keong emas di temayang.
keesokan harinya si nenek melanjutkan kegiatan sehari-harinya mencari ikan, namun tampaknya hari itu hari yang sial tanpa keberuntungan hanya beberapa ekor yang ia dapat, ia tak bisa membayangkan ia akan makan apa? sedangkan hasil tangkapan nya tak cukup untuk membeli beras. ia pun melangkah pulang menuju rumahnya. Namun alangkah terkejut nya setelah tiba dirumah , ia bingung dan merasa heran melihat berbagai hidangan tersaji di rumahnya, si nenek semakin bingung karena saat ia berangkat mencari ikan merasa belum memasak dan tak pernah minta pertolongan memasak kepada tetangganya, karena perut yang lapar dan hasil tangkapan nya yang tak mencukupi dengan terpaksa si nenek memakan makanan yang tersaji di rumahnya.
hari demi hari kejadian selalu terulang lagi, setiap si nenek pulang ke rumah makanan selalu tersaji di rumahnya, si nenek akhirnya penasaran dan ingin mengetahui siapa sesungguhnya yang selalu menyiapkan makanan di meja makannya. di suatu hari si nenek berpura-pura hendak berangkat mencari ikan seperti biasa, tetapi si nenek kembali ke rumahnya dan mengintip dari balik jendela, beberapa saat mengintip, si nenek di kejut kan oleh tempayang yang beri keong emas hasil tangkapannya, dari dalam tempayang keluar sosok gadis cantik, si gadis cantik itu kemudian sibuk memasak di dapur dan membersihkan rumah si nenek, si nenek itu pun tak tunggu lama ia langsung masuk kerumah dan memergoki si gadis cantik itu.
"siapakah kamu, gadis cantik?....  tanya si nenek
si gadis cantik itu pun tak bisa mengelak akhirnya ia menceritakan dan menjelaskan siapa dia asal dan usunya, dan mengapa ia bisa berubah menjadi keong emas dan tidak bisa lepas dari kutukan itu. akhirnya ia kembali berubah menjadi keong emas.
di tempat lain, Raden inu Kertapati yakin Candra Kirana masih hidup, keyakinan itulah yang membuat tekad Raden inu Kertapati untuk mencarinya. nenek sihir yang jahat itu tahu tentang usaha Raden Inu Kertapi yang ingin mencari Candra Kirana, untuk menggagalkan usahanya, nenek sihir mengubah dirinya dengan wujud burung gagak, burung gagak itu mendatangi Raden inu kertapati dan memberikan petunjuk yang kian menyesatkan, dalam pencarian nya yang berhari-hari pada suatu ketika ia bertemu dengan seorang kakek yang terlihat kelaparan dan membutuhkan pertolongan, raden inu kertapati lantas memberikan bekal makanan yang ia bawa kepada kakek itu.
"Maaf Raden" kata si kakek .
"siapakah sesungguhnya Raden ini?.... 
akhirnya Raden Inu kertapati menjelaskan siapa sebenarnya dirinya dan menjelaskan bahwa ia mendapatkan petunjuk dari seekor burung gagak.
tanpa di sangka-sangka ternyata si kakek itu sudah tahu apa yang terjadi dan yang menimpa raden inu kertapati, dan menjelaskan kepada Raden Inu Kertapati bahwa burung gagak itu adalah jelmaan dari nenek sihir, Raden Inu terkejut dan tak menyangka dengan penjelasan dari si kakek,  si kakek itu sebenarnya adalah orang yang sakti mandraguna.
"burung aggak itu jelmaan nenek sihir"  tanya Raden Inu Kertapati
"benar Raden" jawab si kakek
tidak lama kemudian dari kejauhan datang seekor burung gagak yang menghampiri mereka berdua, untuk membuktikan ucapannya si kakek lalu memukul burung gagak itu dengan tongkatnya, tanpa menunggu lama, burung gagak itu berubah menjadi asap dan menghilang.
kemudian si kakek memberikan petunjuk kepada raden inu kertapati
"jika raden bertemu dengan tunangan raden, pergilah ke Desa Dadapan"..... ucap si kakek kepada Raden Inu kertapati.
Raden inu kertapati akhirnya melacu kudanya secepat pesawat jet tanpa menghiraukan panas matahari dan dingin nya air hujan yang membasahi tubuhnya.
ketika Rden Inu Kertapati tiba di Desa Dadapan tidak di sangka-sangka ia kehausan dan bekal air yang ia bawa telah habis, ketika melihat gubuk ia pun lantas melangkah menuju gubuk itu dan meminta air untuk melepas dahaga, akan tetapi bukan hanya air minum yang ia dapatkan, tetapi tunangan nya yang ia cari.
Raden Inu Kertapati akhirnya berhasil menemukan Pujaan Hatinya, karena telah bertemu dengan tunangan nya maka kutukan si nenek sihir sketika sirna, Candra Kirana kembali menjadi seorang gadis cantik.
Raden Inu Kertapati segera memboyong Candra Kirana ke Kerajaan Daha, si Nenek yang baik hati itupun tak lupa di ajak ke Kerajaab daha, setelah sampai di Kerajaan Daha Candra Kirana menjelaskan apa yang menimpanya kepada Prabu Kertamarta, kedok jahat dari Galuh Ajeng menjadi terbongkar.
Prabu Kertamarta murka besar ketika tahu yang sebenarnya, akhirnya Prabu Kertamarta murka besar bagaikan angin tornoda kepada Galuh Ajeng, dan menghukum seberat-beratnya kepada Galuh Ajeng, namun karena kebaikan hati Candra Kirana apa yang di lakukan oleh Galuh Ajeng dimaafkan, dan Prabu Kertamarta memerintahkan Galuh Ajang untuk meninggalkan Kerajaan Daha.
Candra Kirana dan Inu Kertapati kemudian menikah mereka sangat bahagia, dan si nenek yang baik hati itu kemudian tinggal bersama Candra Kirana di Istana.

Pesan Moral : kebenaran akan mengalahkan kejahatan, sifat iri hati dan dengki adalah sifat tercela yang harus di tinggalkan oleh manusia, orang yang iri hati akan merasakan kekalahan dan kehancuran di kemudian hari.

Thursday, March 28, 2019

Cerita Rakyat Bahasa Jawa pendek-Damarwulan

Legenda atau Cerita Rakyat Dari Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur yaitu Damarwulan tersu berkembang dengan berbagai versi mulai dari versi wayang orang, kartun, ludruk, majalah dan bahkan film layar lebar, penulis akan mencoba menulis ulang cerita rakyat Damarwulan dalam versi bahasa jawa semoga bisa di pahami............

Cerita Rakyat Bahasa Jawa

DAMARWULAN

zaman mbiyen wilayah Banyuwangi ana Adipati sing nduweni kesakten luar biasa sing disebut Minakjingga, ing sawijining panggonan dheweke ngrancang nglawan Kerajaan Majapahit sing dipimpin dening raja wadon ayu sing jenenge Ratu Ayu Kencana Wungu. Ratu Ayu Kencana Wungu nglakoni KSayemboro kanggo ngusir ancaman saka Minakjingga.

Damarwulan Vs Minakjingga.

Dewi Suhita, sing nduwe gelar Ratu Ayu Kencana Wungu, Panguasa Karajan Majapahit kaping 6, Majapahit bisa ngalahake pirang-pirang karajaan, salah sawijining karajaan cilik sing nyerah menyang Majapahit yaiku Blambangan Banyuwangi. Kraton Blambangan dipimpin déning sawijining bangsawan saka Klungkung, Bali, sing jenengé Adipati Kebo Marcuet sing misuwur kanthi kesakten. Anane Kebo Marcuet damel ancaman kanggo Ratu Ayu Kencana Wungu, sanajan mung Adipati, nanging tumindak Adipati Kebo Marcuet sing terus nentang wilayah Majapahit sing nggawe Ratu Kencana Wungu cemas lan susah. Ratu Kencana Wungu nyoba nyegah tumindak Adipati Kebo Marcuet kanthi nyengkuyung sayemboro.
"sapa sing bisa ngalahake Adipati Kebo Marcuet, dheweke bakal tak angkat dadi Adipati Blambangan lan dadi bojoku"
ngandika Ratu Ayu Kencana Wungu, sing diwaca kanggo kabeh wong Majapahit.

Sayemboro iki dirawuhi dening puluhan wong, nanging kabeh gagal ngalahake Adipati Kebo Marcuet, ana wong nom-noman sing jenenge Jaka Umbaran sing asale saka Pasuruan, dheweke yaiku cucu Ki Ajah Pamengger sing dadi guru saka Pakdhene Kebo Marcuet, ketoke jaka Umbaran mangerteni kelemahan Adipati Kebo Marcuet, yaiku karo senjata Gada Wesi Kuning, banjur karo senjata pusaka lan dibantu dening wong sekti tukang meek kelapa sing kuat sing jenenge Dayung, Jaka umbaran ngalahake Adipati Kebo Marcuet.

Ratu Ayu kencana wungu seneng banget ngrungokake kabar kasebut, dheweke uga ngangkat Jaka Umbaran Adipati Blambangan kanthi Jeneng Minakjingga. Nanging, Ratu Ayu Kencana Wungu ora gelem nggarwa Jaka Umbaran amarga Minakjingga wes ora ganteng meneh, amarga perang karo Adipati Kebo Marcuet. Pasuryan Jaka Umbaran, sing awalé apik banget, rusak, sikilé limpas lan awaké bungkuk.

Minakjingga isih meksa ngumpetake janji, dheweke teka menyang Majapahit kanggo nagih janji Ratu Ayu Kencana Wungu sanajan nalika iku dheweke duwe 2 selir sing jenenge Dewi Wahita lan Dewi Puyengan, Minakjingga kecewo amarga sang ratu nolak. Minangka Minakjingga nuwuhake duka lan  dendam Kusumat menyang Ratu Ayu Kencana Wungu, supaya bisa ngarahake bebendune dheweke, ngrebut sawetara wilayah Majapahit nganti Probolinggo, ora mung kasebut, Minakjingga uga pengin nyerang Majapahit.

Ratu Ayu Kencana Wungu kaget nalika krungu yen Minakjingga kepengin nyerang Kerajaan Majapahit. banjur dheweke ngenekne sayemboro meneh. puluhan peserta milu ing kontes, nanging ora ana sing bisa ngalahne Minakjingga. Ratu kuwatir, lan pungkasane ana wong wong nom sing asmane Damarwulan sing dadi putrane Patih Udara, Patih Majapahit sing nglakoni meditasi, banur Damarwulan kerja milu Patih Logender minangka perawat kuda milik Patih Logender, patih  logender yaiku patih Majapahit sing diangkat ngganti posisine bapake Damarwulan.

ing ngarepe Ratu, Damarwulan ngandhakake kepinginan kanggo nggabungake sayemboro kanggo ngalahake Minakjingga sing nggawe kerajaan Majapahit susah.
"Pangapunten, Gusti Ratu upami pareng, ngidini kula tindak ing kontes" Damarwulan mangsuli. 
"iyo", Damarwulan, gawanen sirahe Minakjinggo nang ngarepaku," kandhane Ratu.
"nggeh", Gusti Ratu," wangsulane Damarwulan, matur yen pamit.
Damarwulan ninggalaké Blambangan kanggo nantang Minangkabau. sawise tekan Blambangan.
"Eh, Minakjinggo, yen sampeyan wani, perang karo aku!" Damarwulan nantang Minakjingga nalika tekan Blambangan.
"sapa kowe?" ... takon Minakjingga "awakmu pingin nantang aku"
"ngerti, hai pembentok !!! ... aku Damarwulan dikirim Ratu kanggo ngrampungake kowe" wangsulane Damarwulan.

"ha ... ha ... ha ......!" Dheweke si Minakjingga ngguyu kemekek. "Ora ana gunane teka kene, wong bagus, kowe ora bakal bisa nglawan kasektenku, kehebaten pusakaku iki Gada Wesi Kuning"

Akhire ana pertempuran sengit antarane Damarwulan lan Minakjuggga, nanging pungkasane Damarwulan kalah perang lan gumletak semaput, amerga kenek Gada Wesi Kuning pusakane Minakjingga. Dewi Wahita lan Dewi Puyengan nylametake Damarwulan, dheweke kanthi rahasia ngluwari lan ngobati tatu Damarwulan, sawise Damarwulan ngrebut atine Dewi Puyengan lan Dewi Wahita mbukak lan menehi rahasia babagan kakuwasan gaib Minahasa.

"Kekuwatan Minakjinggo dumunung ing Gada Wesi kuning, dheweke ora bisa nindakake apa-apa tanpa senjata," ujare Dewi Wahita.

"Mesthi yen sampeyan pengin ngalahake Minakjingga, sampeyan kudu njupuk Pusaka Gada Wesi Kuning," tambah Puyengan dewi.
"Banjur, kepiye aku bisa ngrebut pusakane?" Pitakon Damarwulan
"aku bakal mbantu sampeyan njupuk pusakane minakjinggo," ujare Dewi loro.
ing wayah sore, Dewi Sahita lan dewi Puyengan nyolong pusaka kuning nalika Minakjingga turu, banjur wenehne pusaka gada wesi kuning menyang Damarwulan, sawise ndhuweni senjata, Damarwulan banjur nantang Minakjinggo supaya bisa perang, Minakjungga kaget nalika weruh senjatane ana ing tangane Damarwulan.

Damarwulan ora mangsuli, pitakonan Minakjingga, dheweke langsung nyerang Minakjinggo nganggo senjata gada wesi kuning sing ana ing tangane, Minakjingga ora bisa perang lan kanthi gampang dikalahake, Akhire, Adipati Blambangan matiiku dening senjatane dhewe. Damarwulan nugel gulune Minakjingga supaya iso digowo nang adepane Ratu Ayu Kencana Wungu. 

ing dalan menyang karajan Majapahit, Damarwulan cegat dening Layang Seta lan Layang Kumitir, loro sadulure yaiku putra saka Patih Logender. meneng-meneng ngetotne damarwulan menyang Blambangan, nalika ndeleng Damarwulan bisa ngalahake Minakjingga, dheweke bakal ngrebut sirahe Minakjingga supaya bisa diakoni minangka sing iso ngalahne Minakjinggo.

Damarwulan ora gelem nampani panjaluk kasebut, perang kasebut ora bisa diindari, layang seta lan layang kumitir nyerang Damarwulan lan berhasil ngrebut sirahe Minakjingga. Banjur dheweke njupuk serahe minakjingga di gawa menyang Majapahit, nalika arep nyedhiyakake sirah menyang Ratu Ayu dumadakan Damarwulan teka lan langsung ngandhani kayektene.

"Gusti Ratu, kulo sampun nglakoni tugas sing apik, nanging ing tengah dalan, layang seta lan layang kumitir ngrebut minakjingga saka tangan kula" ujare Damarwulan.

"gusti ratu, tembung Damarwulan goroh, kita sing wis numpes  Minakjingga" omongane Layang Seta.
perdebatan antarane loro-lorone dadi tambah panas, loro-lorone nyatakake dheweke sing iso menggal Minakjingga.

Banjur Damarwulan dadi luwih ati-ati ngadhepi putrane Patih Logender, dheweke kudu mbuktekake marang Ratu yen dheweke sing bener, kaya dene Layang, dheweke ora pengin ngapusi marang ratu.

Disaksekake dening Ratu Ayu Kencana Wungu lan kabeh rakyat Majapahit, peperanga dumadi antarane layang seta lan layang kumitir nglawan Damarwulan, loro-lorone ngetokake kabisan kanggo menang. Perang kasebut akhire dimenangake dening Damarwulan. layang Seta lan Layang Kumitir ngakoni kesalahane lan kekalahane, akhire dheweke loro-lorone dipenjara, akhire Damarulan berhak nggarwa Ratu Ayu Kencana Wungu.

crita Damarwulan lan Manikjingga saka Blambangan-Banyuwangi, Jawa Timur. crita iki dikembangake dadi versi macem-macem. Crita Damarwulan lan Minakjingga uga dadi tema pertunjukan ing pameran teater, malah diunggahake ing layar amba.


demikian cerita Damarwulan dalam versi bahasa jawa semoga sobat tidak kecewa.
salam ngetik...tik...tik....

Monday, March 25, 2019

Cerita Rakyat Bahasa Jawa - Danau Toba

Bahasa Jawa
Picture : Youtube

Jaman Semono Neng Siji Desa nang Wilayah Sumatera, enek petani sing sregep tandang gawe, dheweke tandhang gawe nang sawah senajan ora ombo, nanging iso nyukupi kebutuhane, petani kuwi dewe jeneng Toba. sakbenere umure wes cukup kangge rabi utawa kangge omah-omah, nanging dheweke tetep milih urip dhewekan, isuk-isuk dina sing cerah, petani kuwi macing iwak nang kali "mugo mugo aku intok iwak sing gedhi dina iki" ngomong ning jero ati, sewetara wektu sakwise pancinge di uncalne, pancinge obah-obah, dheweke kaget diangkat intok iwak gedhi sing warnane apik, sisik iwak kuwi rupane kuning emas, matane bunder lan mripate metu mendolo ngetokne warno mengkilap. toba sineng bangen amergo sak umu-umur durung pernah intok iwak gedhi.
Ringkes cerita toba banjur gowo muleh iwak kuwi, angen-angene ngetan-ngulon-ngidul-ngalor mbayangne yen di bakar terus di pangan rasane uenak tenan. tekan omah, petani iku langsung nggowo iwak nang pawon, di siapne arep di bakar. pas wektu arep ngekakne geni kangge bakar iwak, disawang kayu bakre entek, banjur dheweke metu jupuk kayu bakar, sakbanjure jupuk kayu bakar mbalek menyang pawon ujug-ujug iwak iku ura enek, tapi panggonan iwak mau ono duwek emas sing kececer, amergo kaget lan nggumun ngalami singa aneh, banjur petani iku metu teko pawon lan mlebu nang kamar.

 Nalika mbukak lawang kamar, ujug-ujug (dumadak) getih beninge munggah mergo kaget enek cewek ayu sing rambute dowo ngadek ana ning kamar. wong wedok ayu iku banjur nyawang petani iku, lan ngajak peatnai iku nang pawon masak sego mergo durung ene sego sing di pangan, wektu masak cewek ayu rambut dowo iku cerita asal usule, cewek iku cerita yen dheweke incarnati utawa jelmaan saka iwak sing di gowo muleh, lan di jelasno yen duwek emas sing ono nin kono sing kececer iku sisik iwak sing ana ning awake."Toba mung iso plonga plungu nggumun ora ngerti.

Sak wise seminggu luweh cewek ayu rambut dowo iku ngomong nang nggone petani iku yen dheweke gelem dadi bojone nanging duweni syarat kudu gelem sumpah sak umur uripe, ora bakal ngungkit asal-usule sing teko Iwak, akhire Petani sing duweni jeneng Toba iku gelem sumpah banjur, akhire toba nikah karo iwak sing njelmo dadi wong wedok iku.

setahun sakwise, Toba lan Puteri duwe anak lanang sing di wenehi jeneng Samosir, bocah kuwi di manja banget karo ibuke nggarai bocah dadine males lan duwe tabiat elek. sawise gede bocah iku di kongkon ibuke ngeterake sego saben dino nang nggone bapake sing kerjo nang sawah, nanging jarang gelem, sawiji wektu Samosir di kongkon ngeterake sego nang sawah kanggo bapake, nanging mergo di pekso karo ibuke karo nesu tapi tetep mangkat ngeterake sego nang bapake, nanging teko tengah dalan sego lan lawuhe di entekne, teko sawah segone kari sitik nanging tetep di kekne nang bapake, mergo iku akhire bapake nesu-nesu mergo nyawang sego lan lawuhe kari sitik. nesune soyo nemen sabare ilang, banjur Samosir dihajar karo pangucap "anak kurang ajar, ura duwe toto kromo, ura kenek diatur, bener-bener anak keturunane iwak" karo nangis Samosir, mlayu muleh metuki ibuke nang omah, Samosir sambat karo ibuke yen dheweke di hajar karo bapake. kabeh pangucap sing metu soko omongane bapake di ceritake nang ibuke. krungu cerito ngonokuwi teko anake, ibuke susah banget, amergo si Toba wes nglanggar sumpahe. cepet cepet ibuke ngongkon samosir mlayu menyang gunung, samosir nuruti perintah ibuke, sakwise samosir teko pucuk gunung, si ibuke mlaku menyang kali cedak omahe terus myemplung, dibarengi sworo angin kilat bledek lan sworo gemlegar Ibuke Samosir sing nyemplung nang kali rubah wujud dai iwak gedhi, bebarengan karo dumadine iwak, banjir bandang ora kebendung ngebeki kahanan sing ana nang sekitare omah lan sawah poho klelep, Pak Toba sing jek nang sawah ora iso nglangi akhire, akhire pak toba katut klelep, suwi-suwi banyu soyo akeh dumadi Danau Toba.

Bahasa Indonesia
Pada Zaman dahulu kala di suatu desa di sumatera utara hiduplah seorang petani bernama Toba yang menyendiri di sebuah lembah yang landai dan subur. petani itu mengerjakan lahan pertaniannya untuk keperluan hidupnya. selain mengerjakan ladangnya, kadang-kadang pria itu pergi memancing ke sungai yang berada tak jauh dari rumahnya, setiap kali dia memancing, mudah saja ikan di dapatkan nya, karena sungai yang jernih itu banyak sekali ikan nya. ikan hasil memancing selalu dia masak dan makan.
Pada suatu sore yang indah, setelah pulang dari ladang pria itu langsung pergi ke sungai untuk memancing, tetapi sudah cukup lama ia memancing tak seekor ikan pun ia dapat. kejadian yang seperti itu, tidak pernah dia alami sebelumnya. sebab biasanya ikan di sungai itu mudah di dapat. karena sudah lama ia tidak mendapatkan, ia jadi kesal dan memutuskan untuk mengakhirinya, tetapi ketika ia hendak beranjak pergi, umpan nya di sambar ikan begitu hebat, pancing ditarik kesana kemari, setelah beberapa lama akhirnya ikan itu mengalah juga, dengan cepat ikan itu ditariknya ke darat. betapa senangnya dia melihat ikan yang ia dapat begitu besar, dengan riang gembira mata pancingnya ia lepas dari mulut ikan, pada saat ia ingin melepaskannya, ikan tersebut memandangnya dengan penuh arti, kemudian, setelah ikan itu di letakkan ke suatu tempat dia pun masuk ke dalam sungai untuk mandi, perasaannya gembira sekali karena belum pernah dia mendapat ikan sebesar itu. Dia tersenyum sambil membayangkan betapa enaknya nanti daging ikan itu kalau sudah di panggang. akhirnya ia meninggalkan sungai untuk pulang ke rumahnya hari sudah mulai senja.
setibanya dirumah, lelaki itu langsung membawa ikan besar itu ke dapur , ketika ia hendak menyalakan api untuk memanggang ikan itu, ternyata kayu bakar di rumahnya habis, dia segera keluar mencari kayu bakar, setelah mendapatkannya ia kembali rumah dan kembali ke dapur, ia terkejut sekali melihat ikan besar yang ada di dapur menghilang, di tempat ikan tersebut berganti dengan kepingan emas yang berserakan. karena terkejut dan heran mengalami keadaan yang aneh, dia meninggalkan dapur dan menuju ke kamar, ketika ia membuka pintu kamar betapa terkejut nya lagi ia melihat ada seorang wanita dengan rambut panjang terurai berdiri di dan menatap cermin yang ada di kamarnya, sesaat kemudian perempuan itu tiba-tiba membalikkan badan dan menyapa dengan manja kepada pria itu, pria itu bukannya takut melainkan terpesona oleh kecantikan gadis yang berdiri di hadapannya.
karena hari sudah larut malam, perempuan itu meminta agar pria itu menyalakan lampu, dan gadis itu bertanya kepada pria itu "sudah makan malam apa belum?... tanpa panjang lebar dan spontan pria itu menjawab belum, dan akhirnya wanita itu mengajak nya ke dapur, dan wanita itu berniat memasak untuk pria itu. wanita cantik itu memasak sambil menceritakan tentang dirinya, bahwa dia adalah jelmaan dari ikan besar yang ia dapat dari sungai itu, ia juga menjelaskan bahwa emas yang berserakan itu adalah penjelmaan dari sisik nya. Setelah beberapa minggu perempuan itu menyatakan bersedia menjadi istrinya dengan syarat ia harus bersumpah bahwa seumur hidupnya ia tidak akan pernah mengungkit asal usul istrinya yang sebenarnya penjelmaan dari ikan, akhirnya laki-laki itu sanggup dengan permintaan wanita cantik itu.
singkat cerita setahun kemudian, mereka di karunia seorang anak laki-laki yang mereka beri nama Samosir, anak itu sangat di manja oleh ibunya yang mengakibatkan anak itu menjadi pemalas dan bertabiat buruk. setelah cukup besar, anak itu disuruh ibunya mengantar nasi setiap hari untuk ayahnya yang bekerja di ladang, namun, sering dia menolak mengerjakan tugas itu sehingga terpaksa ibunya yang mengantarkan nasi itu ke ladang.
Suatu hari, anak itu disuruh ibunya lagi untuk mengantarkan nasi itu ke ladang untuk ayahnya, mulanya ia menolak, tetapi karena di paksa oleh ibunya, dengan kesal ia mengantarkan nasi itu, di tengah jalan, sebagian besar nasi dan lauk nya dia makan, setibanya di ladang, sisa nasi itu yang hanya tinggal sedikit dia berikan kepada ayahnya, saat menerimanya sang ayah sudah merasa sangat lapar karena nasi nya terlambat sekali diantar. oleh karena itu, maka si ayah jadi sangat marah ketika melihat nasi nya yang tinggal sedikit, amarahnya semakin memuncak ketika anaknya mengaku bahwa dia yang memakannya, kesabaran jadi hilang akhirnya, si anak itu di pukul nya sambil mengatakan "anak kurang ajar, tidak tahu di untung, betul betul anak keturunan ikan"!!!.
sambil menangis, anak itu berlari pulang menemui ibunya, lalu dia mengadu kepada ibunya tentang apa yang ia alami, bahwa bercerita bahwa ia di pukul oleh ayahnya, semua kata-kata yang di ucapkan cercaan ayahnya ia beritahukan kepada ibunya, mendengar cerita itu ibunya sedih sekali, terutama karena suaminya yang telah melanggar sumpahnya. akhirnya si ibu menyuruh anaknya agar segera pergi menuju bukit dan memanjat pohon yang tertinggi yang terdapat di puncak bukit, tanpa bertanya lagi si anak segera berlari, dan si ibunya melangkah menuju sungai yang tidak jauh dari rumahnya, ketika tiba di sungai kilat menyambar disertai gemuruh yang sangat mengerikan, sesaat kemudian dia melompat ke dalam sungai dan tiba-tiba berubah menjadi seekor ikan besar, pada saat yang sama, sungai itupun meluap banjir besar pun terjadi, pak Toba tak bisa menyelamatkan dirinya, ia mati tenggelam oleh air. lama-kelamaan genangan air itu meluas berubah menjadi danau yang sangat besar yang kemudian hari dinamakan danau Toba. sedang pulau kecil di tengah-tengahnya di beri nama Pulau Samosir.

Cerita Rakya Bahasa Jawa Singkat - sangkuriang

SANGKURIANG
https://ceritaihsan.com/legenda-sangkuriang/
Bahasa Jawa

Cerita iki diwiwiti saka Dewa lan Dewi sing amarga kesalahane sing di ing swarga, kudu ngalami hukuman ning donya, loro-lorone wis di hukum amarga nglakoni kebecikan ing urip ing bumi kanthi wujub babi lan asu. Dewi sing inkarnasi dumadi Babi kasebut di jenengi Wayung Hyang, lan Inkarnasi Dewa sing duamdi dadi Asu di jenengi Tumang. Wayung Hyang dheweke diukum nimangka dadi Babi Alas (kudu nindak ake kelakuan sing apik-apik ing alas) lan Tumang Kudu milu Raja yaiku Raja kang sakti jenenge Raja Sumbing Perbangkara.

Nang wektu liyo ana Babi sing ngliwati alas, babi ngelak amarga panase srengenge, nalika dheweke nggolek sumber banyu, dheweke weruh yen enek sumber banyu sing ana ing wit-witan, Babi alas ura mikir dowo terus ngombe banyu ing wit kuwi, banyu kuwi banyu pipise Raja Sungging Perbangkara sing sakti, cekak e cerita amarga Babi ngombe banyu pipise Raja sing sakti banjur iso Ngandhut (meteng) banjur nglahirake bayi wadon.

Friday, December 14, 2018

Cerita rakyat bahasa jawa pendek - Keong Emas - jawa timur

Sebelum ke cerita ada baiknya kita bahas dahulu apa sih cerita rakyat itu?.... Cerita rakyat yaitu cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi suatu ciri khas setiap Bangsa yang mempunyai kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang di memiliki masing-masing bangsa. pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal mula suatu tempat. biasanya tokoh tokoh yang di munculkan dlm cerita rakyat umumnya di wujudkan dalam bentuk binatang atau manusia. cerita rakyat bersifat anonim atau pengarang tidak di kenal, struktur cerita rakyat yaitu orientasi (pengenalan). kompilasi atau insiden (alur) dan resolusi/interprestasi.

Ciri-ciri cerita rakyat yaitu :

  • Disampaikan turun-temurun
  • Tidak diketahui siapa yang pertama kali membuatnya
  • Kaya dengan nilai-nilai luhur
  • Bersifat tradisional
  • Memiliki banyak versi dan variasi
  • Mempunyai bentuk-bentuk klise dlm susunan/cara pengungkapan nya
  • Bersifat anonim, yang maksudnya nama pengarang tidak ada
  • Berkembang dari mulut ke mulut
  • Cerita rakyat di sampaikan secara lisan.


Cerita Rakyat Bahasa Jawa - Keong Emas - Jawa Timur.
Ing jaman mbiyen ana sawijining kerajaan yaiku kerajaan daha, ing kerajaan kasebut ana loro putri kang ayu-ayu rupane, putri kasebut di paringi jeneng Putri Dewi Galuh lan Candra Kirana, ke loro Putri kasebut urip kecukupan pangan lan sandang, uga bahagia uripe, sawiji dina, ana pangeran teka saka Kahuripan, pangeran iku ganteng lan gagah, jenenge Raden Inu Kertapati. Pangeran Iku moro menyang Kerajaan Daha duweni maksud arep nglamar Candra Kirana, tumekane Pangeran di tampani apik banget karo Raja sing akhire Candra Kirana lan Pangeran Inu Kertapati Lamaran.
Nanging Dewi galuh iri karo lamarane Candra Kirana lan Pangeran Inu Kartapati amergo Dewi Galuh mikir Pangeran Inu luweh pantes kanghge dheweke. Dewi Galuh Akhire lunga menyang nggone Penyihir njaluk tulung supoyo Candra Kirana di sihir dadi barang sing nggilani lan Raden Inu iso ngedoh soko Candra Kirana. Nenek sihir langsung nuruti penjalukke Dewi Galuh, Nyihir Candra Kirana dadi Keong Emas lan di guwak menyang kali.
Galuh Ajeng akhire duwe rencana jahat, dheweke fitnah menyang Candra Kirana, sing dadekne Prabu Kertamarta nesu nang Candra Kirana, Prabu Kertamarta akhire ngusir Candra Kirana teka kerajaan, Candra Kirana ninggalno kerajaan nyonggo roso loro ati, Candra Kirana mlaku ora tentu arah lan tujuane akhire teko pesisir, Nenek Sihir meneng-meneng ngetutne Candra Kirana dewekan, Candra Kirana banjur di kutuk dadi keong Emas
Sawiji Dina, nang Desa Dadapan enek wong tuo sing lagi nggolek iwak karo jaring, lan keong emas iku nyangkut nang jaringe wong tuwek iku. Keong Emas di gowo muleh karo wong tuwek nang omahe lan di simpen nang temayang. sesoke wong tuwek iku nggolek  iwak meneh, nanging ora uleh iwak babar blas akhire wong tuwek iku muleh ura ngowo opo-opo, nalika wong tuwek iku teko omah, diamadakan dheweke kaget amergo wes cemepak panganan enak-enak nang mejone, wong tuwek iku kaget lan nggumun sopo sing ngirimi panganan?
kejadian iku terus-terusan kedadian wektu wong tuwek iku lunga teko umahe, sawiji dina wong tuwek iku penasaran lan kepingin ngerti sopo sing nyepakne panganan nang mejone, wong tuwek iku banjur ndedepi lan nginceng sopo to sing sakbenere? wong tuwek iku kaget amergo keong emas sing ana ing tempayang iku rubah utawa manikmo dadi wong wedok sing ayu rupane, wong wedok iku banjur masak lan nyiapne panganan nang mejo. amergo wong tuwek iku penasaran banjur marani Putri sing ayu iku.
"sopo sliramu cah ayu?... teko ngendi asalmu?... pitakone wong tuwek iku.
"kula putri teka Kerajaan daha nek!!! kula di sihir dadi keong emas kaleh nenek sihir kongkonan adiek kula!!!.. jawabane Candra Kirana.
sakbare jelasne asal-usule, dheweke banjur rubah maneh dadi Keong Ema, wong tuwek sing ndek cedhake dadine bingung.
ing sawektara wektu, Pangeran Inu Kertapati ora bisa meneng nalika ngerti Candra Kirana ilang. banjur Pangera Inu Kertapati nggoleki Candra Kirana karo cara nyamar dadi wong cilik utawa dadi rakyat cilik, nenek sihir jahat iku akhire ngerti tujuane Pangeran Inu, Si nenek Sihir nyamar dadi manuk Gagak, Raden Inu Kertapati kaget nalika nyawang manuk gagak sing iso ngomong, lan iso bedek tujuane Pangeran Raden Inu Kertapati nyamar dadi rakyat cilik. Pangeran Inu Kertapati Nganggep manuk gagak iku sekti lan iso nuruti kegayuhane, padahal Raden Inu Kertapati di duduhi dalan sing salah karo Manuk Gagak iku.
nang tengah dalan Pangeran Inu Kertapati ketemu karo kakek-kakek sing keluwen, Raden Inu Kertapati wenehi panganan nang wong tuwek lanang iku, 'sepurane cah bagus' sampean sinten kok sae banget tumindake sampeyan, Raden Ibu akhire cerita maksud lan tujuane, ora di songko-songko kakek iku nyatane wong sekti mandraguna, si kakek ngerti yen Raden Inu soyo di adohne karo Candra Kirana sing di gawe karo manuk gagak.
'manuk gagak iku jelmaan nenek sihir' takon raden inu menyang kakek iku.
'bener raden' jawab si kakek, kanggo buktekne pangucap kula, di entosi mawon dateng mriki.
ura suwi manuk gagak teko,  Manuk gagak iku di gepok nganggo tongkat akhire manuk gagak iku rubah dadi Beluk utawa asep terus ngilang.
Pangeran Inu akhire cerita marang si kakek yen dheweke nggoleki Candra Kirana, lan kakek iku ngongkon Raden Inu Kertapati nang Desa Dadapan, sawise ngentekne pirang pirang dina, akhira pangeran teka nang Desa Dadapan lan nyedaki gubuk  karo duwe niatan kepingin banyu ngombe mergo sangu banyune entek.
Nalika Pangeran Nyawang teko cendelo, dheweke kaget, nyatane nang njero gubuk ana Candra Kirana sing masak nang pawon, mergo ketemu karo Pangeran Inu Kertapati Putri Candra Kirana iso ucul teko sihir si nenek jahat iku, akhire Pangeran Inu lan Putri Candra balik meneh nang Istana karo ngajak Wong Tuwek sing Duwe Gubuk Iku, Candra Kirana Cerita Sekabehane menyang Raja Kertamarta, yen kabeh iku perbuatane Dewi Galuh, Raja Kertamarta akhire jaluk sepura saka kedadean iku menyang nggone putrine yaiku Candra Kirana.
ing sawektara wektu, Dewi Galuh angsal hukuman saka perbuatane iku, mergo wedi intok hukuman akhire Dewi galuh Mlayu nang alas, Pangeran Inu Kertapati lan Candra Kirana akhire rabi lan urep bahagia.

Baca Juga

Jagal Abilawa

Jagal Abilawa adalah nama samaran dari Raden Brotoseno / Bima, dia menyamarkan diri karena pada masa itu para Pandawa mendapat ujian karena ...