Wayang Timplong Berdasar Prasasti Candi Lor, tahun 937 Masehi, Raja matarn kuno yang bernama Empu Sendok memberikan rasa terima kasih kepada rakyat Anjuk Landang, ungkapan itu di berikan kepada Rakyat yang telah membantu berperang menghadapi serangan dari pasukan Kerajaan Sriwijaya. maka Empu Sendok memberikan hadiah berupa Tugu Kemenangan dan di bebaskan dari pajak atau di sebut juga sebagai daerah perdikan. yang kemudian pada tanggal 10 April 937, tanggal itu kemudian di jadikan hari jadi Kabupaten Nganjuk, dalam seni kebudayaan kesenian rakyat seperti Pogog, tayub, dan Wayang Timplong menjadi salah satu hiburan masyarakat dahulu kala, hingga sampai sekarang masih terjaga kelestarian yaitu adanya Nyadran (tolak balak atau bersih desa) dan Syuro'an (perayaan tahun baru islam) di desa Pacewetan Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk sendiri setiap Bulan Suro di adakan Pagelaran Wayang Timplong yang di di selenggarakan di Mbelik Asem (tempat yang di keramatkan di Desa Pacewetan)
Wayang Timplong terbuat daru kayu, kayu waru, mentaos, maupun pinus, pengiring musiknya sendiri dari gambang yang terbuat dari kayu dan bambu, ketuk kenong, kempul dan kendang, jumlah dari wayang timplong sendiri biasanya tidak sebanyak wayang kulit pada umumnya, pertunjukkan Wayang Timplong biasanya di lakukan pada siang hari, bukan malam hari seperti wayang kulit, Wayang Timplong mulai ada sejak 1910 barasal dari Dusun Kedung Bajul, Desa Gemenggeng, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, di namakan Wayang Timplong juga disebut Wayang Dungbajul, Timplong di ambil dari musik pengiringnya yaitu, gambang, Kempul, Kenong, yang suaranya terdengar Thong-Ting-Plong.
Seni tradisi Wayang Timplong telah membuka apresiasi terhadap aneka ragam seni budaya wayang itu sendiri, sampai sekarang kesenian Wayang Timplong masih terjaga dengan baik.