Wednesday, October 7, 2020
Syair
O,
Sun arsa mateg mantra Manyura,
Samar kadya tan katon wujude,
Angelangut jroning wengi,
Samar kadya ginawa ing samirana,
O,
Sumusup sajroning nalan,
Kinembangan mantra sajuga,
Tan samar pamoring suksma,
Sinuksmaya ing asepi,
O,
Jroning layap liyeping aluyup,
Dhuh Gusti jejimat ingsun,
Sun memba dadya kang sun karsa. .
Terjemahan:
O,
Aku hendak membaca Mantera Manyura,
Samar-samar bagaikan tak nampak wujudnya,
Sayup-sayup pada saat malam,
Sayup bagai dibawa oleh angin,
O,
Merasuk ke dalam hati,
Berhiaskan sebuah mantera (doa), Tak ragu lagi atas kejernihan jiwa,
Yang (telah) mendapat penerangan jiwa di saat sunyi,
O,
Saat berada di antara (mata yang) terpejam dan terjaga,
Duh Gusti (Tuhan) azimat hamba,
Hamba mohon jadikanlah hamba seperti yang hamba inginkan.
Sesuai sebutannya, Mantra Manyura, tembang suluk ini dilantunkan pagi hari, sekitar pukul 03:00 pagi, menjelang matahari terbit. Jika pada pagelaran wayang kulit purwa, dilantunkan pada saat pagelaran mencapai Pathet Manyura (sekitar pukul 03:00 s/d sekitar pukul 04:00, sebelum subuh)
Monday, October 5, 2020
Tokoh Wayang Rajamala
Rajamala berwatak keras hati, berani, ingin selalu menangnya sendiri dan selalu menurutkan kata hati. Ia sangat sakti, tidak bisa mati selama masih terkena air. Menurut ketentuan dewata, hanya ada lima orang satria yang dapat mengalahkan dan membunuh Rajamala, yaitu: Resi Bisma, Adipati Karna, Resi Balarama/Baladewa, Duryudana dan Bima.
Pola Gambar Selanjutnya
Rajamala akhirnya tewas dalam peperangan melawan Bima, yang waktu itu hidup menyamar dinegara Wirata dengan nama Balawa, sebagai tindakan Rajamala yang ingin menjamah Salidri nama samaran Dewi Drupadi.
Sunday, October 4, 2020
Rupakenca
Rupakenca adalah Rupakenca atau Rupakencaka adalah putra angkat Resi Palasara, dari padepokan Retawu, dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basukesti raja negara Wirata.
Rupakenca terjadi berbarengan dengan saudaranya yang lain, yaitu; Rajamala, Kencakarupa, Setatama, Gandamana dan Dewi Ni Yutisnawati / Rekatawati.
Rupakenca juga mempunyai tiga saudara angkat lainnya, yaitu; Begawan Abiyasa, putra Resi Palasara dengan Dewi Durgandini, Citragada dan Wicitrawirya, keduanya putra Dewi Durgandini dengan Prabu Santanu, raja negara Astina.
Rupakenca berwatak sama seperti kakaknya, yaitu keras hati, penghianat, ingin menangnya sendiri, berani dan selalu menurutkan kata hati.
Sangat sakti dan mahir dalam olah keprajuritan mempergunakan senjata gada dan lembing/tombak
Gambar Pola Selanjtnya
Patih Kencakapura
Kencakapura adalah putra angkat Resi Palasara, dari padepokan Retawu, dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basukesti raja negara Wirata.
Kencakarupa tercipta dari kemudi perahu yang pecah terbentur batu besar, yang digunakan Resi Palasara dan Dewi Durgandini menyeberangi sungai Gangga.
Kencakarupa terjadi berbarengan dengan saudaranya yang lain, yaitu; Rajamala, Rupakenca, Setatama, Gandamana dan Dewi Ni Yutisnawati / Rekatawati.
Kencakarupa juga mempunyai tiga saudara angkat lainnya, yaitu; Begawan Abiyasa, putra Resi Palasara dengan Dewi Durgandini, Citragada dan Wicitrawirya, keduanya putra Dewi Durgandini dengan Prabu Santanu, raja negara Astina.
Kencakarupa berwatak keras hati, penghianat, ingin menangnya sendiri, berani dan selalu menurutkan kata hati.
Sangat sakti dan mahir dalam olah keprajuritan mempergunakan senjata gada dan lembing/tombak.
Pola Gambar selanjutnya
Jagal Abilawa
Gambar Wayang Kulit Kebo Gumarang
Sumber gambar : ewayang.wg.ugm.ac.id
https://www.pitoyo.com/duniawayang/galery/details.php?image_id=1187&sessionid=c0cnfeh85octtbgo1bnn6ti3d0&l=english
Saturday, September 26, 2020
sengkuni versi pewayangan jawa
Pada hari terakhir Baratayuda, Sangkuni bertempur melawan Bima. Kulitnya yang kebal karena pengaruh minyak tala bahkan sempat membuat Bima sulit mengalahkan Sengkuni. Penasihat Pandawa selain Kresna, yaitu Semar muncul memberi tahu Bima bahwa kelemahan Sangkuni berada di bagian dubur, karena bagian tersebut dulunya pasti tidak terkena pengaruh minyak tala. Bima pun maju kembali. Sangkuni ditangkap dan disobek duburnya menggunakan Kuku Pancanaka yang tumbuh di ujung jari Bima. Ilmu kebal Sengkuni pun musnah. Dengan beringas, Bima menyobek dan menguliti Sangkuni tanpa ampun. Meskipun demikian, Sangkuni hanya sekarat tetapi tidak mati.
Pada sore hari itu, Bima berhasil mengalahkan Duryodana, pemimpin seratus Korawa. Dalam keadaan sekarat, Duryodana menyatakan bahwa dirinya bersedia mati jika ditemani pasangan hidupnya, yaitu istrinya yang bernama Dewi Banowati. Atas nasihat Kresna, Bima pun mengambil Sangkuni yang masih sekarat untuk diserahkan kepada Duryodana. Duryodana yang sudah kehilangan penglihatannya akibat luka parah segera menggigit leher Sangkuni yang dikiranya Banowati. Akibat gigitan itu, Sengkuni pun tewas seketika, begitu pula dengan Duryodana.
Baca Juga
Jagal Abilawa
Jagal Abilawa adalah nama samaran dari Raden Brotoseno / Bima, dia menyamarkan diri karena pada masa itu para Pandawa mendapat ujian karena ...
-
DURYUDANA Duryodana utawa Duryudana iku ratu ing Ngastina (Hastina) Ing layang Mahabharata karan Droyudhana. Dasanamane miturut padh...
-
Buta Terong merupakan nama penokohan wayang yang tidak asing di dalam telinga orang Jawa. Buta Terong merupakan salah satu dari sekelompok ...
-
Di Riwayatkan Dalam pewayangan Jawa, Abimanyu dikenal pula dengan nama Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pengalasan, Partasuta, Kirityatmaja,...