SANGKURIANG
https://ceritaihsan.com/legenda-sangkuriang/
Bahasa Jawa
Cerita iki diwiwiti saka Dewa lan Dewi sing amarga kesalahane sing di ing swarga, kudu ngalami hukuman ning donya, loro-lorone wis di hukum amarga nglakoni kebecikan ing urip ing bumi kanthi wujub babi lan asu. Dewi sing inkarnasi dumadi Babi kasebut di jenengi Wayung Hyang, lan Inkarnasi Dewa sing duamdi dadi Asu di jenengi Tumang. Wayung Hyang dheweke diukum nimangka dadi Babi Alas (kudu nindak ake kelakuan sing apik-apik ing alas) lan Tumang Kudu milu Raja yaiku Raja kang sakti jenenge Raja Sumbing Perbangkara.
Nang wektu liyo ana Babi sing ngliwati alas, babi ngelak amarga panase srengenge, nalika dheweke nggolek sumber banyu, dheweke weruh yen enek sumber banyu sing ana ing wit-witan, Babi alas ura mikir dowo terus ngombe banyu ing wit kuwi, banyu kuwi banyu pipise Raja Sungging Perbangkara sing sakti, cekak e cerita amarga Babi ngombe banyu pipise Raja sing sakti banjur iso Ngandhut (meteng) banjur nglahirake bayi wadon.
Raja Sungging Perbangkara ngerti babagan ana bayi sing lahir ana ing alas, banjur Raja nggoleki, akhire bocah wadon kasebut ketemu di jenengi Dayang Sumbi. Dayang Sumbi soyo gede tansaya Ayu rupane, Dayang Sumbi gawe kepincut para Kesatria lan Para Raja sing kepingin podho ngrabi, nanging Dayang Sumbi ura gelem, para Raja lan Kesatria padho tukaran lan perang ngrebutake Datang Sumbi, snajan Dayang Sumbi ura nrimo kekarepane kabeh.
Dayang Sumbi susah banget amarga kasunyatanipun para Kesatria lan para Raja ora gelem nglereni perang, akhire Dayang Sumbi Njaluk menyang Raja Sungging Perbangkara supoyo di asingne, Raja Sungging ngijini Dayang Sumbi nyepi ana ing alas nang gunung sing di kancani karo Asu lanang jenenge Tumang. dino-dino nang alas Dayang Sumbi gawe Tenun, wektu gawe tenun dayang Sumbi nglamun banjur Tenune ciblok, Dayang Sumbi aras-arasen Nnjupuk, banjur Dayang Sumbi ora sadar ngucap ake "
Maaf Bersambung
Bahasa Indonesia
Kisah ini bermula dari seorang dewa dan seorang dewi yang karena kesalahan yang dibuatnya di kayangan, akhirnya harus menjalani hukuman di dunia. Keduanya dihukum untuk berbuat kebaikan dalam hidupnya di bumi dalam bentuk seekor babi hutan dan seekor anjing. Babi hutan jelmaan dewi itu bernama Wayung Hyang, sedangkan anjing jelmaan dewa itu bernama Tumang. Wayung Hyang karena dihukum sebagai babi hutan atau celeng, maka ia berusaha melakukan berbagai kebaikan di dalam sebuah hutan. Sementara Tumang, sang anjing jelmaan dewa itu mengabdi sebagai anjing pemburu pada seorang raja yang bernama Sumbing Perbangkara.
Pada Zaman dahulu kala se ekor babi tengah melintas di sebuah hutan belantara Babi hutang itu sedang merasakan kehausan di tengah panasnya terik matahari, pada saat dia mencari-cari mata air, dia melihat ada air yang ter tampung di pohon keladi. segera ia meminum air itu melepas dahaga. tanpa di sadari air itu adalah air seni raja Sungging Perbangkara. Karena Kesaktian Raja Sungging Perbangkara, babi hutan itu mengandung setelah meminum air seninya Sang raja, Singkat cerita Si Babi Hutan melahirkan seorang bayi perempuan.
Raja Sungging Perbangkara mengetahui hal adanya bayi perempuan yang terlahir karena air seninya, ia pun pergi ke hutan untuk mencarinya. akhirnya bayi perempuan itu di temukan dan di beri nama Dayang Sumbi.
<
Dayang Sumbi tumbuh menjadi perempuan yang sangat cantik wajahnya, tidak sedikit membuat para Pangeran dan Para Raja yang ingin memilikinya, namun semua tunangan itu di tolaknya oleh Dayang Sumbi dengan halus. sama sekali tidak di duga oleh dayang sumbi, mereka yang di tolak saling berperang sendiri untuk memperebutkan dirinya.
Dayang Sumbi sangat bersedih mengetahui kenyataan bahwa para Pangeran, Raja dan Bangsawan yang di tolaknya saling melakukan peperangan, akhirnya Dayang Sumbi memohon pada Sang Gaja untuk mengasingkan dirinya, Sang Raja pun setuju dan mengijinkan, Dayang Sumbi mengasingkan diri di sebuah bukit di temani oleh seeokor anjing jantan bernama Si Tumang. hari demi hari dalam pengasingan Dayung Sumbi mengisi luang waktunya dengan menenun.
Ketika Dayang Sumbi menenun, peralatan tenunnya terjatuh, ketika itu Dayang Sumbi merasa malas untuk mengambilnya, terlontar ucapan yang tidak di sadari "Siapapun juga yang bersedia mengambil peralatan tenenku yang terjatuh, seandainya itu laki-laki akan aku jadikan suami, jika dia seorang perempuan akan aku jadikan saudara" Tumang, anjing yang ditugaskan menemani Dayang Sumbi akhirnya mengambilkan torak yang terjatuh itu dan menyerahkannya kepada Dayang Sumbi. Demi memenuhi sumpah yang terlanjur diucapkannya, Dayang Sumbi akhirnya menikah dengan Tumang.
Raja Sumbing Perbangkara yang mengetahui hal itu akhirnya merasa sangat malu. Putrinya yang cantik menikah dengan seekor anjing dan kini tengah mengandung. Dayang Sumbi akhirnya diasingkan ke hutan bersama-sama dengan Tumang. Tidak ada seorangpun yang tahu bahwa Tumang adalah jelmaan seorang dewa, kecuali Dayang Sumbi. Setiap malam purnama, Tumang dapat menjelma menjadi seorang lelaki yang tampan.
Dayang Sumbi yang hamil akhirnya melahirkan seorang putra yang tampan. Kulitnya putih dengan rambut lebat legam seperti arang. Dayang Sumbi memberinya nama Sangkuriang. Bayi itu kemudian tumbuh menjadi anak yang tangkas.
Sangkuriang telah mulai mahir memanah, pada suatu hari diminta ibunya untuk berburu. Dayang Sumbi ingin sekali memakan hati rusa. Ditemani Tumang, Sangkuriang berburu di hutan. Di suatu tempat, Sangkuriang melihat babi hutan Wayung Hyang melintas. Ia segera membidikkan panahnya. Akan tetapi Wayung Hyang berlari dan bersembunyi dengan gesit. Sangkuriang memerintahkan anjing pemburunya, Tumang untuk mengejar babi hutan itu. Tumang yang mengetahui jika babi hutan itu bukan sembarang babi hutan melainkan jelmaan dewi yang bernama Wayung Hyang, menolak perintah Sangkuriang. Tumang, si anjing jelmaan dewa itu hanya duduk diam memandang Sangkuriang.
Sangkuriang sangat marah kepada Tumang. Ia menakut-nakuti Tumang dengan mengarahkan anak panah pada Tumang. Tetapi, tanpa sengaja, ia melepaskan anak panah itu pada busurnya. Anak panah melesat dan menghunjam ke tubuh Tumang. Anjing jelmaan dewa itu tewas. Sangkuriang yang ketakutan bercampur putus asa akhirnya mengambil hati Tumang. Hati itu kemudian dibawanya pulang dan diserahkannya kepada dayang Sumbi dengan mengatakan bahwa itu adalah hati rusa hasil buruannya.
Dayang Sumbi dengan gembira memasak hati itu, mereka ia makan dengan lahap. Setelah selesai makan, Dayang Sumbi teringat akan Tumang. Ia bertanya kepada Sangkuriang di mana anjing Tumang. Sangkuriang yang akhirnya tidak bisa berkelit jujur mengakui bahwa Tumang telah tewas karena panahnya dan hatinya telah diserahkan kepada ibunya untuk dimasak.
Dayang Sumbi sangat murka. Sangkuriang telah membunuh ayah kandungnya sendiri. Ia kemudian mengambil centong nasi dan memukul kepala Sangkuriang hingga terluka sangat parah. Akan tetapi, luka di hati Sangkuriang lebih parah. Ia akhirnya lari dari pondok mereka.
Menyadari bahwa ia telah melukai anaknya sendiri dan membuatnya lari, Dayang Sumbi akhirnya merasa sangat menyesal. Sangkuriang adalah putranya satu-satunya yang telah menemaninya hidup di hutan bersama Tumang. Demi menenangkan perasaannya, Dayang Sumbi akhirnya bertapa. Dalam pertapaannya, Dayang Sumbi kemudian dikaruniakan umur panjang dan awet muda. Semumur hidupnya, ia akan tetap menjadi seorang wanita yang cantik dan tak akan pernah terlihat tua.
Sementara itu, Sangkuriang yang lari dengan kepala terluka mengembara ke mana-mana. Ia berguru dengan beberapa orang sakti. Ia masuk hutan keluar hutan. Saat Sangkuriang telah menjadi pemuda sakti dan perkasa, ia mengalahkan semua makhluk-makhluk halus atau guriang yang ditemuinya dalam pengembaraan. Ia menaklukkan mereka dan dengan kesaktiannya menjadi tuan dari guriang-guriang itu.
Pada suatu ketika, dalam pengembaraannya Sangkuriang akhirnya bertemu dengan Dayang Sumbi. Sangkuriang sangat terpesona dengan kecantikan Dayang Sumbi, lalu akhirnya jatuh cinta. Perasaan Sangkuriang berbalas. Dayang Sumbi juga terpikat oleh ketampanan Sangkuriang. Akhirnya, Sangkuriang berniat menikahi Dayang Sumbi.
Saat Dayang Sumbi menyisir rambut dan merapikan ikat kepala Sangkuriang, ia melihat ada bekas luka yang sangat besar. Setelah mengamati wajah Sangkuriang, barulah ia sadar bahwa ia akan menikah dengan anak kandungnya sendiri. Sangkuriang sendiri tidak menyangka bahwa Dayang Sumbi adalah ibu kandungnya.
Dayang Sumbi akhirnya mencoba menjelaskan kenyataan bahwa Sangkuriang adalah putranya. Tetapi Sangkuriang telah kehilangan akal sehat. Sangkuriang tetap memaksa. Akhirnya Dayang Sumbi secara halus menghindari terjadinya perkawinan mereka. Ia meminta Sangkuriang membuatkannya sebuah danau lengkap dengan perahunya dalam semalam. Bagi Dayang Sumbi, ini adalah hal yang mustahil untuk dapat dilakukan oleh Sangkuriang. Anak kandungnya itu tidak akan sanggup memenuhi persyaratan yang mintanya. Di luar dugaan Dayang Sumbi, Sangkuriang menyanggupi permintaannya.
Malam itu, Sangkuriang bekerja keras membuat sebuah danau. Sangkurang menebang pohon, bekas pohon tebangannya itu berubah menjadi sebuah bukit yang kini dikenal sebagai Gunung Bukit Tunggul, sementara daun, ranting dan bagian kayu lainnya yang tidak terpakai ditumpuknya dan terbentuklah Gunung Burangrang. Ia telah bekerja separuh malam. Selanjutnya setelah perahu selesai dibuat Sangkuriang mulai membuat danau. Sangkuriang, seperti pengerjaan perahu, mengerahkan makhluk halus guriang untuk membantu. Melihat situasi ini, Dayang Sumbi menjadi ketakutan. Akhirnya ia menebarkan kain-kain hasil tenunannya di arah timur. Ia memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar usaha Sangkuriang digagalkan. Doanya dikabulkan. Kain-kain tenunan Dayang Sumbi bercahaya kemerah-merahan di ufuk timur. Ayam-ayam jantan kemudian berkokok. Kemudian, makhluk-makhluk halus guriang yang membantu pekerjaan Sangkuriang membuat danau mengira hari akan segera pagi. Merekapun segera berlari dan bersembunyi masuk ke dalam tanah. Sangkuriang tinggal sendirian dengan pekerjaan pembuatan danau yang hampir selesai. Sangkuriang merasa usahanya telah gagal. Ia menjadi marah sekali.
Sangkuriang mengamuk. Sumbat yang dibuatnya untuk membendung Sungai Citarum dibuangnya ke arah timur dan menjadi Gunung Manglayang. Danau Talaga Bandung yang dibuatnya kemudian menyurut. Lalu dengan sekali tendangan keras, perahu buatannya terlempar jauh dan tertelungkup. Dalam sekejap berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu. Sangkuriang mengejar Dayang Sumbi yang melarikan diri. Ketika Dayang Sumbi hampir terkejar oleh Sangkuriang di Gunung Putri, Dayang Sumbi memohon pertolongan Sang Hyang Tunggal. Ia akhirnya menjelma menjadi sekuntum bunga jaksi. Sangkuriang terus mencari Dayang Sumbi hingga sampai ke Ujung Berung dan tersesat ke alam gaib.