Wednesday, November 18, 2020

Tokoh Wayang Prabukusama

Prabakusuma di dalam pedalangan disebut dengan nama Bambang Priyambada, Bambang Priyambada adalah putra Arjuna dari Dewi Supraba yang menjadi permaisurinya saat menjadi raja di kahyangan. Priyambada sangat tampan dan sakti seperti ayahnya. Kemahirannya membidikkan anak panah sukar dicari tandingannya.

Sejak kecil Bambang Priyambada diasuh oleh kakeknya yaitu Begawan Sidikwaspada dari Pertapaan Glagahwangi.
Priyambada pernah berjasa menolong Kerajaan Amarta sewaktu Dewi Mustakaweni berhasil mencuri Jamus Kalimasada dengan cara menyamar sebagai Gatotkaca.
Di kisahkan Dalam perjalanan ke Kerajaan Amarta untuk menghadap ayahnya, Prabakusuma berjumpa dengan Dewi Srikandi, salah seorang istri Arjuna yang sedang mengejar Dewi Mustakaweni.
Srikandi berjanji akan mempertemukan Prabakusuma dengan Arjuna, tetapi ia harus mau membantunya mengejar sekaligus menangkap pencuri Jamus Kalimasada.

Pusaka milik Kerajaan Amarta itu berhasil dicuri oleh Dewi Mustakaweni, putri Prabu Niwatakawaca dari Kerajaan Manimantaka. Untuk mencurinya, Dewi Mustakaweni lenih dahulu menyamar sebagai Gatotkaca.

Wednesday, November 11, 2020

Gatotkaca juga ada di cerita Mahabharata di India

Banyak yang mengira bahwa tokoh Gatotkaca merupakan tokoh fiktif dan legendaris yang ada dalam cerita wayang di Indonesia. Hal itu tidaklah benar karena tokoh Gatotkaca sebenarnya juga ada di cerita Mahabharata di India. 
Menurut versi Mahabharata, Gatotkaca adalah putra Bimasena dari keluarga Pandawa yang lahir dari seorang rakshasa perempuan bernama Hidimbi. Hidimbi sendiri merupakan raksasa penguasa sebuah hutan; tinggal bersama kakaknya yang bernama Hidimba sedangkan dalam pewayangan Jawa, ibu Gatotkaca lebih terkenal dengan sebutan Arimbi. Menurut versi ini, Arimbi bukan sekadar penghuni hutan biasa, melainkan putri dari Kerajaan Pringgadani, negeri bangsa rakshasa.Dalam bahasa Sanskerta, nama Ghaṭotkaca bermakna "kepala gundul yang seperti kendi. Nama ini terdiri dari dua kata, yaitu ghaṭaṁ yang berarti "buli-buli" atau "kendi", dan utkaca yang berarti "gundul". Nama ini diberikan kepadanya karena sewaktu lahir kepalanya yang gundul mirip dengan buli-buli atau kendi.

Suryakaca tokoh wayang putra Gatotkaca

Suryakaca merupakan Putra dari Gatotkaca dengan Dewi Suryawati, Suryakaca adalah saudara dari Sasikira tetapi satu ayah dan beda ibu, dalam pewayangan Suryakaca digambarkan tidak memakai prada karena dia bukanlah seorang raja atau adipati.

Suryakaca lahir ketika memasuki Perang Bharatayudha dan diasuh oleh ibunya di istana Priggondani, bersama dengan sasikira & Jayasumpena, setelah Gatotkaca Gugur, Suryakaca mendapatkan warisan berupa Kotang Antakusuma, Caping Busanda, Kasutpada Wacakra dan Sumping Suket Kulanja.

Monday, November 9, 2020

Begawan Palasara | Cerita Wayang | Tokoh Wayang Kulit

Begawan Palasara adalah merupakan putra dari Bambang Sakri dengan Dewi Saiya (Putri dari Prabu Partawijaya dari Negai Tabelasuket) dari Petapan Argacandi, Palasara di lahirkan di Istana Tebalasuket, namun setelahnya di boyong ke gunung Saptaarga atas permintaan dari kakeknya sendiri, Setelah itu kakeknya yang kemudian memberi nama Palasara kepada dirinya agar kelak ketika ia dewasa ia akan terbiasa menjalani hidup sebagai petapa.

Kisah Begawan Palasara

Batara Wisnu mempunyai istri bernama Dewi Sri Sekar, dan berputera: Bambang Srigati dan Bambang Srinada.

Cerita Begawan Palasara di saat muda
Srigati menjadi raja di Medang Kemulan, dgn gelar Prabu Sri Maha Punggung. Dimana makanan pokok berupa beras, untuk pertama kalinya tumbuh di Medang Kemulan. Cerita ini mengingatkan kisah cinta Sang Hyang Manikmaya dengan Dewi Lokawati serta Dewi Permoni, yang bertukar raga dengan Dewi Uma. Sedangkan Bambang Srinada, menjadi raja pertama di Wirata, yang bergelar Prabu Basurata.

Sunday, October 25, 2020

Boma Narasakura dalam pewayangan

Boma Narakasura dalam pewayangan jawa adalah Putra Batara Wisnu dengan Dewi Betari Pertiwi, ia dilahirkan di Kahyangan Ekapratala yaitu tempat tinggal Batara Ekawarna kakek dari pihak Ibu. menurut versi wayang nama Boma saat kecil adalah Sitija. ia memiliki adik wanita bernama Sitisundari yang kelak menjadi Istri Abimanyu putra Arjuna dari keluarga Pendawa.


DOWNLOAD POLA WAYANG

Setelah dewasa, Sitija diminta para dewa untuk mengalahkan pamannya yaitu Bomantara yang berani menyerang khayangan. dalam pertempuran tersebut Sitija berhasil membunuh Bomantara. Roh Bomantara kemudian bersatu dalam diri Sitija yang menjadikan ia lebih sakti.

Setelah kematian Bomantara, Sitija menjadi Raja Kerajaan Surateleng bergelar Boma Narakasura, ia merubah nama Kerajaan peninggalan pamannya menjadi Trajutrisna, Selanjutnya, Boma mendengar bahwa ayahnya, Yaotu Batara WUsnu, telah terlahir kedunia sebagai manusia bernama kresna Raja Kerajaan Dwarawati. setelah melalui perjuangan, Boma akhirnya mendapat pengakuan sebagai anak sulung Kresna.

dalam pewayangan Boma di lukiskan sebagai sosok antagonis yang sering terlibat persaingan dengan gatotkaca putra Bima dari kelurga Pendawa. meskipun demikian kematiannya boma tetap dikisahkan oleh tangan Krisna.

Boma dalam pewayangan diadaptasi dai kekawin Bhomakaya oleh para dalang, terutama Ki narto Sabdo, tetapi dengan sedikit modifikasi sehingga lebih tekesan dramatis, peristiwa tersebut dinamakan Gijalisuta atau perang antara ayah melawan anak.

Wednesday, October 14, 2020

Silsilah Pendawa

Pendawa terdiri dari lima tokoh, tiga diantaranya (Yudistira, Bima, dan Arjuna) adalah putra kandung dari Dewi Kunthi, sedangkan yang lainnya yaitu (Nakula dan Sadewa) adalah putra kandung Dewi Madrim, namun satu ayah yaitu Pandu.

menurut tradisi Hindu, kelima putra pandu merupakan titisan secara langsung dari Dewa, yaitu

- Yudistira : dari Dewa Yama

- Bima : dari Dewa Bayu, Dewa Angin

- Arjuna : dewa Indra, Dewa perang

- Nakula dan Sadewa : Dewa Kembar Aswin Dewa Pengobatan.

Puntadewa ( Yudistira )

adlah saudra Pendawa yang tertua, ia merupakan penjelmaan dari Dewa Yama, Sifat-siafat Rudistira yaitu : Sangat bijaksana, tidak memiliki musuh, dan hampir tak pernah berdusta seumur hidupnya. memili moral yang sangat tinggi dan suka memaafkan atau mengampuni musuh yang telah menyerah. memiliki julukan : Dhramasuta (Putera Dharma), Ajathasatru (yang tidak memiliki musuh), dan Bharata (keturunan maharaja Bharata).

Yudistira menjadi seorang Maharaja setelah perang Akbar di Kurushetra berakhor dan mengadakan upacara Aswamedha demi menyatukan kerajaan-kerajaan India Kuno agar berada di bawah pengaruhnya, setelah lanjut usia ia menjalankan perjalanan suci ke Gunung Himaya bersama dengan pendawa lainnya sebagai tujuan kehidupan mereka.

Bima

bima adalah salah satu dari Pendawa putra Kunti dan Pandu, Nama Bima dalam Sansekerta memiliki arti "mengerikan" Bima merupakan penjelmaan dari Dewa Bayu sehingga mempunyai julukan Bayusutha. bima sangatlah kuat, besar tinggi dan memeiliki wajah sangar, meskipun demikian, bima memeiliki hati yang baik. Bima memiliki senjata Gada yang bernama Rujakpala, karena gemar memakan Bima di juliki Werkudoro, keahlihannya dalam berperang sangat di butuhkan di Pihak Pendawa, Bima memiliki Putra Gatotkaca akan tetapi di dalam pewayangan di Indonesia Bima mempunyai beberapa Anak yang sangat sakti.

Arjuna

adalah putra Bungsu dari Dewi Kunthi dan Pandu, Arjuna dalam bahasa sansekerta memeiliki arti "yang bersinar" Arjuna merupakan penjelmaan dari Dewa Indra, sang Dewa Perang. Arjuna memiliki kemahiran dalam hal memanah.

Nakula dan Sadewa

nakula dan Sadewa merupakan putra kembar dari pasangan Madri dan Pandu, mereka merupakan penjelmaan Dewa Kembar bernama Aswin. sang Dewa Pengobatan, setelah kedua orang tuanya meninggal mereka di asuh oleh Dewi Kunthi, dalam penyamaran di Kerajaan Matsay yang di pimpin oleh Raja Wirata, mereka berperan dan menyamar sebagai pengasuh kuda.

Wednesday, October 7, 2020

Syair

Syair:

O,
Sun arsa mateg mantra Manyura,
Samar kadya tan katon wujude,
Angelangut jroning wengi,
Samar kadya ginawa ing samirana,

O,
Sumusup sajroning nalan,
Kinembangan mantra sajuga,
Tan samar pamoring suksma,
Sinuksmaya ing asepi,

O,
Jroning layap liyeping aluyup,
Dhuh Gusti jejimat ingsun,
Sun memba dadya kang sun karsa. .


Terjemahan:
O,
Aku hendak membaca Mantera Manyura,
Samar-samar bagaikan tak nampak wujudnya,
Sayup-sayup pada saat malam,
Sayup bagai dibawa oleh angin,

O,
Merasuk ke dalam hati,
Berhiaskan sebuah mantera (doa), Tak ragu lagi atas kejernihan jiwa,
Yang (telah) mendapat penerangan jiwa di saat sunyi,


O,
Saat berada di antara (mata yang) terpejam dan terjaga,
Duh Gusti (Tuhan) azimat hamba,
Hamba mohon jadikanlah hamba seperti yang hamba inginkan.
Sesuai sebutannya, Mantra Manyura, tembang suluk ini dilantunkan pagi hari, sekitar pukul 03:00 pagi, menjelang matahari terbit. Jika pada pagelaran wayang kulit purwa, dilantunkan pada saat pagelaran mencapai Pathet Manyura (sekitar pukul 03:00 s/d sekitar pukul 04:00, sebelum subuh)

Baca Juga

Jagal Abilawa

Jagal Abilawa adalah nama samaran dari Raden Brotoseno / Bima, dia menyamarkan diri karena pada masa itu para Pandawa mendapat ujian karena ...