Friday, June 19, 2020

Brajadenta,siapakah dia?....

BRAJADENTA adalah putra ketiga Prabu Arimbaka, raja raksasa negara Pringgandani dengan Dewi Hadimba.
Brajadenta mempunyai tujuh orang saudara kandung bernama:
- Arimba / Hidimba,
- Dewi Arimbi,
- Arya Prabakesana,
- Brajamusti,
- Brajalamatan,
- Brajawikalpa dan
- Kalabendana.

Brajadenta berwatak keras hati, ingin menangnya sendiri, berani serta ingin selalu menurutkan kata hatinya.
Brajadenta sangat sakti. Oleh kakaknya, Dewi Arimbi, Brajadenta ditunjuk sebagai wakil raja memegang tampuk pemerintahan negara Pringgandani selama Dewi Arimbi ikut suaminya Bima tinggal di Jadipati.

Akhir riwayatnya diceritakan, karena tidak setuju dengan pengangkatan Gatotkaca, putra Dewi Arimbi dengan Bima sebagai raja Pringgandani, Brajadenta dengan dibantu oleh ketiga adiknya, Brajamusti, Brajalamatan dan Brajawikalpa, melakukan pemberontakan karena ingin secara mutlak menguasai negara Pringgandani.

Pemberontakannya dapat ditumpas oleh Gatotkaca dengan tewasnya Brajalamatan dan Brajawikalpa.
Brajadenta dan Brajamusti berhasil melarikan diri dan berlindung pada kemenakannya Prabu Arimbaji, putra mendiang Prabu Arimba yang telah menjadi raja di negara Gowasiluman di hutan Tunggarana.Dengan bantuan Bathari Durga, Brajadenta kembali memasuki negara Pringgandini untuk membunuh Gatotkaca.

Usahanya kembali mengalami kegagalan. Brajadenta akhirnya tewas dalam peperangan melawan Gatotkaca.

Arwahnya menjelma menjadi ajian/keaktian dan merasuk/menunggal dalam gigi Gatotkaca.
Sejak itu Gatotkaca memiliki kesaktian; barang siapa kena gigitannya pasti binasa.

Thursday, June 18, 2020

Bhatara Guru asal usul dan gambar wayang Bhatara Guru

Bhatara Guru di ciptakan dari cahaya yang gemerlapan oleh Sang Hyang Tunggal, bersamaan dg cahaya yang berwarna kehitam-hitaman yg merupakan asal jadinya Ismaya (SEMAR), MANIKMAYA berkuasa di SURYALANA sedangkan ISMAYA ( Semar) di turun kan ke bumi untuk mengasuh para Pandawa


Batara Guru memiliki dua saudara, Sang Hyang Maha Punggung dan Sang Hyang Ismaya.Orang tua mereka adalah Sang Hyang Tunggal dan Dewi Rekatawati. Suatu hari, Dewi Rekatawati menelurkan sebutir telur yang bersinar. Sang Hyang Tunggal mengubah telur tersebut, kulitnya menjadi Sang Hyang Maha Punggung(Togog) yang sulung, putih telur menjadi Sang Hyang Ismaya (Semar), dan kuningnya menjadi Sang Hyang Manikmaya. Kemudian waktu, Sang Hyang Tunggal menunjuk dua saudaranya yang lebih tua untuk mengawasi umat manusia, terutama Pandawa, sementara Batara Guru (atau Sang Hyang Manikmaya) memimpin para dewa di kahyangan.

Saat diciptakan, ia merasa paling sempurna dan tiada cacatnya. Hyang Tunggal mengetahui perasaan Manikmaya, lalu Hyang Tunggal bersabda bahwa Manikmaya akan memiliki cacad berupa lemah di kaki, belang di leher, bercaling, dan berlengan empat. Batara Guru amat menyesal mendengar perkataan Hyang Tunggal, dan sabda dia betul-betul terjadi.

Suatu ketika Manikmaya merasa sangat dahaga, dan ia menemukan telaga. Saat meminum air telaga itu—yang tidak diketahuinya bahwa air tersebut beracun—lantas dimuntahkannya kembali, maka ia mendapat cacad belang di leher. Diperhatikannya kalau manusia ketika lahir amatlah lemah kakinya. Seketika, kakinya terkena tulah, dan menjadi lemahlah kaki kiri Manikmaya. Saat ia bertengkar dengan istrinya Dewi Uma, dikutuknya Manikmaya oleh Dewi Uma, agar ia bercaling seperti raksasa, maka bercalinglah Manikmaya. Sewaktu Manikmaya melihat manusia yang sedang sembahyang yang bajunya menutupi tubuhnya, maka tertawalah Manikmaya karena dikiranya orang itu berlengan empat. Maka seketika berlengan empatlah Manikmaya. Hal ini adalah salah satu upaya de-Hinduisasi wayang dari budaya Jawa yang dilakukan Walisongo dalam upayanya menggunakan wayang sebagai sarana penyebaran Islam di Jawa. Contoh lain adalah penyebutan Drona menjadi Durna (nista), adanya kisah Yudistira harus menyebut kalimat syahadat sebelum masuk surga, dan lain-lain.

Bathara Guru merupakan adalah Dewa yang merajai ketiga dunia, yakni Mayapada (dunia para dewa atau surga), Madyapada (dunia manusia atau bumi), Arcapada (dunia bawah atau neraka). Namanya berasal dari bahasa Sanskrit Bhattara yang berarti "tuan terhormat" dan Guru, epitet dari Bá¹›haspati, seorang Dewa Hindu yang tinggal dan diidentifikasikan dengan planet Jupiter.


Batara Guru dalam mitologi Jawa
Menurut mitologi Jawa, Bathara Guru merupakan Dewa yang merajai ketiga dunia, yakni Mayapada (dunia para dewa atau surga), Madyapada (dunia manusia atau bumi), Arcapada (dunia bawah atau neraka). Ia merupakan perwujudan dari dewa Siwa yang mengatur wahyu, hadiah, dan berbagai ilmu. Batara Guru mempunyai sakti (istri) bernama Dewi Uma dan Dewi Umaranti. Bathara Guru mempunyai beberapa anak. Wahana (hewan kendaraan) Batara Guru adalah sang lembu Nandini. Ia juga dikenal dengan berbagai nama seperti Sang Hyang Manikmaya, Sang Hyang Caturbuja, Sang Hyang Otipati, Sang Hyang Jagadnata, Nilakanta, Trinetra, dan Girinata.

Makna Empat Tangan Batara Guru
KELEBIHAN dan kekurangan merupakan pertanda penuh makna. Batara Guru mempunyai kelebihan dua tangan. Berbeda dengan Dewa yang lain. Batara Guru sebagai perwujudan Dewa, makhluk di luar klasifikasi manusia bertangan empat adalah keistimewaan. Berbeda jika yang bertangan empat adalah manusia, maka itu ‘kecacatan’. Namun empat tangan Batara Guru bukan pertanda keistimewaan. Sang Hyang Wenang, Roh Absolut dengan segala ke-Mahaan-nya, mempunyai pertimbangan sendiri memberi tambahan dua tangan Batara Guru.
Adalah Dewi Uma atau Umayi, dewi cantik jelita yang menarik hati dan pikiran Batara Guru. Dewi Uma mau dipersunting oleh Batara Guru dengan syarat Batara Guru dapat menangkapnya. Berulang kali dikejar hendak ditangkap Dewi Uma selalu berhasil lolos dari tangan Batara Guru. Hampir putus asa, Batara Guru kemudian memohon kepada Sang Hyang Wenang untuk diberi dua tambahan tangan agar dapat menangkap Dewi Uma. Permohonan tersebut dikabulkan oleh Sang Hyang Wenang. Batara Guru dengan empat tangannya akhirnya berhasil menangkap Dewi Uma.
Empat tangan yang dimilikinya merupakan keistimewaan, sehingga Batara Guru juga dikenal dengan nama Caturbuja. Tetapi tentu juga merupakan kekurangan karena tidak lumrah. Istimewa atau tidak dan lumrah atau tidak kemudian tidak lagi berarti dalam hal ini. Peristiwa yang dialami Batara Guru harus dilihat sebagai sebuah pertanda bahwa segala keinginan harus berada di koridor kewajaran. Jika tidak maka bukan keinginan rasa yang di depan tetapi rasa inginlah yang di depan nalar dan rasa.
Pertanda semacam ini juga banyak didapat dari berbagai cerita. Kemunculan Subali, Sugriwa, dan Anjani misalnya. Tetapi tiga makhluk ini berada dalam dimensi manusia. Sementara dalam dimensi kedewaan ada cerita tentang tiga saudara Batara Antaga, Batara Ismaya, dan Batara Manikmaya. Mereka bertiga berebut untuk menjadi penguasa sehingga harus mendapatkan ‘pertanda’ dalam diri mereka. Batara Antaga yang hendak menelan jagad raya, mulutnya robek dan tetap tidak bisa menelannya. Sementara Batara Ismaya berhasil menelan jagad raya tetapi tidak bisa memuntahkannya maka perutnya buncit berisi jagad raya. Itulah pertanda.
Pertanda bisa dimaknai apa saja, tergantung akan hikmah yang ingin dicapai dalam mencapai kebenaran hakiki. Kehakikian adalah milik Yang Maha Mengatur, sehingga bagi manusia memaksakan tafsir juga pertanda akan munculnya ketunggalan. Toh, dalam hal apapun Yang Maha Penentu tidak pernah menentukan kesimpulan atas suatu hal. Empat tangan Batara Guru boleh jadi pertanda keistimewaan, tetapi juga bisa jadi pertanda kekurangan: kurang sabar, dan sebagainya

Tuesday, June 16, 2020

Proliman Joyo Kota madiun - Lirik Lagu


PROLIMAN JOYO " ( kota madiun )

Cipt : Denny Caknan X Soepardi Aye ( Moh. Arif )
Artis : Denny Caknan

Lirik :

Gemerlape lintang wengi iki sing tak sawang
Ngelingke aku marang sliramu

Bebarengan nyawiji, ono ning kutho iki
Njogo roso, ngukir tresno ning ati

Ora bakal lali, ungo iki kanggo sliramu
Mugo iso dadi pengarepanku

Ananging saiki, bedo sing tak lakoni
Kowe lungo, ninggal loro, kabeh wis mbok blenjani.

reff :
Proliman joyo ninggalke cerito loro
Sampek ati sliramu ninggalke aku
Aku ning kene, Nguatke ati
Ngempet eluh tangis sing ra iso tak apusi

Cukup ku berkorban, cukup aku bertahan
gede egomu sing ngambyarke kabeh impian


Biodata Singkat Denny Caknan

Deni Setiawan atau lebih dikenal dengan nama panggung Denny Caknan adalah seorang penyanyi dan pencipta lagu pop Jawa dan koplo asal Ngawi. Ia mulai dikenal berkat lagu "Kartonyono Medot Janji".
Sebagian lagu yang ditulisnya menggunakan bahasa Jawa, dan sedikit menyisipkan kalimat berbahasa Indonesia. Ia mengungkapkan gaya musik yang dibawakannya dipengaruhi oleh Didi Kempot, dengan nuansa pop dan pengaruh kendhang dalam instrumennya.

Monday, June 15, 2020

Kuatno aku - lirik lagu


KUATNO AKU

Artist: Heppy Asmara
Album: The Best Aneka Safari - Happy Asmara
Songwriter: Ilux & Denny Caknan

Lirik Lagu :

kowe seng biyen tau ning atiku
seng tau gawe seneng uripku
saiki wes lungo disanding wong liyo
mergo raono restune wong tuwo

setiaku wes ra kurang kurang
sayangku neng kowe yo tenanan
rasane abot nerimo kenyataan
kepekso pisah mergo keadaan

wes cukup aku sadar diri
tak terimo karo gede ati

Gusti paringono kuat atiku iki
kelangan wong seng paling tak sayangi
Gusti paringono terang dalan uripku
nerimo kahanane koyo ngene akhire, Gusti kuatno aku

Gusti paringono kuat atiku iki
kelangan wong seng paling tak sayangi
Gusti paringono terang dalan uripku
nerimo kahanane koyo ngene akhire, Gusti kuatno aku
Gusti kuatno aku ..


Biodata singkat Happy Asmara

Happy Rismanda Hendranata atau lebih dikenal dengan nama Happy Asmara (lahir di Kediri, 10 Juli 1999) adalah penyanyi dan pencipta lagu dangdut berkebangsaan Indonesia. Happy semakin dikenal berkat lagu Dalan Liyane.
Sebelum terjun ke dunia dangdut, Happy awalnya bernyanyi dengan genre musik pop . Namun pilihan untuk menyanyi dangdut membuat dia semakin populer, bahkan videonya sering menjadi trending di Youtube.

Sunday, June 14, 2020

Werkudara dalam Bahasa jawa

Raden Werkudara

    Raden Werkudara iku salah sijining paraga sing kalebu wangsa Pandhawa.Tembung Pandhawa iku ateges turunane Pandhu Dewanata narendra ing Negara Astina. Pandhu Dewanata iku sejatine putra saka Begawan Abiyasa kang dhaup karo Dewi Ambalika. Gegayutan karo kelairane Pandawa kababar ana kitab Mahabarata sing sepisan yaiku Adiparwa.
Carita Adiparwa
      Ing sawijining dina, Begawan Abiyasa kasil menangke sayembara yaiku adu manah lan kanggo bebungah, dheweke entuk telu putri raja Kasi kang asma Amba, Ambika lan Ambalika.Nalika Dewi Amba nyoba ngrayu Sang Begawan, ora dinyana dheweke keno panah Begawan Abiyasa banjur seda. Saka Dewi Ambika, Sang Begawan kanugrahan putra kang asma Drestharasta. Ananging, putrane mau nyandhang cacat wuta. Dene saka Dewi Ambalika, dheweke kanugrahan putra sing nomer loro asmane Pandhu Dewanata kang nyandhang cacat tengeng.  Nalika isih timur, Drestharasta dhaup karo Dewi gendari lan lair anak cacah satus yaiku Korawa. Tembung Korawa ateges keturunan saka Kuru. Sabanjure rayine yaiku Pandhu Dewanata dhaup kro putri loro kang asma Dewi Kunthi lan Madrim. Ananging amarga kutukan saka Begawan Kimindama, Pandhu ora bisa duwe anak.Garwa kang nomer siji, duwe mantra kanggo ngundang dewa – dewa supaya kanugrahan anak lanang. Aji iku disebut Aji Adityaredhaya. Saengga Dewi Kunthi bisa nglairke telu bayi lanang yaiku Yudhistira saka Bathara Dharma, Werkudara saka Bathara Bayu lan Arjuna saka Bathara Indra.Dewi madrim uga ora kalah, dheweke kanugrahan putra kembar yaiku Nakula lan Sadewa saka Bathara Aswan lan Aswin.Anak lima mau kang sinebut Pandhawa Lima. Mangkono sejarah kelairan saka Pandhawa.
Sapa iku Werkudara

Raden Werkudara utawa Bratasena utawa Bimasena
    Tulisan iki, ora bakal ngrembug kabeh babagan Pandhawa, mung bakal ngrembug paraga Werkudara utawa Bratasena. Werkudara iku dumunung ing ksatriyan Jodhipati. Wekudara minangka anak keloro saka Dewi Kunthi, titisan saka Bathara Bayu, saengga asring disebut Bayu Tanaya.  Awit putra nomer loro, mula Werkudara uga sinebut putra panenggaking Pandhawa. Isih ana sebutan liyane kayata Bratasena, Bimasena, Haryasena, Bayusiwi, Jagal Abilawa, Kusumadilaga, lan Jayalaga. Kacarita laire Bratasena awujud bungkus. Kabeh gegaman ora tumama. Mung Gajah Sena kang bisa mbedah bungkuse. Sawise dibedhah bayi mau diidak – idak, ditaleni, digadhing ananging malah saya gedhe. Gajah Sena ditamani kuku Pancanaka, mati sanalika. Suksmane nyawiji karo Bratasena. 

Miturut versi Ngayogjakarta, Raden Werkudara duwe garwa telu yaiku Dewi Nagagini, Dewi Arimbi lan Dewi Urang Ayu. Ananging miturut versi Surakarta, Raden Werkudara mung duwe garwa loro yaiku Dewi Nagagini lan Dewi Arimbi.Karo Dewi Nagagini peputra Raden Antareja kang duwe sungut. Karo Dewi Arimbi peputra Raden Gathotkaca kang duwe siung.Dene karo Dewi Urang Ayu peputra Raden Antasena kang awake duwe sisik kaya ula. Raden Werkudara duwe pusaka aran Kuku pancanaka sing landhepe kaya lading pinyukur, Gada Rujakpala, Gada Lambita muka, Alugara arupa Tumbak cendhak, Bargawa arupa kampak gedhe, Bargawasastra arupa Panah lan Gendewa. Dheweke uga duwe Aji – ajine Bandung bandawasa, Ungkal bener, Blabag Pangatol – antol, Bayu Bajra. Kanthi kaluwihane mau, Raden Werkudara bisa mbongkar gunung lan malyu cepet kaya angin.Werkudara iku omongane ladak, ora bisa basa marang sapa wae. Omongane tansah nganggo basa ngoko. mung Sanghyang Wenang lan Dewa Ruci sing dibasani. Watak liyane yaiku setya tuhu marang guru, bekti marang wong tuwa, teguh ing janji, blaka suta, bela bebener, mbrasta angkara, dhemen tetulung, rasa tresna marang kadang lan adil. Busanane Werkudara yaiku Gelung Pudhaksategal kang nggambarake keluhuran budi.  Pupuk jarot Asem kang nggambarake lembuting ati, sabar lan sareh. Sumping Surengpati, nggambarake gedhe semangate. 
Kelat Bahu Candrakirana, nggambarake pikirane kuat lan atine padhang. Sabuk Nagabanda, nggambarake bisa ngendhaleni hawa nepsu. Kampuh Poleng Bintuluaji, nggambarake wibawa lan kekuatan. Kang pungkasan Clana Cindhe Udagara, nggambarake kendel lan bisa mawas diri, tepa slira. Ing carita pewayangan Jawatimuran, Raden Werkudara utawa Bhima Sena duwe kalungguhan dadi Jeksa ing Lumajang Tengah. Saking pinter lan prigele ulah perang sarta dhemen tetulung marang sapadha – padha, Maharsi Wiyasa paring dhawuh marang Prabu Puntadewa, supaya Bhima Sena kadhawuhan ngayahi kuwajiban sarta mranata ing babagan Keadilan lan Kejujuran. Sawetara para dhalang jawatimuran liyane ngandharake yen Lumajang Tengah iku mujudake papan ksatriyan Raden Bhima Sena. Mula ana sing ngarani yen Bhima Sena iku satriya ing Lumajang Tengah, iya Jeksa Lumajang Tengah. Werkudara tiwas angka papat amarga nalika uripe seneng mangan, rasa kasar lan ora bisa basa. Banjur sumusul Sadewa, Nakula lan Arjuna.

Saturday, June 13, 2020

Lirik Lagu - BANYU MOTO

BANYU MOTO
Songwriter : Heri Marwanto ( Sleman Receh )


tembang iki tak gawe
mung kanggo kowe
sing paling tak tenani
nganti saiki

tumetese banyu moto iki
sing dadi saksi
sumpah lan janji
sehidup semati

sampai kapan kan kau buktikan
tresno tulus yo mung kanggo awakku
sampai mati kan ku pastikan
mergo mung kowe sing tak tresnani tekane mati

cahyo lintang ing wengi gawe anyeme ati
tambah nggegowo roso kangen mring sliramu, tresnaku

tumetese banyu moto iki sing dadi saksi
sumpah lan janji sehidup semati

sampai kapan kan kau buktikan
tresno tulus yo mung kanggo awakku
sampai mati kan ku pastikan
mergo mung kowe sing tak tresnani tekane mati

sampai kapan kan kau buktikan
tresno tulus yo mung kanggo awakku
sampai mati kan ku pastikan
mergo mung kowe sing tak tresnani tekane mati

cahyo lintang ing wengi gawe anyeme ati
tambah ngegowo roso kangen mring sliramu, tresnaku


Arti B.INDONESIA

lagu ini ku ciptakan hanya untukmu
yang paling ku cintai sampai saat ini

berlinang air mata ini yang jadi saksi
sumpah dan janji sehidup semati

sampai kapan kan kau buktikan
cinta tulus hanya untuk diriku

sampai mati kan ku pastikan
karena hanya kamu yang ku cintai sampai mati

cahaya bintang di malam membuat tenangnya hati
tambah membawa rasa kangen kepadamu, cintaku

Friday, June 12, 2020

Nakula dan Sadewa

NAKULA
Resminya, Nakula atau Pinten adalah putra dari Prabu Pandu dan Dewi Madrim. Namun karena Prabu Pandu tak dapat behubungan tubuh dengan istrinya, maka Dewi Madri yang telah diajari ilmu Adityaredhaya oleh Dewi Kunti memanggil dewa tabib kayangan yang juga dikenal sebagai dewa kembar. Batara Aswan-Aswin. Nakula adalah putra dar Batara Aswan sedang Sadewa adalah putra dari Batara Aswin.
Raden Nakula memiliki perwatakan jujur, setia, taat pada orang tua dan tahu membalas budi serta dapat menjaga rahasia.
Setelah 12 tahun menjadi buangan di hutan, Nakula beserta saudara-saudaranya menyamar di negri Wirata. Di sana Nakula menjadi seorang pelatih kuda kerajaan bernama Darmagrantika.
Aji-aji yang dimiliki oleh Nakula adalah Aji Pranawajati yang berhasiat tak dapat lupa akan hal apapun. Aji ini ia dapat dari Ditya Sapujagad, seorang perwira Kerajaan Mertani di bawah kekuasaan Prabu Yudistira yang menyatu dalam tubuhnya. Nakula pun mendapat wilayah yang dulu diperintah oleh Sapujagad yaitu Sawojajar. Nakula juga memiliki cupu yang berisi Banyu Panguripan dari Batara Indra, cupu berisi Tirta Manik yang merupakan air kehidupan dari mertuannya Begawan Badawanganala.
Raden Nakula menikah dengan Dewi Retna Suyati, putri dari Prabu Kridakerata dari Awu-Awu Langit dan berputra Bambang Pramusinta dan Dewi Pramuwati. Ia juga menikah dengan Dewi Srengganawati, putri Dari Begawan Badawanganala dari Gisik Samudra berputri Dewi Sritanjung. Saat perang Baratayuda berlangsung, Nakula dan Sadewa diutus Prabu Kresna untuk menemui Prabu Salya dengan membawa patrem (semacam pisau kecil) dan minta dibunuh karena tidak tahan melihat saudara-saudaranya mati karena tak ada satupun manusia yang sanggup menandingi Aji Candabirawa Prabu Salya. Prabu Salya yang terharu lalu memberikan rahasia kelemahannya kepada si kembar bahwa yang sanggup membunuhnya adalah Puntadewa yang berdarah putih.
Setelah Baratayuda selesai, Nakula diangkat menjadi raja di Mandrapati menggantikan Prabu Salya karena semua putranya tewas dalam perang Baratayuda. Diceritakan bahwa Nakula mati moksa bersama empat saudaranya dan Dewi Drupadi.
Nakula adalah seorang tokoh protagonis dari wiracarita Mahabharata. Ia merupakan putera Dewi Madri, kakak ipar Dewi Kunti. Ia adalah saudara kembar Sadewa dan dianggap putera Dewa Aswin, Dewa tabib kembar.
Menurut kitab Mahabharata, Nakula sangat tampan dan sangat elok parasnya. Menurut Dropadi, Nakula merupakan suami yang paling tampan di dunia. Namun, sifat buruk Nakula adalah membanggakan ketampanan yang dimilikinya. Hal itu diungkapkan oleh Yudistira dalam kitab Prasthanikaparwa.
Secara harfiah, kata nakula dalam bahasa Sansekerta merujuk kepada warna Ichneumon, sejenis tikus atau binatang pengerat dari Mesir. Nakula juga dapat berarti “cerpelai”, atau dapat juga berarti “tikus benggala”. Nakula juga merupakan nama lain dari Dewa Siwa.
Menurut Mahabharata, si kembar Nakula dan Sadewa memiliki kemampuan istimewa dalam merawat kuda dan sapi. Nakula digambarkan sebagai orang yang sangat menghibur hati. Ia juga teliti dalam menjalankan tugasnya dan selalu mengawasi kenakalan kakaknya, Bima, dan bahkan terhadap senda gurau yang terasa serius. Nakula juga memiliki kemahiran dalam memainkan senjata pedang.
Saat para Pandawa mengalami pengasingan di dalam hutan, keempat Pandawa (Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa) meninggal karena meminum air beracun dari sebuah danau. Ketika sesosok roh gaib memberi kesempatan kepada Yudistira untuk memilih salah satu dari keempat saudaranya untuk dihidupkan kembali, Nakula-lah dipilih oleh Yudistira untuk hidup kembali. Ini karena Nakula merupakan putera Madri, dan Yudistira, yang merupakan putera Kunti, ingin bersikap adil terhadap kedua ibu tersebut. Apabila ia memilih Bima atau Arjuna, maka tidak ada lagi putera Madri yang akan melanjutkan keturunan.
Ketika para Pandawa harus menjalani masa penyamaran di Kerajaan Wirata, Nakula menyamar sebagai perawat kuda dengan nama samaran “Grantika”. Nakula turut serta dalam pertempuran akbar di Kurukshetra, dan memenangkan perang besar tersebut.
Dalam kitab Prasthanikaparwa, yaitu kitab ketujuh belas dari seri Astadasaparwa Mahabharata, diceritakan bahwa Nakula tewas dalam perjalanan ketika para Pandawa hendak mencapai puncak gunung Himalaya. Sebelumnya, Dropadi tewas dan disusul oleh saudara kembar Nakula yang bernama Sadewa. Ketika Nakula terjerembab ke tanah, Bima bertanya kepada Yudistira, “Kakakku, adik kita ini sangat rajin dan penurut. Ia juga sangat tampan dan tidak ada yang menandinginya. Mengapa ia meninggal sampai di sini?”. Yudistira yang bijaksana menjawab, “Memang benar bahwa ia sangat rajin dan senang menjalankan perintah kita. Namun ketahuilah, bahwa Nakula sangat membanggakan ketampanan yang dimilikinya, dan tidak mau mengalah. Karena sikapnya tersebut, ia hanya hidup sampai di sini”. Setelah mendengar penjelasan Yudistira, maka Bima dan Arjuna melanjutkan perjalanan mereka. Mereka meninggalkan jenazah Nakula di sana, tanpa upacara pembakaran yang layak, namun arwah Nakula mencapai kedamaian.

Nakula dalam pewayangan Jawa
Nakula dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Pinten (nama tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan sebagai obat). Ia merupakan putera keempat Prabu Pandudewanata, raja negara Hastinapura dengan permaisuri Dewi Madri, puteri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati, dari negara Mandaraka. Ia lahir kembar bersama adiknya, Sahadewa atau Sadewa. Nakula juga menpunyai tiga saudara satu ayah, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti, dari negara Mandura bernama Puntadewa (Yudistira), Bima alias Werkudara dan Arjuna
Nakula adalah titisan Batara Aswin, Dewa tabib. Ia mahir menunggang kuda dan pandai mempergunakan senjata panah dan lembing. Nakula tidak akan dapat lupa tentang segala hal yang diketahui karena ia mepunyai Aji Pranawajati pemberian Ditya Sapujagad, Senapati negara Mretani. Ia juga mempunyai cupu berisi “Banyu Panguripan” atau “Air kehidupan” pemberian Bhatara Indra.
Nakula mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia. Ia tinggal di kesatrian Sawojajar, wilayah negara Amarta. Nakula mempunyai dua orang isteri yaitu:
* Dewi Sayati puteri Prabu Kridakirata, raja negara Awuawulangit, dan memperoleh dua orang putera masing-masing bernama Bambang Pramusinta dan Dewi Pramuwati.
* Dewi Srengganawati, puteri Resi Badawanganala, kura-kura raksasa yang tinggal di sungai Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra alias Ekapratala) dan memperoleh seorang putri bernama Dewi Sritanjung. Dari perkawinan itu Nakula mendapat anugrah cupu pusaka berisi air kehidupan bernama Tirtamanik.
Setelah selesai perang Bharatayuddha, Nakula diangkat menjadi raja negara Mandaraka sesuai amanat Prabu Salya kakak ibunya, Dewi Madrim. Akhir riwayatnya diceritakan, Nakula mati moksa di gunung Himalaya bersama keempat saudaranya.

SADEWA
Sadewa adalah salah satu tokoh utama dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan anggota Pandawa yang paling muda, yang memiliki saudara kembar bernama Nakula. Meskipun kembar, Nakula dikisahkan memiliki wajah yang lebih tampan daripada Sadewa, sedangkan Sadewa lebih pandai daripada kembarannya. Dalam hal perbintangan atau astronomi, kepandaian Sadewa jauh di atas murid-murid Drona yang lain. Selain itu, ia juga pandai dalam hal beternak sapi. Maka ketika para Pandawa menjalani hukuman menyamar selama setahun di Kerajaan Matsya akibat kalah bermain dadu melawan Korawa, Sadewa pun memilih peran sebagai seorang gembala sapi bernama Tantripala.
Meskipun Sadewa merupakan Pandawa yang paling muda, tetapi ia dianggap sebagai yang terbijak di antara mereka. Yudistira bahkan pernah berkata bahwa Sadewa lebih bijak daripada Wrehaspati, guru para dewa. Sadewa merupakan ahli perbintangan yang ulung dan mampu meramalkan kejadian yang akan datang. Namun ia pernah dikutuk apabila sampai membeberkan rahasia takdir, maka kepalanya akan terbelah menjadi dua.
Raden Sadewa atau Tangsen yang merupakan saudara kembar dari Raden Nakula adalah bungsu dari Pandawa. Ia adalah putra dari Dewi Madrim dan Batara Aswin, dewa kembar bersama Batara Aswan, ayah Nakula.
Raden Sadewa memiliki perwatakan jujur, setia, taat pada orang tua dan tahu membalas budi serta dapat menjaga rahasia. Dalam hal olah senjata, sadewa ahli dalam penggunaan pedang. Nama-nama lain dari Sadewa adalah Sudamala, dan Madraputra.
Dalam penyamaran di Negri Wirata Sadewa menjadi pengurus taman kerajaan di Wirata bernama Tantripala.
Jika Nakula tak dapat lupa akan segala hal maka, Sadewa juga memiliki ingatan yang kuat serta ahli dalam hal menganalisis sesuatu. Sadewa juga ahli dalam hal Metafisika dan dapat tahu hal yang akan terjadi. Ini diperoleh dari Ditya Sapulebu yang dikalahkannya dan menyatu dalam tubuhnya saat Pandawa membuka hutan Mertani. Selain itu, Sadewa mendapatkan wilayah Bumiretawu atau juga disebut Bawertalun.
Sadewa menikah dengan Dewi Srengginiwati putri Begawan Badawanganala dan berputra Bambang Widapaksa. Selain itu Ia juga menikah dengan Dewi Rasawulan, putri dari Prabu Rasadewa dari kerajaan Selamiral. Menurut kabar, yang sanggup memperistri Dewi Rasawulan akan unggul dalam Baratayuda Di saat yang sama Arjuna dan Dursasana juga datang melamar, namun yang memenakan sayembara pilih itu hanyalah Sadewa karena ia sanggup menjabarkan apa arti cinta sebenarnya.
Sebelum pecah Baratayuda, ada dua raksasa penjelmaan Citraganda dan Citrasena yang bernama Kalantaka dan Kalanjaya yang datang ke Astina hendak membantu kerajaan Astina. Kedua raksasa tersebut sebenarnya hanyalah jin biasa, namun karena dikutuk oleh Batara Guru akibat mengintip Batara Guru dan Dewi Uma yang sedang mandi di telaga. Kehadiran kedua raksasa tersebut tenyata menimbulkan kegusaran dalam diri Dewi Kunti. Dewi Kunti lalu memohon pada Batari Durga agar kedua raksasa tersebut dimusnahkan. Batari Durga meminta Sadewa sebagai tumbalnya. Mendengar hal itu, Dewi Kunti tidak setuju dan kemudian kembali ke Amarta. Batari Durga kemudian menyuruk Kalika, seorang jin anak buahnya untuk menyusup kedalam tubuh Dewi Kunti. Dalam keadaan kerasukan, Dewi Kunti menyuruh sadewa sebagai tumbal dan diminta menghadap Batari Durga. Sadewa pun hanya menurut perintah ibu tirinya yang telah mengasuhnya dari kecil.
Sesampainya di hutan, Batari Durga minta diruwat oleh Sadewa menjadi putri yang cantik. Sadewa tidak sanggup melakukannya dan lalu akan dimangsa oleh Batari Durga. Sang Hyang Narada yang mengetahui hal itu lalu melaporkannya pada Batara Guru. Batara Guru lalu merasuk kedalam tubuh Sadewa dan meruwat Batari Durga. Kemudian kedua raksasa jelmaan Citraganda dan Citrasena dimusnahkan. Cerita ini dikenal dengan lakon Sudamala.
Setelah perang baratayuda selesai, Sadewa memilih menjadi patih Hastina dan juga pendamping Puntadewa. Akhir hidupnya diceritakan mati moksa dengan saudara-saudaranya.

Dalam pewayangan gaya Yogyakarta, wayang Nakula dan Sadewa dibedakan oleh jamang lidi (semacam hiasan kepala) yang di tunjuk dalam gambar dibawah. Sadewa menggunakan jamang lidi sedang Nakula tidak.  

Baca Juga

Jagal Abilawa

Jagal Abilawa adalah nama samaran dari Raden Brotoseno / Bima, dia menyamarkan diri karena pada masa itu para Pandawa mendapat ujian karena ...