Pada waktu itu yang menjadi senapati Kurawa adalah Resi Drona. Dengan kemahirannya menerapkan strategi perang, Resi Drona bisa memisahkan tiga benteng kekuatan Pandawa, yaitu Bima, Janaka dan Gatutkaca.
Bima dipancing untuk bertarung dengan Gardapati di sisi utara. Sedangkan Janaka harus berhadapan dengan Patiwresaya di kaki Gunung Setrapuru di sebelah selatan. Sedangkan Gatotkaca disibukkan dengan meladeni bala tentara Korawa yang mengeroyoknya.
Dengan demikian Resi Drona tinggal menghitung langkah saja untuk menawan Puntadewa di pesangrahan. Namun, tiba-tiba pasukan yang dipimpinya kocar-kacir. Ribuan anak panah bagaikan hujan jatuh dari langit. Senopati muda belia dengan gagah berani duduk di kereta.
Dialah Sang Abimanyu. Dengan kereta perang yang ditarik kuda-kuda pilihan. Salah satu kuda itu adalah Kyai Pramugari.
Melihat pasukan Korawa banyak menjadi kurban, Karna menyeruak ke depan. Karna termangu. Ia tidak tega membunuh kemenakannya, Sang Abimanyu yang masih sangat muda untuk maju ke medan laga. Untuk itu ia berusaha mengecilkan hati Sang Abimanyu dengan membunuh kusirnya, Bambang Sumitra.
Ternyata perkiraan Karna salah. Dengan tewasnya Bambang Sumitra, Sang Abimanyu tidak gentar. Sang Abimanyu segera menaiki kuda kesayangannya Kyai Pramugari. Kuda itu benar-benar mengerti kemauan tuannya. Kuda menerjang menggilas semua musuh yang menghalangi. Dengan begitu mudahlah Sang Abimanyu menebas leher musuh.
Lagi-lagi Karna tidak tega untuk memanah Sang Abimanyu. Kini, sasaran itu diarahkan kepada Kyai Pramugari. Terkena panah Karna, kuda kesayangan Sang Abimanyu itu roboh dan tidak bergerak lagi.
Sang Abimanyu bangkit. Ia bertekad untuk membalaskan matinya Kyai Pramugari. Maka tanpa pikir panjang dirinya menyeruak ke depan di mana ribuan pasukan pihak Korawa telah mengepungnya. Hujan senjata mengenai tubuh senopati muda belia itu.
Akan tetapi Sang Abimanyu tetap pantang mundur. Terus maju menyerang. Bahkan putera mahkota Astinapura, Leksmana Mandrakumara berhasil disirnakannya. Hingga tibalah saat naas itu. Senjata andalan Jayadrata gada Kyai Glinggang atau Galih Asem berhasil mengantarkan nyawanya ke nirwana.
No comments:
Post a Comment