Saturday, June 20, 2020
LOS DOL - Lirik lagu
LOS DOL
- Cipt : Denny Caknan X Lek Dahlan
- Artis : Denny Caknan
Lirik :
Los Dol ndang lanjut leh mu Whatapp an
cek paket datane, yen entek tak tukokne
tenan dik elingo yen mantan nakokne
iku ora rindu,
nanging kangen kringet bareng awakmu
tak gawe los dol blas aku ra rewel
nyanding sliramu sing angel di setel
tutuk - tutuk no chatingan karo wong liyo
rapopo, aku ra gelo,
kok tutup - tutupi, nomere mbok ganti
firasat ati angel di apusi
senajan mbok ganti tukang las, bakul sayur lan tukang gas
titeni, bakale ngerti
reff :
Los Dol ndang lanjut leh mu Whatapp an
cek paket datane, yen entek tak tukokne
tenan dik elingo yen mantan nakokne
iku ora rindu,
nanging kangen kringet bareng awakmu
Friday, June 19, 2020
Brajadenta,siapakah dia?....
BRAJADENTA adalah putra ketiga Prabu Arimbaka, raja raksasa negara Pringgandani dengan Dewi Hadimba.
Brajadenta mempunyai tujuh orang saudara kandung bernama:
- Arimba / Hidimba,
- Dewi Arimbi,
- Arya Prabakesana,
- Brajamusti,
- Brajalamatan,
- Brajawikalpa dan
- Kalabendana.
Brajadenta berwatak keras hati, ingin menangnya sendiri, berani serta ingin selalu menurutkan kata hatinya.
Brajadenta sangat sakti. Oleh kakaknya, Dewi Arimbi, Brajadenta ditunjuk sebagai wakil raja memegang tampuk pemerintahan negara Pringgandani selama Dewi Arimbi ikut suaminya Bima tinggal di Jadipati.
Akhir riwayatnya diceritakan, karena tidak setuju dengan pengangkatan Gatotkaca, putra Dewi Arimbi dengan Bima sebagai raja Pringgandani, Brajadenta dengan dibantu oleh ketiga adiknya, Brajamusti, Brajalamatan dan Brajawikalpa, melakukan pemberontakan karena ingin secara mutlak menguasai negara Pringgandani.
Pemberontakannya dapat ditumpas oleh Gatotkaca dengan tewasnya Brajalamatan dan Brajawikalpa.
Brajadenta dan Brajamusti berhasil melarikan diri dan berlindung pada kemenakannya Prabu Arimbaji, putra mendiang Prabu Arimba yang telah menjadi raja di negara Gowasiluman di hutan Tunggarana.Dengan bantuan Bathari Durga, Brajadenta kembali memasuki negara Pringgandini untuk membunuh Gatotkaca.
Usahanya kembali mengalami kegagalan. Brajadenta akhirnya tewas dalam peperangan melawan Gatotkaca.
Arwahnya menjelma menjadi ajian/keaktian dan merasuk/menunggal dalam gigi Gatotkaca.
Sejak itu Gatotkaca memiliki kesaktian; barang siapa kena gigitannya pasti binasa.
Brajadenta mempunyai tujuh orang saudara kandung bernama:
- Arimba / Hidimba,
- Dewi Arimbi,
- Arya Prabakesana,
- Brajamusti,
- Brajalamatan,
- Brajawikalpa dan
- Kalabendana.
Brajadenta berwatak keras hati, ingin menangnya sendiri, berani serta ingin selalu menurutkan kata hatinya.
Brajadenta sangat sakti. Oleh kakaknya, Dewi Arimbi, Brajadenta ditunjuk sebagai wakil raja memegang tampuk pemerintahan negara Pringgandani selama Dewi Arimbi ikut suaminya Bima tinggal di Jadipati.
Akhir riwayatnya diceritakan, karena tidak setuju dengan pengangkatan Gatotkaca, putra Dewi Arimbi dengan Bima sebagai raja Pringgandani, Brajadenta dengan dibantu oleh ketiga adiknya, Brajamusti, Brajalamatan dan Brajawikalpa, melakukan pemberontakan karena ingin secara mutlak menguasai negara Pringgandani.
Pemberontakannya dapat ditumpas oleh Gatotkaca dengan tewasnya Brajalamatan dan Brajawikalpa.
Brajadenta dan Brajamusti berhasil melarikan diri dan berlindung pada kemenakannya Prabu Arimbaji, putra mendiang Prabu Arimba yang telah menjadi raja di negara Gowasiluman di hutan Tunggarana.Dengan bantuan Bathari Durga, Brajadenta kembali memasuki negara Pringgandini untuk membunuh Gatotkaca.
Usahanya kembali mengalami kegagalan. Brajadenta akhirnya tewas dalam peperangan melawan Gatotkaca.
Arwahnya menjelma menjadi ajian/keaktian dan merasuk/menunggal dalam gigi Gatotkaca.
Sejak itu Gatotkaca memiliki kesaktian; barang siapa kena gigitannya pasti binasa.
Thursday, June 18, 2020
Bhatara Guru asal usul dan gambar wayang Bhatara Guru
Bhatara Guru di ciptakan dari cahaya yang gemerlapan oleh Sang Hyang Tunggal, bersamaan dg cahaya yang berwarna kehitam-hitaman yg merupakan asal jadinya Ismaya (SEMAR), MANIKMAYA berkuasa di SURYALANA sedangkan ISMAYA ( Semar) di turun kan ke bumi untuk mengasuh para Pandawa
Batara Guru memiliki dua saudara, Sang Hyang Maha Punggung dan Sang Hyang Ismaya.Orang tua mereka adalah Sang Hyang Tunggal dan Dewi Rekatawati. Suatu hari, Dewi Rekatawati menelurkan sebutir telur yang bersinar. Sang Hyang Tunggal mengubah telur tersebut, kulitnya menjadi Sang Hyang Maha Punggung(Togog) yang sulung, putih telur menjadi Sang Hyang Ismaya (Semar), dan kuningnya menjadi Sang Hyang Manikmaya. Kemudian waktu, Sang Hyang Tunggal menunjuk dua saudaranya yang lebih tua untuk mengawasi umat manusia, terutama Pandawa, sementara Batara Guru (atau Sang Hyang Manikmaya) memimpin para dewa di kahyangan.
Saat diciptakan, ia merasa paling sempurna dan tiada cacatnya. Hyang Tunggal mengetahui perasaan Manikmaya, lalu Hyang Tunggal bersabda bahwa Manikmaya akan memiliki cacad berupa lemah di kaki, belang di leher, bercaling, dan berlengan empat. Batara Guru amat menyesal mendengar perkataan Hyang Tunggal, dan sabda dia betul-betul terjadi.
Suatu ketika Manikmaya merasa sangat dahaga, dan ia menemukan telaga. Saat meminum air telaga itu—yang tidak diketahuinya bahwa air tersebut beracun—lantas dimuntahkannya kembali, maka ia mendapat cacad belang di leher. Diperhatikannya kalau manusia ketika lahir amatlah lemah kakinya. Seketika, kakinya terkena tulah, dan menjadi lemahlah kaki kiri Manikmaya. Saat ia bertengkar dengan istrinya Dewi Uma, dikutuknya Manikmaya oleh Dewi Uma, agar ia bercaling seperti raksasa, maka bercalinglah Manikmaya. Sewaktu Manikmaya melihat manusia yang sedang sembahyang yang bajunya menutupi tubuhnya, maka tertawalah Manikmaya karena dikiranya orang itu berlengan empat. Maka seketika berlengan empatlah Manikmaya. Hal ini adalah salah satu upaya de-Hinduisasi wayang dari budaya Jawa yang dilakukan Walisongo dalam upayanya menggunakan wayang sebagai sarana penyebaran Islam di Jawa. Contoh lain adalah penyebutan Drona menjadi Durna (nista), adanya kisah Yudistira harus menyebut kalimat syahadat sebelum masuk surga, dan lain-lain.
Bathara Guru merupakan adalah Dewa yang merajai ketiga dunia, yakni Mayapada (dunia para dewa atau surga), Madyapada (dunia manusia atau bumi), Arcapada (dunia bawah atau neraka). Namanya berasal dari bahasa Sanskrit Bhattara yang berarti "tuan terhormat" dan Guru, epitet dari Bá¹›haspati, seorang Dewa Hindu yang tinggal dan diidentifikasikan dengan planet Jupiter.
Batara Guru dalam mitologi Jawa
Menurut mitologi Jawa, Bathara Guru merupakan Dewa yang merajai ketiga dunia, yakni Mayapada (dunia para dewa atau surga), Madyapada (dunia manusia atau bumi), Arcapada (dunia bawah atau neraka). Ia merupakan perwujudan dari dewa Siwa yang mengatur wahyu, hadiah, dan berbagai ilmu. Batara Guru mempunyai sakti (istri) bernama Dewi Uma dan Dewi Umaranti. Bathara Guru mempunyai beberapa anak. Wahana (hewan kendaraan) Batara Guru adalah sang lembu Nandini. Ia juga dikenal dengan berbagai nama seperti Sang Hyang Manikmaya, Sang Hyang Caturbuja, Sang Hyang Otipati, Sang Hyang Jagadnata, Nilakanta, Trinetra, dan Girinata.
Makna Empat Tangan Batara Guru
KELEBIHAN dan kekurangan merupakan pertanda penuh makna. Batara Guru mempunyai kelebihan dua tangan. Berbeda dengan Dewa yang lain. Batara Guru sebagai perwujudan Dewa, makhluk di luar klasifikasi manusia bertangan empat adalah keistimewaan. Berbeda jika yang bertangan empat adalah manusia, maka itu ‘kecacatan’. Namun empat tangan Batara Guru bukan pertanda keistimewaan. Sang Hyang Wenang, Roh Absolut dengan segala ke-Mahaan-nya, mempunyai pertimbangan sendiri memberi tambahan dua tangan Batara Guru.
Adalah Dewi Uma atau Umayi, dewi cantik jelita yang menarik hati dan pikiran Batara Guru. Dewi Uma mau dipersunting oleh Batara Guru dengan syarat Batara Guru dapat menangkapnya. Berulang kali dikejar hendak ditangkap Dewi Uma selalu berhasil lolos dari tangan Batara Guru. Hampir putus asa, Batara Guru kemudian memohon kepada Sang Hyang Wenang untuk diberi dua tambahan tangan agar dapat menangkap Dewi Uma. Permohonan tersebut dikabulkan oleh Sang Hyang Wenang. Batara Guru dengan empat tangannya akhirnya berhasil menangkap Dewi Uma.
Empat tangan yang dimilikinya merupakan keistimewaan, sehingga Batara Guru juga dikenal dengan nama Caturbuja. Tetapi tentu juga merupakan kekurangan karena tidak lumrah. Istimewa atau tidak dan lumrah atau tidak kemudian tidak lagi berarti dalam hal ini. Peristiwa yang dialami Batara Guru harus dilihat sebagai sebuah pertanda bahwa segala keinginan harus berada di koridor kewajaran. Jika tidak maka bukan keinginan rasa yang di depan tetapi rasa inginlah yang di depan nalar dan rasa.
Pertanda semacam ini juga banyak didapat dari berbagai cerita. Kemunculan Subali, Sugriwa, dan Anjani misalnya. Tetapi tiga makhluk ini berada dalam dimensi manusia. Sementara dalam dimensi kedewaan ada cerita tentang tiga saudara Batara Antaga, Batara Ismaya, dan Batara Manikmaya. Mereka bertiga berebut untuk menjadi penguasa sehingga harus mendapatkan ‘pertanda’ dalam diri mereka. Batara Antaga yang hendak menelan jagad raya, mulutnya robek dan tetap tidak bisa menelannya. Sementara Batara Ismaya berhasil menelan jagad raya tetapi tidak bisa memuntahkannya maka perutnya buncit berisi jagad raya. Itulah pertanda.
Pertanda bisa dimaknai apa saja, tergantung akan hikmah yang ingin dicapai dalam mencapai kebenaran hakiki. Kehakikian adalah milik Yang Maha Mengatur, sehingga bagi manusia memaksakan tafsir juga pertanda akan munculnya ketunggalan. Toh, dalam hal apapun Yang Maha Penentu tidak pernah menentukan kesimpulan atas suatu hal. Empat tangan Batara Guru boleh jadi pertanda keistimewaan, tetapi juga bisa jadi pertanda kekurangan: kurang sabar, dan sebagainya
Batara Guru memiliki dua saudara, Sang Hyang Maha Punggung dan Sang Hyang Ismaya.Orang tua mereka adalah Sang Hyang Tunggal dan Dewi Rekatawati. Suatu hari, Dewi Rekatawati menelurkan sebutir telur yang bersinar. Sang Hyang Tunggal mengubah telur tersebut, kulitnya menjadi Sang Hyang Maha Punggung(Togog) yang sulung, putih telur menjadi Sang Hyang Ismaya (Semar), dan kuningnya menjadi Sang Hyang Manikmaya. Kemudian waktu, Sang Hyang Tunggal menunjuk dua saudaranya yang lebih tua untuk mengawasi umat manusia, terutama Pandawa, sementara Batara Guru (atau Sang Hyang Manikmaya) memimpin para dewa di kahyangan.
Saat diciptakan, ia merasa paling sempurna dan tiada cacatnya. Hyang Tunggal mengetahui perasaan Manikmaya, lalu Hyang Tunggal bersabda bahwa Manikmaya akan memiliki cacad berupa lemah di kaki, belang di leher, bercaling, dan berlengan empat. Batara Guru amat menyesal mendengar perkataan Hyang Tunggal, dan sabda dia betul-betul terjadi.
Suatu ketika Manikmaya merasa sangat dahaga, dan ia menemukan telaga. Saat meminum air telaga itu—yang tidak diketahuinya bahwa air tersebut beracun—lantas dimuntahkannya kembali, maka ia mendapat cacad belang di leher. Diperhatikannya kalau manusia ketika lahir amatlah lemah kakinya. Seketika, kakinya terkena tulah, dan menjadi lemahlah kaki kiri Manikmaya. Saat ia bertengkar dengan istrinya Dewi Uma, dikutuknya Manikmaya oleh Dewi Uma, agar ia bercaling seperti raksasa, maka bercalinglah Manikmaya. Sewaktu Manikmaya melihat manusia yang sedang sembahyang yang bajunya menutupi tubuhnya, maka tertawalah Manikmaya karena dikiranya orang itu berlengan empat. Maka seketika berlengan empatlah Manikmaya. Hal ini adalah salah satu upaya de-Hinduisasi wayang dari budaya Jawa yang dilakukan Walisongo dalam upayanya menggunakan wayang sebagai sarana penyebaran Islam di Jawa. Contoh lain adalah penyebutan Drona menjadi Durna (nista), adanya kisah Yudistira harus menyebut kalimat syahadat sebelum masuk surga, dan lain-lain.
Bathara Guru merupakan adalah Dewa yang merajai ketiga dunia, yakni Mayapada (dunia para dewa atau surga), Madyapada (dunia manusia atau bumi), Arcapada (dunia bawah atau neraka). Namanya berasal dari bahasa Sanskrit Bhattara yang berarti "tuan terhormat" dan Guru, epitet dari Bá¹›haspati, seorang Dewa Hindu yang tinggal dan diidentifikasikan dengan planet Jupiter.
Batara Guru dalam mitologi Jawa
Menurut mitologi Jawa, Bathara Guru merupakan Dewa yang merajai ketiga dunia, yakni Mayapada (dunia para dewa atau surga), Madyapada (dunia manusia atau bumi), Arcapada (dunia bawah atau neraka). Ia merupakan perwujudan dari dewa Siwa yang mengatur wahyu, hadiah, dan berbagai ilmu. Batara Guru mempunyai sakti (istri) bernama Dewi Uma dan Dewi Umaranti. Bathara Guru mempunyai beberapa anak. Wahana (hewan kendaraan) Batara Guru adalah sang lembu Nandini. Ia juga dikenal dengan berbagai nama seperti Sang Hyang Manikmaya, Sang Hyang Caturbuja, Sang Hyang Otipati, Sang Hyang Jagadnata, Nilakanta, Trinetra, dan Girinata.
Makna Empat Tangan Batara Guru
KELEBIHAN dan kekurangan merupakan pertanda penuh makna. Batara Guru mempunyai kelebihan dua tangan. Berbeda dengan Dewa yang lain. Batara Guru sebagai perwujudan Dewa, makhluk di luar klasifikasi manusia bertangan empat adalah keistimewaan. Berbeda jika yang bertangan empat adalah manusia, maka itu ‘kecacatan’. Namun empat tangan Batara Guru bukan pertanda keistimewaan. Sang Hyang Wenang, Roh Absolut dengan segala ke-Mahaan-nya, mempunyai pertimbangan sendiri memberi tambahan dua tangan Batara Guru.
Adalah Dewi Uma atau Umayi, dewi cantik jelita yang menarik hati dan pikiran Batara Guru. Dewi Uma mau dipersunting oleh Batara Guru dengan syarat Batara Guru dapat menangkapnya. Berulang kali dikejar hendak ditangkap Dewi Uma selalu berhasil lolos dari tangan Batara Guru. Hampir putus asa, Batara Guru kemudian memohon kepada Sang Hyang Wenang untuk diberi dua tambahan tangan agar dapat menangkap Dewi Uma. Permohonan tersebut dikabulkan oleh Sang Hyang Wenang. Batara Guru dengan empat tangannya akhirnya berhasil menangkap Dewi Uma.
Empat tangan yang dimilikinya merupakan keistimewaan, sehingga Batara Guru juga dikenal dengan nama Caturbuja. Tetapi tentu juga merupakan kekurangan karena tidak lumrah. Istimewa atau tidak dan lumrah atau tidak kemudian tidak lagi berarti dalam hal ini. Peristiwa yang dialami Batara Guru harus dilihat sebagai sebuah pertanda bahwa segala keinginan harus berada di koridor kewajaran. Jika tidak maka bukan keinginan rasa yang di depan tetapi rasa inginlah yang di depan nalar dan rasa.
Pertanda semacam ini juga banyak didapat dari berbagai cerita. Kemunculan Subali, Sugriwa, dan Anjani misalnya. Tetapi tiga makhluk ini berada dalam dimensi manusia. Sementara dalam dimensi kedewaan ada cerita tentang tiga saudara Batara Antaga, Batara Ismaya, dan Batara Manikmaya. Mereka bertiga berebut untuk menjadi penguasa sehingga harus mendapatkan ‘pertanda’ dalam diri mereka. Batara Antaga yang hendak menelan jagad raya, mulutnya robek dan tetap tidak bisa menelannya. Sementara Batara Ismaya berhasil menelan jagad raya tetapi tidak bisa memuntahkannya maka perutnya buncit berisi jagad raya. Itulah pertanda.
Pertanda bisa dimaknai apa saja, tergantung akan hikmah yang ingin dicapai dalam mencapai kebenaran hakiki. Kehakikian adalah milik Yang Maha Mengatur, sehingga bagi manusia memaksakan tafsir juga pertanda akan munculnya ketunggalan. Toh, dalam hal apapun Yang Maha Penentu tidak pernah menentukan kesimpulan atas suatu hal. Empat tangan Batara Guru boleh jadi pertanda keistimewaan, tetapi juga bisa jadi pertanda kekurangan: kurang sabar, dan sebagainya
Tuesday, June 16, 2020
Proliman Joyo Kota madiun - Lirik Lagu
PROLIMAN JOYO " ( kota madiun )
Cipt : Denny Caknan X Soepardi Aye ( Moh. Arif )
Artis : Denny Caknan
Lirik :
Gemerlape lintang wengi iki sing tak sawang
Ngelingke aku marang sliramu
Bebarengan nyawiji, ono ning kutho iki
Njogo roso, ngukir tresno ning ati
Ora bakal lali, ungo iki kanggo sliramu
Mugo iso dadi pengarepanku
Ananging saiki, bedo sing tak lakoni
Kowe lungo, ninggal loro, kabeh wis mbok blenjani.
reff :
Proliman joyo ninggalke cerito loro
Sampek ati sliramu ninggalke aku
Aku ning kene, Nguatke ati
Ngempet eluh tangis sing ra iso tak apusi
Cukup ku berkorban, cukup aku bertahan
gede egomu sing ngambyarke kabeh impian
Biodata Singkat Denny Caknan
Deni Setiawan atau lebih dikenal dengan nama panggung Denny Caknan adalah seorang penyanyi dan pencipta lagu pop Jawa dan koplo asal Ngawi. Ia mulai dikenal berkat lagu "Kartonyono Medot Janji".
Sebagian lagu yang ditulisnya menggunakan bahasa Jawa, dan sedikit menyisipkan kalimat berbahasa Indonesia. Ia mengungkapkan gaya musik yang dibawakannya dipengaruhi oleh Didi Kempot, dengan nuansa pop dan pengaruh kendhang dalam instrumennya.
Monday, June 15, 2020
Kuatno aku - lirik lagu
KUATNO AKU
Artist: Heppy Asmara
Album: The Best Aneka Safari - Happy Asmara
Songwriter: Ilux & Denny Caknan
Lirik Lagu :
kowe seng biyen tau ning atiku
seng tau gawe seneng uripku
saiki wes lungo disanding wong liyo
mergo raono restune wong tuwo
setiaku wes ra kurang kurang
sayangku neng kowe yo tenanan
rasane abot nerimo kenyataan
kepekso pisah mergo keadaan
wes cukup aku sadar diri
tak terimo karo gede ati
Gusti paringono kuat atiku iki
kelangan wong seng paling tak sayangi
Gusti paringono terang dalan uripku
nerimo kahanane koyo ngene akhire, Gusti kuatno aku
Gusti paringono kuat atiku iki
kelangan wong seng paling tak sayangi
Gusti paringono terang dalan uripku
nerimo kahanane koyo ngene akhire, Gusti kuatno aku
Gusti kuatno aku ..
Biodata singkat Happy Asmara
Happy Rismanda Hendranata atau lebih dikenal dengan nama Happy Asmara (lahir di Kediri, 10 Juli 1999) adalah penyanyi dan pencipta lagu dangdut berkebangsaan Indonesia. Happy semakin dikenal berkat lagu Dalan Liyane.
Sebelum terjun ke dunia dangdut, Happy awalnya bernyanyi dengan genre musik pop . Namun pilihan untuk menyanyi dangdut membuat dia semakin populer, bahkan videonya sering menjadi trending di Youtube.
Sunday, June 14, 2020
Werkudara dalam Bahasa jawa
Raden Werkudara
Raden Werkudara iku salah sijining paraga sing kalebu wangsa Pandhawa.Tembung Pandhawa iku ateges turunane Pandhu Dewanata narendra ing Negara Astina. Pandhu Dewanata iku sejatine putra saka Begawan Abiyasa kang dhaup karo Dewi Ambalika. Gegayutan karo kelairane Pandawa kababar ana kitab Mahabarata sing sepisan yaiku Adiparwa.
Carita Adiparwa
Ing sawijining dina, Begawan Abiyasa kasil menangke sayembara yaiku adu manah lan kanggo bebungah, dheweke entuk telu putri raja Kasi kang asma Amba, Ambika lan Ambalika.Nalika Dewi Amba nyoba ngrayu Sang Begawan, ora dinyana dheweke keno panah Begawan Abiyasa banjur seda. Saka Dewi Ambika, Sang Begawan kanugrahan putra kang asma Drestharasta. Ananging, putrane mau nyandhang cacat wuta. Dene saka Dewi Ambalika, dheweke kanugrahan putra sing nomer loro asmane Pandhu Dewanata kang nyandhang cacat tengeng. Nalika isih timur, Drestharasta dhaup karo Dewi gendari lan lair anak cacah satus yaiku Korawa. Tembung Korawa ateges keturunan saka Kuru. Sabanjure rayine yaiku Pandhu Dewanata dhaup kro putri loro kang asma Dewi Kunthi lan Madrim. Ananging amarga kutukan saka Begawan Kimindama, Pandhu ora bisa duwe anak.Garwa kang nomer siji, duwe mantra kanggo ngundang dewa – dewa supaya kanugrahan anak lanang. Aji iku disebut Aji Adityaredhaya. Saengga Dewi Kunthi bisa nglairke telu bayi lanang yaiku Yudhistira saka Bathara Dharma, Werkudara saka Bathara Bayu lan Arjuna saka Bathara Indra.Dewi madrim uga ora kalah, dheweke kanugrahan putra kembar yaiku Nakula lan Sadewa saka Bathara Aswan lan Aswin.Anak lima mau kang sinebut Pandhawa Lima. Mangkono sejarah kelairan saka Pandhawa.
Sapa iku Werkudara
Raden Werkudara utawa Bratasena utawa Bimasena
Raden Werkudara iku salah sijining paraga sing kalebu wangsa Pandhawa.Tembung Pandhawa iku ateges turunane Pandhu Dewanata narendra ing Negara Astina. Pandhu Dewanata iku sejatine putra saka Begawan Abiyasa kang dhaup karo Dewi Ambalika. Gegayutan karo kelairane Pandawa kababar ana kitab Mahabarata sing sepisan yaiku Adiparwa.
Carita Adiparwa
Ing sawijining dina, Begawan Abiyasa kasil menangke sayembara yaiku adu manah lan kanggo bebungah, dheweke entuk telu putri raja Kasi kang asma Amba, Ambika lan Ambalika.Nalika Dewi Amba nyoba ngrayu Sang Begawan, ora dinyana dheweke keno panah Begawan Abiyasa banjur seda. Saka Dewi Ambika, Sang Begawan kanugrahan putra kang asma Drestharasta. Ananging, putrane mau nyandhang cacat wuta. Dene saka Dewi Ambalika, dheweke kanugrahan putra sing nomer loro asmane Pandhu Dewanata kang nyandhang cacat tengeng. Nalika isih timur, Drestharasta dhaup karo Dewi gendari lan lair anak cacah satus yaiku Korawa. Tembung Korawa ateges keturunan saka Kuru. Sabanjure rayine yaiku Pandhu Dewanata dhaup kro putri loro kang asma Dewi Kunthi lan Madrim. Ananging amarga kutukan saka Begawan Kimindama, Pandhu ora bisa duwe anak.Garwa kang nomer siji, duwe mantra kanggo ngundang dewa – dewa supaya kanugrahan anak lanang. Aji iku disebut Aji Adityaredhaya. Saengga Dewi Kunthi bisa nglairke telu bayi lanang yaiku Yudhistira saka Bathara Dharma, Werkudara saka Bathara Bayu lan Arjuna saka Bathara Indra.Dewi madrim uga ora kalah, dheweke kanugrahan putra kembar yaiku Nakula lan Sadewa saka Bathara Aswan lan Aswin.Anak lima mau kang sinebut Pandhawa Lima. Mangkono sejarah kelairan saka Pandhawa.
Sapa iku Werkudara
Raden Werkudara utawa Bratasena utawa Bimasena
Tulisan iki, ora bakal ngrembug kabeh babagan Pandhawa, mung bakal ngrembug paraga Werkudara utawa Bratasena. Werkudara iku dumunung ing ksatriyan Jodhipati. Wekudara minangka anak keloro saka Dewi Kunthi, titisan saka Bathara Bayu, saengga asring disebut Bayu Tanaya. Awit putra nomer loro, mula Werkudara uga sinebut putra panenggaking Pandhawa. Isih ana sebutan liyane kayata Bratasena, Bimasena, Haryasena, Bayusiwi, Jagal Abilawa, Kusumadilaga, lan Jayalaga. Kacarita laire Bratasena awujud bungkus. Kabeh gegaman ora tumama. Mung Gajah Sena kang bisa mbedah bungkuse. Sawise dibedhah bayi mau diidak – idak, ditaleni, digadhing ananging malah saya gedhe. Gajah Sena ditamani kuku Pancanaka, mati sanalika. Suksmane nyawiji karo Bratasena.
Miturut versi Ngayogjakarta, Raden Werkudara duwe garwa telu yaiku Dewi Nagagini, Dewi Arimbi lan Dewi Urang Ayu. Ananging miturut versi Surakarta, Raden Werkudara mung duwe garwa loro yaiku Dewi Nagagini lan Dewi Arimbi.Karo Dewi Nagagini peputra Raden Antareja kang duwe sungut. Karo Dewi Arimbi peputra Raden Gathotkaca kang duwe siung.Dene karo Dewi Urang Ayu peputra Raden Antasena kang awake duwe sisik kaya ula. Raden Werkudara duwe pusaka aran Kuku pancanaka sing landhepe kaya lading pinyukur, Gada Rujakpala, Gada Lambita muka, Alugara arupa Tumbak cendhak, Bargawa arupa kampak gedhe, Bargawasastra arupa Panah lan Gendewa. Dheweke uga duwe Aji – ajine Bandung bandawasa, Ungkal bener, Blabag Pangatol – antol, Bayu Bajra. Kanthi kaluwihane mau, Raden Werkudara bisa mbongkar gunung lan malyu cepet kaya angin.Werkudara iku omongane ladak, ora bisa basa marang sapa wae. Omongane tansah nganggo basa ngoko. mung Sanghyang Wenang lan Dewa Ruci sing dibasani. Watak liyane yaiku setya tuhu marang guru, bekti marang wong tuwa, teguh ing janji, blaka suta, bela bebener, mbrasta angkara, dhemen tetulung, rasa tresna marang kadang lan adil. Busanane Werkudara yaiku Gelung Pudhaksategal kang nggambarake keluhuran budi. Pupuk jarot Asem kang nggambarake lembuting ati, sabar lan sareh. Sumping Surengpati, nggambarake gedhe semangate.
Kelat Bahu Candrakirana, nggambarake pikirane kuat lan atine padhang. Sabuk Nagabanda, nggambarake bisa ngendhaleni hawa nepsu. Kampuh Poleng Bintuluaji, nggambarake wibawa lan kekuatan. Kang pungkasan Clana Cindhe Udagara, nggambarake kendel lan bisa mawas diri, tepa slira. Ing carita pewayangan Jawatimuran, Raden Werkudara utawa Bhima Sena duwe kalungguhan dadi Jeksa ing Lumajang Tengah. Saking pinter lan prigele ulah perang sarta dhemen tetulung marang sapadha – padha, Maharsi Wiyasa paring dhawuh marang Prabu Puntadewa, supaya Bhima Sena kadhawuhan ngayahi kuwajiban sarta mranata ing babagan Keadilan lan Kejujuran. Sawetara para dhalang jawatimuran liyane ngandharake yen Lumajang Tengah iku mujudake papan ksatriyan Raden Bhima Sena. Mula ana sing ngarani yen Bhima Sena iku satriya ing Lumajang Tengah, iya Jeksa Lumajang Tengah. Werkudara tiwas angka papat amarga nalika uripe seneng mangan, rasa kasar lan ora bisa basa. Banjur sumusul Sadewa, Nakula lan Arjuna.
Saturday, June 13, 2020
Lirik Lagu - BANYU MOTO
BANYU MOTO
Songwriter : Heri Marwanto ( Sleman Receh )
tembang iki tak gawe
mung kanggo kowe
sing paling tak tenani
nganti saiki
tumetese banyu moto iki
sing dadi saksi
sumpah lan janji
sehidup semati
sampai kapan kan kau buktikan
tresno tulus yo mung kanggo awakku
sampai mati kan ku pastikan
mergo mung kowe sing tak tresnani tekane mati
cahyo lintang ing wengi gawe anyeme ati
tambah nggegowo roso kangen mring sliramu, tresnaku
tumetese banyu moto iki sing dadi saksi
sumpah lan janji sehidup semati
sampai kapan kan kau buktikan
tresno tulus yo mung kanggo awakku
sampai mati kan ku pastikan
mergo mung kowe sing tak tresnani tekane mati
sampai kapan kan kau buktikan
tresno tulus yo mung kanggo awakku
sampai mati kan ku pastikan
mergo mung kowe sing tak tresnani tekane mati
cahyo lintang ing wengi gawe anyeme ati
tambah ngegowo roso kangen mring sliramu, tresnaku
Arti B.INDONESIA
lagu ini ku ciptakan hanya untukmu
yang paling ku cintai sampai saat ini
berlinang air mata ini yang jadi saksi
sumpah dan janji sehidup semati
sampai kapan kan kau buktikan
cinta tulus hanya untuk diriku
sampai mati kan ku pastikan
karena hanya kamu yang ku cintai sampai mati
cahaya bintang di malam membuat tenangnya hati
tambah membawa rasa kangen kepadamu, cintaku
Songwriter : Heri Marwanto ( Sleman Receh )
tembang iki tak gawe
mung kanggo kowe
sing paling tak tenani
nganti saiki
tumetese banyu moto iki
sing dadi saksi
sumpah lan janji
sehidup semati
sampai kapan kan kau buktikan
tresno tulus yo mung kanggo awakku
sampai mati kan ku pastikan
mergo mung kowe sing tak tresnani tekane mati
cahyo lintang ing wengi gawe anyeme ati
tambah nggegowo roso kangen mring sliramu, tresnaku
tumetese banyu moto iki sing dadi saksi
sumpah lan janji sehidup semati
sampai kapan kan kau buktikan
tresno tulus yo mung kanggo awakku
sampai mati kan ku pastikan
mergo mung kowe sing tak tresnani tekane mati
sampai kapan kan kau buktikan
tresno tulus yo mung kanggo awakku
sampai mati kan ku pastikan
mergo mung kowe sing tak tresnani tekane mati
cahyo lintang ing wengi gawe anyeme ati
tambah ngegowo roso kangen mring sliramu, tresnaku
Arti B.INDONESIA
lagu ini ku ciptakan hanya untukmu
yang paling ku cintai sampai saat ini
berlinang air mata ini yang jadi saksi
sumpah dan janji sehidup semati
sampai kapan kan kau buktikan
cinta tulus hanya untuk diriku
sampai mati kan ku pastikan
karena hanya kamu yang ku cintai sampai mati
cahaya bintang di malam membuat tenangnya hati
tambah membawa rasa kangen kepadamu, cintaku
Subscribe to:
Posts (Atom)
Baca Juga
Jagal Abilawa
Jagal Abilawa adalah nama samaran dari Raden Brotoseno / Bima, dia menyamarkan diri karena pada masa itu para Pandawa mendapat ujian karena ...
-
DURYUDANA Duryodana utawa Duryudana iku ratu ing Ngastina (Hastina) Ing layang Mahabharata karan Droyudhana. Dasanamane miturut padh...
-
Buta Terong merupakan nama penokohan wayang yang tidak asing di dalam telinga orang Jawa. Buta Terong merupakan salah satu dari sekelompok ...
-
Di Riwayatkan Dalam pewayangan Jawa, Abimanyu dikenal pula dengan nama Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pengalasan, Partasuta, Kirityatmaja,...