Monday, October 5, 2020

Tokoh Wayang Rajamala

Rajamala adalah putra angkat Resi Palasara, dari padepokan Retawu dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basukesti raja negara Wirata. Ia tercipta dari mala penyakit Dewi Durgandini/Dewi Lara Amis yang tertelan seekor ikan betina. Ia terjadi berbarengan dengan saudaranya yang lain, bernama; Kecaka/Kencakarupa, Upakeca/Rupakenca, Setatama, Gandawana dan Dewi Ni Yutisnawati/Rekatawati.

Rajamala juga mempunyai tiga orang saudara angkat lainnya yaitu : Bagawan Abiyasa, putra Resi Palasara dengan Dewi Durgandini, Citragada dan Wicitrawiya, keduanya putra Dewi Duragandini dengan Prabu Santanu, raja negara Astina.

Rajamala berwatak keras hati, berani, ingin selalu menangnya sendiri dan selalu menurutkan kata hati. Ia sangat sakti, tidak bisa mati selama masih terkena air. Menurut ketentuan dewata, hanya ada lima orang satria yang dapat mengalahkan dan membunuh Rajamala, yaitu: Resi Bisma, Adipati Karna, Resi Balarama/Baladewa, Duryudana dan Bima.

Pola Gambar Selanjutnya
Rajamala akhirnya tewas dalam peperangan melawan Bima, yang waktu itu hidup menyamar dinegara Wirata dengan nama Balawa, sebagai tindakan Rajamala yang ingin menjamah Salidri nama samaran Dewi Drupadi.

Sunday, October 4, 2020

Rupakenca

Rupakenca adalah Rupakenca atau Rupakencaka adalah putra angkat Resi Palasara, dari padepokan Retawu, dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basukesti raja negara Wirata.

Rupakenca terjadi berbarengan dengan saudaranya yang lain, yaitu; Rajamala, Kencakarupa, Setatama, Gandamana dan Dewi Ni Yutisnawati / Rekatawati.

Rupakenca juga mempunyai tiga saudara angkat lainnya, yaitu; Begawan Abiyasa, putra Resi Palasara dengan Dewi Durgandini, Citragada dan Wicitrawirya, keduanya putra Dewi Durgandini dengan Prabu Santanu, raja negara Astina.

Rupakenca berwatak sama seperti kakaknya, yaitu keras hati, penghianat, ingin menangnya sendiri, berani dan selalu menurutkan kata hati.

Sangat sakti dan mahir dalam olah keprajuritan mempergunakan senjata gada dan lembing/tombak

Gambar Pola Selanjtnya 

Patih Kencakapura

Kencakapura adalah  putra angkat Resi Palasara, dari padepokan Retawu, dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basukesti raja negara Wirata.

Kencakarupa tercipta dari kemudi perahu yang pecah terbentur batu besar, yang digunakan Resi Palasara dan Dewi Durgandini menyeberangi sungai Gangga.

Kencakarupa terjadi berbarengan dengan saudaranya yang lain, yaitu; Rajamala, Rupakenca, Setatama, Gandamana dan Dewi Ni Yutisnawati / Rekatawati.

Kencakarupa juga mempunyai tiga saudara angkat lainnya, yaitu; Begawan Abiyasa, putra Resi Palasara dengan Dewi Durgandini, Citragada dan Wicitrawirya, keduanya putra Dewi Durgandini dengan Prabu Santanu, raja negara Astina.

Kencakarupa berwatak keras hati, penghianat, ingin menangnya sendiri, berani dan selalu menurutkan kata hati.

Sangat sakti dan mahir dalam olah keprajuritan mempergunakan senjata gada dan lembing/tombak.

Pola Gambar selanjutnya

Jagal Abilawa

Jagal Abilawa adalah nama samaran dari Raden Brotoseno / Bima, dia menyamarkan diri karena pada masa itu para Pandawa mendapat ujian karena perbuatan Kurawa. Brotoseno dan saudara saudaranya yaitu pendawa berlindung ke Negeri Wirata, dengan menyamar dan menghamba pada Raja Wirata
Jagal Abilawa (bermuka dan seluruh badannya hitam) adalah nama samaran dari Raden Bratasena (Wrekudara waktu masih muda). Dia menyamarkan diri, karena pada masa itu para Pandawa mendapat kemalangan oleh perbuatan Kurawa. Bratasena dan saudara-saudaranya Pandawa berlindung ke negeri Wirata, dengan menyamar dan menghamba pada raja Wirata.
Di negeri Wirata pada masa itu ada perang tanding yang diadakan oleh putera raja yang bernama Raden Rajamala. Masuklah Jagalabilawa ke gelanggang perang tanding itu, Rajamala dapat dikalahkan. Kemudian tertolonglah kesengsaraan Pandawa, kelimanya saudara itu mengabdi ke Wirata.
Bentuk dan pakaian Jagalabilawa tak beda Bratasena, hanya berambut terurai bentuk gimbal.
Raden Utara dan Wratsangka meminta jago kepada Prabu Amarta.

Gambar Wayang Kulit Kebo Gumarang



Wayang kulit gagrak Jawatimuran tokoh Kebo Gumarang.
Foto dan pertama kali diunggah oleh: Stan Hendrawidjaya
Sumber gambar : ewayang.wg.ugm.ac.id
https://www.pitoyo.com/duniawayang/galery/details.php?image_id=1187&sessionid=c0cnfeh85octtbgo1bnn6ti3d0&l=english

Saturday, September 26, 2020

sengkuni versi pewayangan jawa

Dalam pewayangan, terutama di Jawa, Sengkuni bukan kakak dari Dewi Gandari, melainkan adik dari dewi gandari. Sementara itu Gandara versi pewayangan bukan nama sebuah kerajaan, melainkan nama kakak tertua mereka.

Sengkuni sendiri dikisahkan memiliki nama asli Harya Suman. Pada mulanya raja kerajaan Plasajenar bernama Suwala. Setelah meninggal, ia digantikan oleh putra sulungnya yang bernama Gandara. Pada suatu hari Gandara ditemani kedua adiknya, yaitu Gandari dan Suman, berangkat menuju Kerajaan Mandura untuk mengikuti sayembara memperebutkan Dewi Kunti, putri negeri tersebut. 

Dalam perjalanan, rombongan Gandara berpapasan dengan Pandu yang sedang dalam perjalanan pulang menuju Kerajaan Hastina setelah memenangkan sayembara Kunti. Pertempuran pun terjadi. Gandara akhirnya tewas di tangan Pandu. Pandu kemudian membawa serta Gandari dan Suman menuju Hastina. Sesampainya di Hastina, Gandari diminta oleh kakak Pandu yang bernama Drestarastra untuk dijadikan istri. Gandari sangat marah karena ia sebenarnya ingin menjadi istri Pandu. Suman pun berjanji akan selalu membantu kakaknya itu melampiaskan sakit hatinya. Ia bertekad akan menciptakan permusuhan di antara para Korawa, anak-anak Drestarastra, melawan para Pandawa, anak-anak Pandu.

Versi pewayangan selanjutnya mengisahkan, setelah Pandu meninggal dunia, pusakanya yang bernama Minyak Tala dititipkan kepada Drestarastra supaya kelak diserahkan kepada para Pandawa jika kelak mereka dewasa. Minyak Tala sendiri merupakan pusaka pemberian dewata sebagai hadiah karena Pandu pernah menumpas musuh kahyangan bernama Nagapaya. Beberapa tahun kemudian, terjadi perebutan antara para Pandawa melawan para Korawa yang ternyata juga menginginkan Minyak Tala. Dretarastra memutuskan untuk melemparkan minyak tersebut beserta wadahnya yang berupa cupu sejauh-jauhnya. Pandawa dan Korawa segera berpencar untuk bersiap menangkapnya. Namun, Sengkuni terlebih dahulu menyenggol tangan Dretarastra ketika hendak melemparkan benda tersebut. Akibatnya, sebagian minyak tala tumpah. Sengkuni segera membuka semua pakaiannya dan bergulingan di lantai untuk membasahi seluruh kulitnya dengan minyak tersebut.

Sementara itu, cupu beserta sisa minyak tala jatuh tercebur ke dalam sebuah sumur tua. Para Pandawa dan Korawa tidak mampu mengambilnya. Tiba-tiba muncul seorang pendeta dekil bernama Durna yang berhasil mengambil cupu tersebut dengan mudah. Tertarik melihat kesaktiannya, para Korawa dan Pandawa pun berguru kepada pendeta tersebut. Sengkuni yang telah bermandikan Minyak Tala sejak saat itu mendapati seluruh kulitnya kebal terhadap segala jenis senjata. Meskipun ilmu bela dirinya rendah, tetapi tidak ada satu pun senjata yang mampu menembus kulitnya.

Pada hari terakhir Baratayuda, Sangkuni bertempur melawan Bima. Kulitnya yang kebal karena pengaruh minyak tala bahkan sempat membuat Bima sulit mengalahkan Sengkuni. Penasihat Pandawa selain Kresna, yaitu Semar muncul memberi tahu Bima bahwa kelemahan Sangkuni berada di bagian dubur, karena bagian tersebut dulunya pasti tidak terkena pengaruh minyak tala. Bima pun maju kembali. Sangkuni ditangkap dan disobek duburnya menggunakan Kuku Pancanaka yang tumbuh di ujung jari Bima. Ilmu kebal Sengkuni pun musnah. Dengan beringas, Bima menyobek dan menguliti Sangkuni tanpa ampun. Meskipun demikian, Sangkuni hanya sekarat tetapi tidak mati.

Pada sore hari itu, Bima berhasil mengalahkan Duryodana, pemimpin seratus Korawa. Dalam keadaan sekarat, Duryodana menyatakan bahwa dirinya bersedia mati jika ditemani pasangan hidupnya, yaitu istrinya yang bernama Dewi Banowati. Atas nasihat Kresna, Bima pun mengambil Sangkuni yang masih sekarat untuk diserahkan kepada Duryodana. Duryodana yang sudah kehilangan penglihatannya akibat luka parah segera menggigit leher Sangkuni yang dikiranya Banowati. Akibat gigitan itu, Sengkuni pun tewas seketika, begitu pula dengan Duryodana.

Thursday, September 17, 2020

Wayang Purwa dalam Bahasa Jawa


Ora mung lakone wayang kang isi pralambang. Wong kang nanggap wayani, dhalange, wayange lan kabeh ubarampene uga padha isi pralambang. Mangkene :
1. Wong kang nanggap wayang, pepindhane Hyang Maha-widdhi.
2. Dhalang = Trimurti.
3. Wayang = Para titah.
4. Kelir = angkasa (langit).
5. Debog = bantala (bumi).
6. Blencong = surya-candra lan lintang-lintang.
7. Gamelan = busananing urip, kabutuhaning manungsa (Sandhang-pangan, kasenengan lsp.)..

Tumrape manungsa :
1. Wong kang nanggap wayang' pepindhane Sang Hyang Atma (Jiwa manungsa)-
2. Dhalang : -cipta-esir, ya cipta esiring manungsa.
3. Wayang = napsuning manungsa kang pecah dadi panca {riya-'
4. Kelir = angen-angening manungsa.
5. Debog = raganing manungsa.
6. Blencong =- pitutur, (keketeging jantung kang dadi.tandhaning urip).
7. Gamelan = kabutuhaning uripe manungsa, kasenengan lsP-)

Wondene
1. Kothak (wadhah utawa papan pasimpenan wayang) = sangkan-paran (sangkane titah lan paraning titah sawisetinggal donya).
2. Gunungan utawa kayon = nggambarake urip. (Kayon saka tembung khayun = urip).
3. Cempala = nggambarake jantung.
4. Kepyak = lakuning getih

Lakon kang dicaritakake dening dhalang ana ing pagelaran wayang, emboh lakon apa bae, urut-urutaning carita ajeg padha bae, mangkene :

1. Jejer (pathet nenem) = nggambarake getering cipta.

2. Kadhatonan, Sang Prabu tetemon karo Sang Prameswari, nggambarake manunggale cipta karo rasa dadi karsa yaiku karsa nedya nganakake turun.

3. Paseban jaba, nggambarake lairing jabang-bayi-

4. Bodholan (budhaling wadyabala), nggambarake polahebayi.

5. Jejer Sabrangan, nggambarake bayi wis mundhak gedhe(dadi bocah) wiwit darbe pepenglnan.

6. Perang gagal (perange wadyabala kang kasebut ing angka 1 lumawan wadyabala ing angka 5) durung ana pepati, iku nggambarake bocah kang durung dewasa durung bisa meper pepenginane ngendhaleni kamurkane. Salebare perang gagal banjur ganti pathet songa.

7. Jejer pandhita dipurwakani gara-gara, bambang (satriya nonoman) ngadhep pandhita, nggambarake bocah wis gedhe, tinarbuka atine kapengin nggilut kawruh ngangsu ngelmu, kanggo sanguning urip ing sabanjure.

8. Adegan ing madyaning alas : danawa 3 (lan Togog, ter- kadhang karo Saraiti;. Alas iku perlambanging pepeteng (petenge ati, danawa 3 nggambarake watak angkara-murka kang njalari petenge ati Sang Bambang kepethuk danawa 3 iku, satemah dadi pancakara kang diarani perang kembang, wasanane dawana 3 iku mati kabeh. Iku nggambarake nonoman (pemudha) kang wiwit bisa ngedhaleni kamurkanane, amarga wis nggilut kawruh ngangsu ngelmu.
Salebare perang kembang banjur ganti pathet ma-nyura. Tembang ,,manyura" iku:-asale saka tembung, Jawa kuna ,mayuura, tegese : merak (araning manuk)' -Diarani pedhet-,,mayura"' (merak), jalaran pathet iku kanggone ing wayah ,,Perak'esuk"'

9. Adegan warna-warna iku nggambarake ngaurip ngalamilelakon maneka warna, kayata : bungah susah', mujur-kojur, bahagia-cilaka, asor-jaya lsp'
10. Perang brubuh mawa gendhing sampak, Ratu kang kasebut ing jejer sabrangan sawadyabalane teka ing nagarakang kasebut ing jejer kawitan (ing angka 1)' satemah dumadi perang amuk-amukan (perang brubuh)' Wasanane wadyabala saka sabrang saratune pisan sirna gempang tumpes-tapis. Manawa ratune iku malihane satriya utawa malihane putri, banjur badhar dadi rupanekang sajati. Kang mungkasi perang brubuh iku yen ing jamanePandawa mesti Bhima (werkudara) yen ing jamane Prabu Rama mesthi Hanuman' Bhima lan Hanuman iku sinebut Bayusuta, tegese : anak angin, maksude : angln cilik, yaiku : napas (ambekan)' Tandange Bhima utawa Hanuman sajrone perang brubuh nggambarake napas kang ngukut sakabehe pancadriya nalikane manungsa ngalami sekarat (sakaratilmaut)'

11. Kumpule para Ratu (sarta para rajaputra) kang kasebut ing jejer kawitan (ing angka 1) ngendikakake lega lan mareming panggalih dene wis bisa mbrastha rubeda'- satemah ing sabanjure bisa ngalami tentrem-ayem' Iku ngambarake manugsa tinggal donya kanthi tentrem- (Indonesia : meninggal dunia dengan tenang amarga wis kalis lng sawarnaning rubeda'

Andharan ing dhuwur iku salaras karo kang kasebut ing layang Wedapurwaka pupuh Dhandhanggulalan mijil

Baca Juga

Jagal Abilawa

Jagal Abilawa adalah nama samaran dari Raden Brotoseno / Bima, dia menyamarkan diri karena pada masa itu para Pandawa mendapat ujian karena ...