RAMAYANA - Sri Rama / Ramacandra
Rama, Sri Rama atau Ramacandra adalah salah satu tokoh utama dalam wiracarita Ramayana. Ia adalah putera dari Prabu Dasarata (raja Ayodhya) dengan Kosalya.Rama dipandang sebagai Maryada Purushottama, yang berarti manusia sempurna. Ia juga diyakini sebagai awatara Dewa Wisnu yang ketujuh yang turun pada zaman Tretayuga. Rama bristrikan Dewi Sita atau Dewi Sinta, inkarnasi dari Dewi Laksmi. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai dua anak kembar yaitu Kusa dan Lawa.
Dalam wiracarita Ramayana, diceritakan bahwa sebelum Rama lahir, Triloka diteror oleh seorang raja raksasa yang bernama Rahwana. Para Dewa tidak bisa menandingi kekuatan Rahwana sehingga membuat mereka cemas. Akhirnya Dewa Bumi menghadap kepadaBrahma agar beliau bersedia menyelamatkan alam dan seisinya. Para Dewa akhirnya memutuskan agar Dewa Wisnu bersedia menjelma menjadi seorang manusia untuk menegakkan dharma dan menyelamatkan dunia. Dewa Wisnu bersedia mendapat tugas itu dan berjanji akan turun ke dunia sebagai Rama, putera Prabu Dasarata dari Ayodhya. Dalam penjelmaannya, Dewa Wisnu ditemani oleh Naga Sesa yang kemudian menjadi Laksmana dan Laksmi yang menjadi Sita (Sinta).
Raja Dasarata saat itu merindukan kehadiran putera, kemudian ia mengadakan upacara Putrakama Yadnya (memohon putera) kepada Dewa. Para Dewa mengabulkan permintaan Dasarata dan memberikan air suci agar diminum ketiga istrinya. Dari anugerah tersebut lahirlah Rama dari Kosalya, Bharata dari Kekayi, dan Laksmana serta Satrugna dari Sumitra. Keempat pangeran Ayodhya itu tumbuh menjadi putera yang gagah-gagah dan terampil dalam memainkan senjata di bawah bimbingan Resi Wasista.
Suatu hari, Raja Dasarata kedatangan Resi Wiswamitra yang meminta bantuan Rama untuk mengusir para raksasa yang mengganggu yadnya para resi di hutan. Sebenarnya Dasarata keberatan mengabulkan permohonan Wiswamitra, karena Rama masih terlalu muda untuk menghadapi para raksasa itu. Namun ia juga takut akan kutukan Resi Wiswamitra. Akhirnya Prabu Dasarata pun mengabulkan permohonan Wiswamitra dan mengizinkan puteranya untuk membantu para resi.
Dalam perjalanan mereka ke Sidhasrama yaitu kediaman para resi, Rama dan Laksmana mendapat mantra sakti dari Resi Wiswamitra yaitu Bala dan atibala. Saat melewati hutan Dandaka, Rama berhasil membunuh rekshasi Tataka.
Tibalah mereka di Sidhasrama, datanglah raksasa Marica dan Subahu mengotori sesajen dengan darah dan daging mentah. Melihat hal itu, Rama dan Laksmana segera bertindak, namun atas permintaan Rama, Marica akhirnya diampuni oleh Laksmana. Sedangkan Subahu tidak diberi ampun oleh Rama, dengan senjata Agneyastra atau panah Api, Rama membakar tubuh Subahu sampai menjadi Abu. Dengan bantuan Rama dan Laksmana, akhirnya pelaksaan yadnya para resi berlangsung dengan lancar dan aman.
Di Mithila diadakan Sayembara untuk memperebutkan Dewi Sita, Wiswamitra kemudian mengajak Rama dan Laksmana untuk mengikuti sayembara tersebut. Mereka berdua pun setuju dan pergi menuju Mithila. Sementara di Mithila belum ada satu orang pun yang mampu memenuhi persyaratan untuk menikahi Sinta, yaitu mengangkat dan membengkokan busur panah Siwa.
Rama kemudian tampil ke muka, ia tidak hanya berhasil mengangkat dan membengkokan busur panah Siwa, tetapi juga mematahkannya menjadi tiga bagaian. Melihat kemampuan Rama tersebut, Prabu Janaka, ayah Sita memutuskan untuk mengambil mantu Rama.Utusan dikirim ke Ayodhya untuk memberi kabar tersebut. Pabu Dasarata bahagia, karena puteranya sudah mendapatkan istri di Mithala, dan ia pun segera berangkat ke Mithila untuk menghadiri upacara pernikahan Rama, puteranya.
Rama kemudian memboyong Sinta ke Ayodhya, dalam perjalanannya, ia bertemu dengan Resi Parasurama yaitu brahmana sakti yang ditakuti para ksatria. Ia memegang sebuah busur di bahunya yang konon adalah busur Wisnu. Parasurama mendengar kabar bahwa Rama telah mematahkan busur Siwa, dan ia menantang Rama untuk membengkokan busurnya. Rama menerima tantangan tersebut, dan dengan mudah busur Wisnu itu dibengkokannya.Rama kemudian berkata, “ Panah Waisnawa ini harus mendapat mangsa. Apakah panah ini harus menghancurkan kekuatan Tuan atau hasil tapa Tuan?”. Parasurama menjawab agar panah itu menghancurkan hasil tapanya, karena ia hendak merintis hasil tapanya dari awal. Kemudian ia pamit untuk pergi ke Gunung Mahendra.
Dasarata sudah tua, ia ingin turun takhta dan mengangkat putera sulungnya Rama, untuk menggantikannya. Persiapan untuk upacara penobatan Rama sudah disiapkan, namun Kekayi kemudian meminta Agar Dasarata menobatkan Bharata menjadi Raja dan Rama dibuang selama 14 tahun. Mendengar permintaan Kekayi, Dasarata sedih tetapi ia juga tidak bisa menolak karena ia terikat janji dengan Kekayi. Dan dengan berat hati Dasarata menobatkan Bharata sebagai raja dan meminta Rama untuk meninggalkan Ayodhya.
Rama menerima keputusan ayahnya, dengan disertai istri tercintanya Sinta dan Laksmana mereka pergi mengembara di hutan. Karena kesedihan yang berlarut-larut, akhirnya Dasarata wafat.
Bharata yang baru kembali ke Ayodhya, menjumpai ayahandanya sudah tiada, dan Rama pun sudah meninggalkan Ayodhya. Kekayi, ibundanya kemudian menjelaskan bahwa ialah yang kini menjadi raja, namun Bharata tidak menginginkan hal itu, ia kemudian menyusul Rama dan memberikan kabar duka serta meinta Rama untukkembali ke Ayodhya untuk menjadi Raja. Namun Rama menolak, dan ia memberikan ajaran-ajaran agama kepada Bharata. Akhirnya Bharata bersedia menjadi raja di Ayodhya dengan membawa sandal milik Rama dan meletakkannya di singgasana, itu sebagai lambang bahwa ia memerintah Ayodhya atas nama Rama.
Saat menjalani pengasingan di hutan, Rama dan Laksmana di datangi oleh rekshasi bernama Surpanaka yang mengubah wujudnya menjadi seorang wanita cantik. Ia menggoda Rama dan Laksmana, namun mereka menolaknya.Surpanaka yang sakit hatidan iri melihat kecantikan Sita,hendak membunuhnya. Dengan sigap Rama melindungi Sinta dan Laksmana mengarahkan pedangnya kepada Surpanaka yang menyebabkan hidung Surpanaka terluka.
Dengan rasa malu, Surpanaka kemudian mengadu kepada kakaknya yang bernama Kara. Kara marah dan membalas dendam kepada Rama. Dengan angkatan perang yang besar, ia menggempur Rama, namun mereka semua tewas. Akhirnya Surpanaka mengadu kepada Rahwana di kerajaan Alengka. Rahwana marah dan ia mengajak patihnya yang bernama Marica untuk membalas dendam kepada Rama.
Marica menyamar sebagai seekor kijang yang akan mengalihkan perhatian Rama. Kijang itu melompat-lompat di halaman pondokan Rama, Sinta dan Laksmana. Melihat ada kijang yang lucu, Sinta meminta suaminya untuk memburu kijang Tersebut. Rama dan Laksmana sebenarnya tahu bahwa kijang itu bukanlah kijang biasa, namun karena desakan Sita, akhirnya Rama memburu kijang tersebut.Sementara Laksmana ditugaskan untuk menjaga Sita di pondokan.
Rama mengejar kijang itu sampai ke tengah hutan,ia kemudian memanahnya, seketika kijang itu berubah wujud menjadi Marica. Saat Marica sekarat, ia mengerang keras dengan menirukan suara Rama. Mendengar suara itu,Dewi Sita merasa ada sesuatu yang buruk menimpa suaminya, maka ia pun meminta Laksmana untuk menyusul Rama. Awalnya Laksmana menolak, namun karena desakan Sinta akhirnya ia menjalankan perintah kakak iparnya itu. Tapi sebelumnya, ia membuat lingkaran pelindung agar tidak ada orang jahat yang mampu menculik Sita.
Sementara Rahwana menyamar menjadi brahmana tua, datang mendekati Sinta. Ia mengiba dan berhasil membuat Sita keluar dari lingkaran yang dibuat oleh Laksmana dan dengan cepat ia menculik Sinta dibawa ke Alengka.
Mengetahui istrinya sudah tidak ada, perasaan Rama menjadi terguncang. Kemudian Rama dan Laksmana menyusuri pelosok gunung, hutan dan sungai untuk mencari keberadaan Sinta. Dalam perjalanan, mereka menemukan ceceran darah dan pecahan-pecahan kereta, seolah-olah telah terjadi suatu pertempuran.Rama berpikir itu adalah pertempuran raksasa yang memperebutkan Sita.
Namun, tidak lama kemudian ia bertemu dengan seekor burung yang sedang sekarat, burung itu adalah Jatayu, sahabat Raja Dasarata. Jatayu kemudian memberitahu Rama dan laksmana bahwa Sinta diculik Rahwana. (Jatayu terluka karena berusaha untuk menyelamatkan Sinta dari Rahwana)
Setelah selesai mengadakan upacara pembakaran jenazah Jatayu, Rama dan Laksmana melanjutkan perjalanannya. Dalam perjalanan, mereka bertemu denga raksasa aneh yang memiliki tangan panjang. Akhirnya, Rama dan Laksmana memotong lengan raksasa tersebut. Namun raksasa tersebut kemudian berubah wujud mejadi seorang dewa bernama Kabanda. Dengan petunjuk Kabanda, mereka pergi ke tepi sungai Pampa untuk mencari Sugriwa di bukit Resyakuma.
Sugriwa yang mendengar ada dua kesatria yang menuju wilayahnya, kemudian mengutus Hanoman untuk mencari tahu siapa sebenarnya dan apa tujuan mereka berdua. Hanoman kemudian pergi dengan menyamar sebagai brahmana dan bertemu dengan Rama dan Laksmana. Mereka terlibat percakapan yang cukup lama, Rama menceritakan peristiwa yang menimpanya dan maksud tujuannya mencari Sugriwa. Setelah mendengar pengakuan dari Rama, Hanoman kemudian merubah ke wujud aslinya dan mengantar mereka bertemu dengan Sugriwa.
Akhirnya Rama dan Sugriwa membuat perjanjian bahwa mereka akan saling membantu. Saat itu Sugriwa sedang berusaha untuk merebut kembali kerajaan Kiskenda dari kakaknya, Subali. Akhirnya dengan bantuan Rama, Subali berhasil dikalahkan dan Kiskenda kembali ke tangan Sugriwa.
Sesuai janji, kini saatnya Sugriwa membantu Rama untuk menyelamatkan Sita yang diculik Rahwana. Sugriwa mengutus Hanoman untuk ke Alengka mencari keberadaan Sinta. Hanoman berhasil menemukan Sita di Alengka, dan menyampaikan kabar bahwa Rama dalam keadaan baik-baik saja dan akan menyelamatkannya. Sebenarnya, Anoman mengajak Sinta untuk meninggalkan Alengka dan bertemu dengan Rama kembali. Namun, sinta menolak , dia ingin Rama sendiri yang menjemputnya. Hanoman tidak bisa memaksa, dan ia kembali memberikan kabar kepada Rama.
Setelah menyusun strategi, bala tentara wanara berangkat menuju Alengka. Dan atas saran Wibisana, adik Rahwana yang memilih untuk berada di pihak Rama, pasukan wanara membuat jembatan menuju ke Alengka.
Rama dan pasukannya kemudian menyeberang ke Alengka. Pada pertempuran pertama, Anggada menghancurkan menara Alengka. Rahwana kemudian mengirimkan mata-mata untuk meninjau kekuatan musuh. Mata-mata itu menyamar menjadi wanara, sehingga tidak ada yang tahu kecuali Wibisana.
Wibisana kemudian menangkap mata-mata tersebut dan dihadapkannya kepada Rama. Utusan Rahwana itu memohon apun dan berkata bahwa ia hanya menjalankan perintah. Rama mengizinkan mata-mata tersebut untuk melihat kekuatan tentara Rama dan berpesan agar Rahwana segera mengembalikan Sita.
Pada hari terakhir, dengan menggunakan kereta perang Dewa Indra yang dikusiri Matali, Rama maju ke medan laga. Rama berhadapan dengan Rahwana, dan dengan senjata Brahma Astra, Rama berhasil membunuh Rahwana.
Setelah berhasil menyelamatkan Dewi Sinta, Rama kemudian memberikan Alengka kepada Wibisana dan memberikan wejangan kepada Wibisana agar membangun kembali negara Alengka.