Sunday, October 25, 2020

Boma Narasakura dalam pewayangan

Boma Narakasura dalam pewayangan jawa adalah Putra Batara Wisnu dengan Dewi Betari Pertiwi, ia dilahirkan di Kahyangan Ekapratala yaitu tempat tinggal Batara Ekawarna kakek dari pihak Ibu. menurut versi wayang nama Boma saat kecil adalah Sitija. ia memiliki adik wanita bernama Sitisundari yang kelak menjadi Istri Abimanyu putra Arjuna dari keluarga Pendawa.


DOWNLOAD POLA WAYANG

Setelah dewasa, Sitija diminta para dewa untuk mengalahkan pamannya yaitu Bomantara yang berani menyerang khayangan. dalam pertempuran tersebut Sitija berhasil membunuh Bomantara. Roh Bomantara kemudian bersatu dalam diri Sitija yang menjadikan ia lebih sakti.

Setelah kematian Bomantara, Sitija menjadi Raja Kerajaan Surateleng bergelar Boma Narakasura, ia merubah nama Kerajaan peninggalan pamannya menjadi Trajutrisna, Selanjutnya, Boma mendengar bahwa ayahnya, Yaotu Batara WUsnu, telah terlahir kedunia sebagai manusia bernama kresna Raja Kerajaan Dwarawati. setelah melalui perjuangan, Boma akhirnya mendapat pengakuan sebagai anak sulung Kresna.

dalam pewayangan Boma di lukiskan sebagai sosok antagonis yang sering terlibat persaingan dengan gatotkaca putra Bima dari kelurga Pendawa. meskipun demikian kematiannya boma tetap dikisahkan oleh tangan Krisna.

Boma dalam pewayangan diadaptasi dai kekawin Bhomakaya oleh para dalang, terutama Ki narto Sabdo, tetapi dengan sedikit modifikasi sehingga lebih tekesan dramatis, peristiwa tersebut dinamakan Gijalisuta atau perang antara ayah melawan anak.

Wednesday, October 14, 2020

Silsilah Pendawa

Pendawa terdiri dari lima tokoh, tiga diantaranya (Yudistira, Bima, dan Arjuna) adalah putra kandung dari Dewi Kunthi, sedangkan yang lainnya yaitu (Nakula dan Sadewa) adalah putra kandung Dewi Madrim, namun satu ayah yaitu Pandu.

menurut tradisi Hindu, kelima putra pandu merupakan titisan secara langsung dari Dewa, yaitu

- Yudistira : dari Dewa Yama

- Bima : dari Dewa Bayu, Dewa Angin

- Arjuna : dewa Indra, Dewa perang

- Nakula dan Sadewa : Dewa Kembar Aswin Dewa Pengobatan.

Puntadewa ( Yudistira )

adlah saudra Pendawa yang tertua, ia merupakan penjelmaan dari Dewa Yama, Sifat-siafat Rudistira yaitu : Sangat bijaksana, tidak memiliki musuh, dan hampir tak pernah berdusta seumur hidupnya. memili moral yang sangat tinggi dan suka memaafkan atau mengampuni musuh yang telah menyerah. memiliki julukan : Dhramasuta (Putera Dharma), Ajathasatru (yang tidak memiliki musuh), dan Bharata (keturunan maharaja Bharata).

Yudistira menjadi seorang Maharaja setelah perang Akbar di Kurushetra berakhor dan mengadakan upacara Aswamedha demi menyatukan kerajaan-kerajaan India Kuno agar berada di bawah pengaruhnya, setelah lanjut usia ia menjalankan perjalanan suci ke Gunung Himaya bersama dengan pendawa lainnya sebagai tujuan kehidupan mereka.

Bima

bima adalah salah satu dari Pendawa putra Kunti dan Pandu, Nama Bima dalam Sansekerta memiliki arti "mengerikan" Bima merupakan penjelmaan dari Dewa Bayu sehingga mempunyai julukan Bayusutha. bima sangatlah kuat, besar tinggi dan memeiliki wajah sangar, meskipun demikian, bima memeiliki hati yang baik. Bima memiliki senjata Gada yang bernama Rujakpala, karena gemar memakan Bima di juliki Werkudoro, keahlihannya dalam berperang sangat di butuhkan di Pihak Pendawa, Bima memiliki Putra Gatotkaca akan tetapi di dalam pewayangan di Indonesia Bima mempunyai beberapa Anak yang sangat sakti.

Arjuna

adalah putra Bungsu dari Dewi Kunthi dan Pandu, Arjuna dalam bahasa sansekerta memeiliki arti "yang bersinar" Arjuna merupakan penjelmaan dari Dewa Indra, sang Dewa Perang. Arjuna memiliki kemahiran dalam hal memanah.

Nakula dan Sadewa

nakula dan Sadewa merupakan putra kembar dari pasangan Madri dan Pandu, mereka merupakan penjelmaan Dewa Kembar bernama Aswin. sang Dewa Pengobatan, setelah kedua orang tuanya meninggal mereka di asuh oleh Dewi Kunthi, dalam penyamaran di Kerajaan Matsay yang di pimpin oleh Raja Wirata, mereka berperan dan menyamar sebagai pengasuh kuda.

Wednesday, October 7, 2020

Syair

Syair:

O,
Sun arsa mateg mantra Manyura,
Samar kadya tan katon wujude,
Angelangut jroning wengi,
Samar kadya ginawa ing samirana,

O,
Sumusup sajroning nalan,
Kinembangan mantra sajuga,
Tan samar pamoring suksma,
Sinuksmaya ing asepi,

O,
Jroning layap liyeping aluyup,
Dhuh Gusti jejimat ingsun,
Sun memba dadya kang sun karsa. .


Terjemahan:
O,
Aku hendak membaca Mantera Manyura,
Samar-samar bagaikan tak nampak wujudnya,
Sayup-sayup pada saat malam,
Sayup bagai dibawa oleh angin,

O,
Merasuk ke dalam hati,
Berhiaskan sebuah mantera (doa), Tak ragu lagi atas kejernihan jiwa,
Yang (telah) mendapat penerangan jiwa di saat sunyi,


O,
Saat berada di antara (mata yang) terpejam dan terjaga,
Duh Gusti (Tuhan) azimat hamba,
Hamba mohon jadikanlah hamba seperti yang hamba inginkan.
Sesuai sebutannya, Mantra Manyura, tembang suluk ini dilantunkan pagi hari, sekitar pukul 03:00 pagi, menjelang matahari terbit. Jika pada pagelaran wayang kulit purwa, dilantunkan pada saat pagelaran mencapai Pathet Manyura (sekitar pukul 03:00 s/d sekitar pukul 04:00, sebelum subuh)

Monday, October 5, 2020

Tokoh Wayang Rajamala

Rajamala adalah putra angkat Resi Palasara, dari padepokan Retawu dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basukesti raja negara Wirata. Ia tercipta dari mala penyakit Dewi Durgandini/Dewi Lara Amis yang tertelan seekor ikan betina. Ia terjadi berbarengan dengan saudaranya yang lain, bernama; Kecaka/Kencakarupa, Upakeca/Rupakenca, Setatama, Gandawana dan Dewi Ni Yutisnawati/Rekatawati.

Rajamala juga mempunyai tiga orang saudara angkat lainnya yaitu : Bagawan Abiyasa, putra Resi Palasara dengan Dewi Durgandini, Citragada dan Wicitrawiya, keduanya putra Dewi Duragandini dengan Prabu Santanu, raja negara Astina.

Rajamala berwatak keras hati, berani, ingin selalu menangnya sendiri dan selalu menurutkan kata hati. Ia sangat sakti, tidak bisa mati selama masih terkena air. Menurut ketentuan dewata, hanya ada lima orang satria yang dapat mengalahkan dan membunuh Rajamala, yaitu: Resi Bisma, Adipati Karna, Resi Balarama/Baladewa, Duryudana dan Bima.

Pola Gambar Selanjutnya
Rajamala akhirnya tewas dalam peperangan melawan Bima, yang waktu itu hidup menyamar dinegara Wirata dengan nama Balawa, sebagai tindakan Rajamala yang ingin menjamah Salidri nama samaran Dewi Drupadi.

Sunday, October 4, 2020

Rupakenca

Rupakenca adalah Rupakenca atau Rupakencaka adalah putra angkat Resi Palasara, dari padepokan Retawu, dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basukesti raja negara Wirata.

Rupakenca terjadi berbarengan dengan saudaranya yang lain, yaitu; Rajamala, Kencakarupa, Setatama, Gandamana dan Dewi Ni Yutisnawati / Rekatawati.

Rupakenca juga mempunyai tiga saudara angkat lainnya, yaitu; Begawan Abiyasa, putra Resi Palasara dengan Dewi Durgandini, Citragada dan Wicitrawirya, keduanya putra Dewi Durgandini dengan Prabu Santanu, raja negara Astina.

Rupakenca berwatak sama seperti kakaknya, yaitu keras hati, penghianat, ingin menangnya sendiri, berani dan selalu menurutkan kata hati.

Sangat sakti dan mahir dalam olah keprajuritan mempergunakan senjata gada dan lembing/tombak

Gambar Pola Selanjtnya 

Patih Kencakapura

Kencakapura adalah  putra angkat Resi Palasara, dari padepokan Retawu, dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basukesti raja negara Wirata.

Kencakarupa tercipta dari kemudi perahu yang pecah terbentur batu besar, yang digunakan Resi Palasara dan Dewi Durgandini menyeberangi sungai Gangga.

Kencakarupa terjadi berbarengan dengan saudaranya yang lain, yaitu; Rajamala, Rupakenca, Setatama, Gandamana dan Dewi Ni Yutisnawati / Rekatawati.

Kencakarupa juga mempunyai tiga saudara angkat lainnya, yaitu; Begawan Abiyasa, putra Resi Palasara dengan Dewi Durgandini, Citragada dan Wicitrawirya, keduanya putra Dewi Durgandini dengan Prabu Santanu, raja negara Astina.

Kencakarupa berwatak keras hati, penghianat, ingin menangnya sendiri, berani dan selalu menurutkan kata hati.

Sangat sakti dan mahir dalam olah keprajuritan mempergunakan senjata gada dan lembing/tombak.

Pola Gambar selanjutnya

Jagal Abilawa

Jagal Abilawa adalah nama samaran dari Raden Brotoseno / Bima, dia menyamarkan diri karena pada masa itu para Pandawa mendapat ujian karena perbuatan Kurawa. Brotoseno dan saudara saudaranya yaitu pendawa berlindung ke Negeri Wirata, dengan menyamar dan menghamba pada Raja Wirata
Jagal Abilawa (bermuka dan seluruh badannya hitam) adalah nama samaran dari Raden Bratasena (Wrekudara waktu masih muda). Dia menyamarkan diri, karena pada masa itu para Pandawa mendapat kemalangan oleh perbuatan Kurawa. Bratasena dan saudara-saudaranya Pandawa berlindung ke negeri Wirata, dengan menyamar dan menghamba pada raja Wirata.
Di negeri Wirata pada masa itu ada perang tanding yang diadakan oleh putera raja yang bernama Raden Rajamala. Masuklah Jagalabilawa ke gelanggang perang tanding itu, Rajamala dapat dikalahkan. Kemudian tertolonglah kesengsaraan Pandawa, kelimanya saudara itu mengabdi ke Wirata.
Bentuk dan pakaian Jagalabilawa tak beda Bratasena, hanya berambut terurai bentuk gimbal.
Raden Utara dan Wratsangka meminta jago kepada Prabu Amarta.

Gambar Wayang Kulit Kebo Gumarang



Wayang kulit gagrak Jawatimuran tokoh Kebo Gumarang.
Foto dan pertama kali diunggah oleh: Stan Hendrawidjaya
Sumber gambar : ewayang.wg.ugm.ac.id
https://www.pitoyo.com/duniawayang/galery/details.php?image_id=1187&sessionid=c0cnfeh85octtbgo1bnn6ti3d0&l=english

Baca Juga

Jagal Abilawa

Jagal Abilawa adalah nama samaran dari Raden Brotoseno / Bima, dia menyamarkan diri karena pada masa itu para Pandawa mendapat ujian karena ...