Showing posts with label legenda. Show all posts
Showing posts with label legenda. Show all posts

Saturday, August 22, 2020

Tokoh Kresna dalam Pewayangan Jawa


dalam budaya pewayangan Jawa, tokoh Kresna dikenal sebagai raja Dwarawati atau Dwaraka, kerajaan para keturunan Yadu dan merupakan titisan Dewa Wisnu. Kresna adalah putra Basudewa, Ia dilahirkan sebagai putra kedua dari tiga bersaudara tetapi dalam versi Mahabharata ia merupakan putra kedelapan. Kakaknya bernama Baladewa atau Balarama alias Kakrasana dan adiknya dikenal sebagai Sembadra atau Subadra, Kresna memiliki tiga orang istri dan tiga orang anak. Para istrinya yaitu Dewi Jembawati, Dewi Rukmini, dan Dewi Satyabama.

Menurut pewayangan jawa anak-anak kresna adalah Raden Boma Narakasura, Raden Samba, dan Siti Sundari.

Pada lakon Baratayuda, yaitu perang antara Pandawa melawan Korawa, dia berperan sebagai sais atau kusir kereta perang Arjuna. Ia juga merupakan salah satu penasihat utama pihak Pandawa. Sebelum perang melawan Karna, atau dalam babak yang dinamakan Karna Tanding, dia memberikan wejangan panjang lebar kepada Arjuna. Wejangan dia dikenal sebagai Bhagawadgita, yang berarti "Kidung Ilahi".

Dalam budaya pewayangan, Kresna dikenal sebagai tokoh yang sangat sakti. Ia memiliki kemampuan untuk meramal, berubah bentuk menjadi raksasa, dan memiliki bunga Wijaya Kusuma yang dapat menghidupkan kembali orang mati. Ia juga memiliki senjata yang dinamakan Cakrabaswara yang mampu digunakan untuk menghancurkan dunia. Pusaka-pusaka sakti yang dimilikinya antara lain senjata cakra, terompet kerang (sangkakala) bernama Pancajahnya, Kaca Paesan, Aji Pameling dan Aji Kawrastawan.

Sunday, August 2, 2020

Cakil dalam Pewayangan

Cakil
CAKIL, tokoh raksasa dalam dunia pewayangan, khususnya pada Wayang Purwa. Meskipun Cakil bukan termasuk raksasa yang berukuran tubuh besar, bentuk penampilannya mudah dikenali. Rahang bawahnya menonjol panjang ke depan dengan satu gigi bawah mencuat panjang ke atas. Matanya selalu mengeriyip, agak memicing.

Selain itu warna suaranya juga khas, seperti suara orang tercekik, nadanya tinggi, berbeda dengan suara raksasa pada umumnya yang bernada rendah dan lantang. Hampir dalam setiap lakon ia muncul sebagai ‘komandan’ pasukan raksasa yang bertugas menjaga atau tapal batas kerajaan tertentu, Namun, dalam beberapa lakon tertentu Cakil juga tampil dengan peran menonjol.

Cakil muncul dalam lakon-lakon wayang dengan berbagai nama, antara lain Ditya Kala Gendir Penjalin, Ditya Kala Carang Aking, Kala Klantang Mimis. Ki Dalang kadang-kadang bahkan menciptakan nama baru bagi tokoh ini. Ia merupakan satu-satunya raksasa yang bersenjata keris, bukan satu tetapi dua, kadang-kadang tiga, tetapi selalu mati tertusuk kerisnya sendiri.

Tokoh peraga wayang Cakil oleh kebanyak dalang Wayang Kulit Purwa juga digunakan sebagai wayang srambahan untuk memerankan tokoh Kala Marica, anak buah Prabu Dasamuka dalam peristiwa penculikan Dewi Sinta pada seri Ramayana. Namun, pada perangkat Wayang Kulit Purwa yang lengkap, diciptakan tokoh peraga Wayang Kulit untuk peran Kala Marica. Bentuknya serupa sekali Cakil, tetapi rambutnya terurai, tidak digelung.

Perang antara Cakil dengan tokoh ksatria Bambangan disebut perang kembang, atau perang begal, hampir selalu muncul pada setiap lakon wayang. Perang itu ditampilkan baik pada pergelarang Wayang Kulit Purwa maupun pertunjukan Wayang Orang.

Refersensi lain

Kita tidak lagi asing terhadap sastra kuno Mahabrata yang selama ini kita ketahui berasal dari India. Namun, tidak seluruhnya cerita memiliki alur dan kisah yang sama jika dibandingkan dengan cerita adaptasi Indonesia.

Di Indonesia, salinan berbagai bagian dari Mahabharata, seperti Adiparwa, Wirataparwa, Bhismaparwa dan mungkin juga beberapa parwa yang lain, diketahui telah digubah dalam bentuk prosa bahasa Kawi (Jawa Kuno) semenjak akhir abad ke-10 Masehi. Yakni pada masa pemerintahan raja Dharmawangsa Teguh (991-1016 M) dari Kadiri. Karena sifatnya itu, bentuk prosa ini dikenal juga sebagai sastra parwa. Selain itu, versi Indonesia juga memiliki wayang kulit yang berasal dari Jawa maupun Bali sebagai media penghantar pengkisahan yang dilakukan oleh para dalang. Kisah asal-mula beberapa karakter tentunya memiliki beberapa perbedaan contohnya; dalam versi India, Gandari sangat menyayangi Pandawa meskipun beliau bukan anaknya. Sebaliknya dalam versi Indonesia, Gandari sangat membenci Pandawa.

Adapun karakter yang tidak dapat ditemukan dalam versi India seperti Buto Cakil. Karakter Buto Cakil ataupun yang sangat dikenal dengan sebutan Cakil ini merupakan 100% inovasi Jawa. Julukannya biasa dipanggil Gendir Penjalin dan memiliki wujud raksasa dengan ciri fisik rahang bawah yang maju ke depan. Tak heran beberapa komunitas motor terkadang menyebut helm serupa cakil karena sangat mirip dengan bentuk fisik tokoh tersebut. Meskipun berbentuk raksasa dan termasuk antagonis, Buto Cakil merupakan karakter yang mudah disukai. Buto Cakil tidak garang ganas pemarah seperti raksasa biasanya, justru ia suka bergurau dan suka bersenang-senang. Meskipun ia sangat humoristis, Buto Cakil merupukan tokoh yang pantang menyerah dan kukuh memegang kepecayaannya dan selalu berjuang sampai akhir hingga titik darah penghabisan.

Cakil bukanlah seorang yang tangguh. Ia sangat pasif dan tidak suka cari perkara dengan raksasa lain ataupun satria yang terlihat sangat kuat dan megah. Oleh sebab itu, ia sukanya mencegat ksatria kerempeng berpembawaan halus, atau ksatria muda lembut yang sekiranya mudah untuk dikalahkan. Itulah sebabnya, dalam Perang Kembang, Cakil selalu dipertemukan dengan Arjuna. Dalam setiap penampilan Buto Cakil yang dipaparkan, dia selalu bertempur dengan Arjuna yang baru turun keluar dari pertapaan di pelosok. Arjuna versi Jawa, sosoknya bertubuh langsing, halus gerak geriknya, dan saat keluar dari pertapaan, tidak menyandang pakaian kebesaran ksatria, tapi berpenampilan apa adanya. Pada kisah lain, Buto Cakil bertempur dengan Bambangan, ksatria muda yang baru keluar dari padepokan. Biasanya adalah putra Arjuna yang dalam setiap kegiatan blusukannya tak lupa menikahi perawan desa putra pertapa. Bisa dikatakan bahwa Cakil merupakan seorang yang pengecut atau orang yang sangat berjaga-jaga dalam memilih lawan. Bagaimanapun juga, Cakil dikenal selalu mati oleh tangannya sendiri. Di cerita Perang Kembang, ia tertusuk oleh kerisnya. Cakil mengajarkan kita bahwa orang yang berperilaku buruk di masa lalu dapat mendatangkan musibah bagi diri sendiri.
Tidak ada yang yakin pasti darimanakah Buto Cakil benar-benar berasal. 

Siapakah orang tua Cakil sebenarnya? Apakah dia seorang yatim-piatu yang kemudian diangkat oleh para raksasa? Sebagian besar orang mengatakan bahwa Cakil adalah sisi lain Arjuna. Kita tahu bahwa Arjuna terkenal dengan kebaikan dan kelemahlembutannya. Namun, ia juga terkenal dangan julukan Danasmara (perayu ulung) dan Janaka (memiliki banyak istri). Layaknya satria pemadi dan pemberani, dapat dikatakan bahwa Arjuna lemah dalam mengendalikan hawa nafsu birahi. Arjuna pernah dikisahkan telah memperkosa Dewi Anggraeni yang telah menolak cintanya. Ditengah-tengah hutan ditinggalnya Dewi Anggreni dalam keadaan hamil membuat hidup sang dewi sangat menderita dan diliputi kebencian serta dendam yang sangat mendalam pada Arjuna. Setelah berhasil melahirkan bayinya, Dewi Anggraeni meninggal dunia. Bayi yang dilahirkannya berwujud raksasa sebagai lambang nafsu bejat Arjuna dan dendam sang Dewi. Kelak kemudian hari bayi inilah yang dipanggil Cakil, anak hasil pemerkosaan Arjuna pada Dewi Anggraeni.

Jadi, bagaimana pendapat anda jika mendengar kisah tersembunyi tersebut? Apakah Arjuna perlu dihukum atas perlakuannya? Haruskah Buto Cakil mendapatkan balas dendam kepada Arjuna? Apa ini sebabnya mereka selalu dipertemukan? Pertemuan dan kisah antara Arjuna dan Cakil akan selalu menjadi hal yang lebih dari unik dalam kisah Mahabrata versi Jawa.

Monday, April 8, 2019

Cerita Rakyat Nusantara│Roro Jonggrang

Sebelum menuju ke cerita rakyat nusantara yang berjudul Roro Jonggrang, ada baiknya kita awali tentang candi sewu karena candi sewu merupakan cerita rakyat yang berkaitan dengan Roro Jonggrang, candi sewu atau manjusrighra merupakan candi budha terbesar kedua setelah candi borobudur, candi sewu terletak di Dusun Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, sebenarnya jumlah candi hanya 249 candi, tetapi oleh masyarakat di nama kan "sewu" yang artinya seribu menurut bahasa jawa, candi sewu berdasarkan legenda Roro Jonggrang.


Cerita Rakyat Nusantara
RORO JONGGRANG

Pada zaman dahulu dikisahkan, berdiri sebuah kerajaan yang sangat besar yaitu Prambanan yang di pimpin oleh raja bernama Prabu Baka. dan di tempat lain ada kerajaan yang tak kalah besarnya dengan kerajaan Prambanan yaitu Kerajaan Pengging, Kerajaan Pengging terkenal dengan arogan diktator dan selalu ingin memperluan wilayah kekuasaanya, Kerajaan Pengging mempunyai seorang ksatria sakti yang bernama Bondowoso, ia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung, sehingga Bondowoso terkenal dengan sebutan Bandung Bondowoso.

di suatu ketika, Raja Pengging yang arogan memanggil Bandung Bondowoso dan memerintahkan Bandung Bondowoso untuk menyerang Kerajaan Prambanan, Bandung Bondowoso mengumpulkan balatentaranya yang berupa Jin untuk berkumpul dan berangkat menuju Kerajaan Prambanan.Setibanya di Prambanan, mereka para jin langsung menyerbu Kerajaan Prambanan akhirnya Bandung Bondowoso berhasil menduduki Kerajaan Prambanan, dan Prabu Baka gugur terkena Senjata Bandung Bondowoso.
Kemenangan Bandung Bondowoso dan pasukannya di sambut gembira oleh Raja Pengging, raja pengging pun mengamanatkan Bandung Bondowoso untuk menempati Istana Prambanan, dan mengurus keluarga Prabu Baka yang telah ia kalahkan.
Bandung Bondowoso tinggal di istana Kerajaan Prambanan, dia melihat ada seorang wanita yang sangat cantik mempesona, wanita tersebut adalah Roro Jonggrang, putri dari Prabu Baka, saat menatap kecantikan Roro Jonggrang Bandung Bondowoso mulai merasakan jatuh hati, dan tanpa berpikir panjang dan lebar, Bandung Bondowoso langsung memanggil dan melamar Roro Jonggrang.
"Roro Jonggrang, bersediakah kamu menjadi permaisuriku?.. tanya Bandung Bondowoso kepada Roro Jonggrang
Mendengar pertanyaan dari Bandung Bondowoso tersebut, Roro Jonggrang hanya terdiam dan kelihatan bingung, sebenarnya dia sangat membenci Bandung Bondowoso, karena telah membunuh ayahnya, tetapi disisi lain, Roro Jonggrang merasa takut menolak lamaran Bandung Bondowo, Akhirnya setelah berfikir sejenak, Roro Jonggrang pun menemukan ide supaya Bandung Bondowoso tidak jadi menikahinya.
"baiklah, aku terima lamaranmu, tetapi aku meminta satu persyaratan!!!... jawab Roro Jonggrang.
"apa permintaan mu itu Roro?.... tanya Bandung
"buatkan aku seribu candi dan dua buah sumur dalam waktu satu malam"!!!...jawab Roro Jonggrang
Mendengar syarat itu Bandung Bondowoso pun menyetujuinya, dia merasa persyaratan itu sangat mudah baginya karena mempunyai pasukan jin yang sangat banyak.
Pada malam harinya, Bandung Bondowoso mulai mengumpulkan pasukan jinnya, dalam waktu sekejap semua jin sudah berkumpul dan siap,  setelah mendengar perintah dari Bandung Bondowoso, para jin itu pun mulai membangun candi dan sumur dengan sangat cepat.
Roro Jonggrang yang menyaksikan pembangunan candi itu pun mulai gelisah, risau dan ketakutan, karena tinggal tiga buah candi dan sebuah sumur saja yang belum mereka selesaikan, Roro Jonggrang pun mulai mencari cara dan berfikir keras, mencari cara agar Bandung Bondowoso tidak bisa menyelesaikan persyaratan yang di ajukannya. Roro Jongrang akhirnya menemukan jalan keluar, ia akan membuat suasana malam menjadi seperti pagi, agar para jin bisa berhenti membuat candi.
Roro Jonggrong memanggil dan membangunkan semua dayang-dayang untuk segera membakar jerami, tak lama kemudian langit tampak kemerah merahan, dan lesung penumbuk padi pun mulai di bunyikan, mendengar suara lesung yang berbunyi para ayam pun mulai berkokok.
Saat mendengar suara ayam berkokok dan melihat langit yang kemerah merahan para Jin mulai pergi meninggalkan tugasnya, para jin berpikir hari mulai pagi, jin pun mulai pergi. Melihat para Jin pergi Bandung Bondowoso pun berteriak dengan amarah
"hai para Jin, hari belum pagi, kembalilah selesaikan pekerjaanmu.
Para Jin tersebut tetap pergi, dan tidak menghiraukan teriakan Bandung Bondowoso, Bandung Bondowoso pun mulai dibuat kesal, ia pun mengerjakan kekurangan candi itu sendirian, namun betapa sialnya sebelum candi yang tinggal satu selesai pagi pun menjemput. Bandung Bondowoso pun gagal memenuhi syarat yang diajukan oleh Roro Jonggrang.
Roro Jonggrang lalu menghampiri Bandung Bondowoso
"kamu gagal memenuhi permintaanku"!!!
Mendengar kata-kata dari Roro Jonggrang tersebut, Bandung Bondowoso sangat marah, dengan nada sangat keras, Bandung Bondowoso berkata:
"kau curang Roro, sebenarnya kaulah yang merencanakan kegagalan ini, candi yang aku bangun ini yang akan aku persembahkan kepadamu hanya kurang satu biji Roro" oleh karena itu kau aku kutuk menjadi arca untuk pelengkap candi ini, agar menjadi seribu candi!!!
Karena Bandung Bondowoso mempunyai kesaktian, Roro Jonggrang pun di kutuk menjadi sebuah Patung atau Arca.
wujud dan bentuk Arca/patung hingga kini dapat disaksikan dalam kompleks Candi Prambanan. sekian dan terimakasih.

Saturday, March 16, 2019

Fabel adalah - Penjelasannya

       Fabel sendiri mempunyai arti adalah cerita yang menceritakan kehidupan hewan yang berperilaku menyerupai manusia, fabel adalah cerita fiksi atau khayalan belaka. kadang kala fabel memasukkan karakter minoritas seperti manusia. cerita fabel juga di sebut cerita moral karena mengandung pesan yang berkaitan dengan banyak moral untuk kehidupan manusia, tetapi yang ada di dalam fabel semuanya binatang, binatang binatang semuanya di ceritakan menyerupai sifat manusia berakal, tingkah laku dan dapat berbicara seperti layaknya manusia, watak perilaku dan budi pekerti akal dan segalanya yang ada pada manusia di gambarkan sedemikian rupa melalui tokoh binatang binatang tersebut.




Tuesday, September 11, 2018

Cerita rakyat Gunung Kelud - Kediri

Cerita Rakyat Gunung Kelud




Gunung Kelud berada di daerah Ngancar, Kediri Jawa Timur, asal usul Gunung Kelud terbentuk dari kisah cinta bertepuk sebelah tangan Lembusuro dan Mahesasuro kepada Putri cantik yang bernama Dewi Kilisuci.
kala itu di kisah kan Dewi Kilisuci Putri Jenggolo manik yang terkenal kecantikannya dilamar oleh dua orang Raja Adipati. namun yang melamar bukan berasal dari bangsa manusia karena mereka berkepala Lembu dan Kerbau yaitu Lembusuro dan Mahesasuro, Putri Dewi Kilisuci tidak ingin mengecewakan mereka berdua maka Dewi Kilisuci mengadakan sayembara yang tak mungkin bisa di lakukan oleh siapa pun, sayembara itu hanya untuk menolak Lembusuro dan Mahesasuro secara halus agar tidak terjadi kemarahan dan peperangan di kerajaan.
isi sayembara tersebut adalah siapa pun yang bisa membuat dua sumur yang berbau amis dan wangi di puncak gunung dalam waktu satu malam sampai ayam berkokok maka mereka akan menjadi suaminya, akhirnya dengan kesaktian yang di miliki oleh Lembusuro dan Mahesasuro, sayembara tersebut akhirnya di laksanakan . dengan kesaktian mereka Lembusuro dan Mahesasuro akhirnya mereka mampu membuat sumur dalam satu malam, akan tetapi Dewi Kilisuci belum juga mau menerima mereka berdua dan mengajukan lagi syarat dan permintaan untuk membuktikan bahwa sumur itu benar benar berbau amis dan wangi, akhirnya mereka pun mengikuti rayuan Dewi Kilisuci dan masuk ke dalam sumur yang mereka buat sendiri untuk membuktikan bahwa sumur itu berbau amis dan wangi, 
saat Lembusuro dan Mahesasuro ada di dalam sumur Dewi Kilisuci memerintahkan prajuritnya untuk menimbun keduanya dengan Daun Kelor untuk menghilangkan kesaktiannya dan menimbun dengan bebatuan di dalam sumur, akhirnya Lembusuro dan Mahesasuro terkubur hidup-hidup dalam sumur yang mereka buat sendiri, tetapi sebelum mereka mati Lembusuro bersumpah dalam bahasa jawa "he wong Kediri mbesok bakal pethuk pewalesku sing makaping kaping yoiku, Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi Latar, Tulungagung dadi Kedung" ayang artinya ( he orang Kediri besok akan mendapatkan balasan ku yang sangat besar, Kediri akan menjadi sungai, Blitar akan menjadi daratan, dan Tulungagung menjadi Danau.
Dari sejarah Legenda asal-usul gunung kelud tersebut akhirnya masyarakat lereng Gunung Kelud melakukan sesaji tolak balak sumpah itu yang disebut larung sesaji, acara larung sesaji biasanya di gelar setahun sekali pada Bulan Suro oleh masyarakat Sugih waras khususnya dan Kediri umumnya.

Baca Juga

Jagal Abilawa

Jagal Abilawa adalah nama samaran dari Raden Brotoseno / Bima, dia menyamarkan diri karena pada masa itu para Pandawa mendapat ujian karena ...