Tuesday, November 24, 2020

Batara Wisnu dalam Pewayangan Jawa

Betara Wisnu sering disebut juga dengan Sangyang Batara Wisnu, dalam versi pewayangan Jawa, Batara Wisnu adalah Putra kelima dari Batara Guru dan Dewi Uma, Batara Wisnu adalah putra yang paling sakti diantara putra putra yang lainnya.

dalam pewayangan khususnya dalam lakon kisah dewa-dewi, Batara Wisnu bergelar Sang Hyang Satiti, yang artinya adalah Pemelihara yaitu memelihara dan melindungi Cptaan-Nya.

Sumber gambar dari : Wikipedia


Menurut budaya jawa Betara Wisnu pertama kali turun ke dunia menjelma menjadi Raja yang bergelar Simaharaja Suman dengan Kerajaan Bernama Medangura, terletak di wilayah Jawa Tengah, (hehehehe maaf jika ada perbedaan tidak perlu di perdebatkan ya ), Betara Wisnu kemudian berganti nama menjadi Sri Maharaja Matsyapati yang merajai jenis binatang air.

selain itu Betara Wisnu juga menitis atau terlahir kembali sebagai manusia, Titisan Betara Wisnu menurut pewayangan Jawa antara lain.

1. Srimaharaja Kanwa

2. Resi Wisnungkara

3. Prabu Arjunasasrabahu

4. Sri Ramawijaya

5. Sri Batara Kresna

6. Prabu Airlangga

7. Prabu Jayabaya

8. Prabu Anglingdarma

Batara wisnu bertempat tinggal di Kahyangan Untarasegara, mempunyai 3 permaisuri dan 18 putra putri antara lain ( 4 wanita dan 14 Pria ), dengan Dewi Sri Widowati atau srisekar, betara wisnu berputra batara srigala, betara srinada dan betari Srinadi.

dari pernikahan dengan Dewi Pratiwi Batara Wisnu Berputra Bambang Sitija dan Dewi Siti Sundari, Sedangkan dengan Dewi Sri Pujawati mempunyai 13 putra masing masing adalah; Batara Heruwiyana, Batara Ishawa, Batara Bhisawa, Batara Isnapura, Batara Madura, Batara MAdudewa, Batara Madusadana, Dewi Srihuna, Dewi Srihuni, Betara Pujarta, batara panwaboja dan batara Sarwedi / Hardanari.

Batara Wisnu saat turun ke Arcapada menjadi Raja Negara Medangpura bergelar Maharaja Suman untuk menaklukkan Maharaja Balya yaitu Raja Negara Medanggora penjelmaan dari Batara Kala. Batara Wisnu juga menjadi Raja di Medangkamulan bergelar Prabu Satmata untuk mengalahkan Prabu Watugunung yang melakukan inses atau kesalahan yang memperistri ibunya sendiri. 

Senjata senjata Betara Wisnu yaitu berupa Cakra dan kembang sakti yang dapat menghidupkan orang yang mati sebelum ajalnya. kembang itu disebut Cangkok Wijayakusuma yang hanya di titiskan kepad Prabu Kresna.

Batara Wisnu memiliki kendaraan berupa seekor Garuda raksasa yang bernama Bhirawan.

Monday, November 23, 2020

Patih Sekipu atau Hiranyakasipu patih dari gilingwesi

Bentuk dan Karakter Wayang ini sering terlihat digunakan sebagai seorang patih raksasa, misalnya Patih Sekipu dari negara Gilingwesi, Patih Pancatnyana dari negara Trajutrisna, Patih Prahasta dari negara Alengka, Patih Suratrimantra dari negara Sengkapura, bahkan bila Patih Lembusura dari negara Gua Kiskenda tidak dilengkapi, dapat juga digunakan wayang ini. Demikian juga untuk patih-patih dari negara seberang biasa digunakan wayang ini. Sehingga boleh dikatakan dalam lakon apa pun wayang ini dapat dikeluarkan dengan nama sekehendah Ki Dalang, khususnya lakon-lakon carangan.

Dalam pergelaran wayang memang sering jenis wayang ini ditunjukkan sebagai seorang patih dari suatu negara tertentu, apalagi jika rajanya juga seorang raksasa ditunjukkan dengan Buto Raton. Oleh karena itu kiranya tidak keliru jika wayang ini ada yang menyebutkan dengan nama Buto Patih. Nama tersebut pernah terdengar ketika seorang dalang menyuruh anak yg menonton di dekat kotak mengambil dri simpingan kri dengan Buto Patih. Sehingga dpat disebutkan juga bahwa wayang ini adalah wayang srambahan. Namun pernah juga terlihat seorang Dalang yang cukup terkenal menunjukkan wayang ini dalam lakon ”Sudamala” sebagai Kalantaka dan Kalanjaya, jadi bukan sebagai patih. Nampaknya kedua wayang tersebut memang milik pribadi atau bawaan Ki Dalang. Jadi yang jelas wayang ini lebih nampak dikategorikan sebagai wayang srambahan.

Wayang ini berhidung bentuk haluan perahu, bermulut terbuka nampak gigi-gigi dan taringnya, berjamang, bersunting surengpati, bergaruda membelakang, berambut terurai atau gimbal di punggung dan menutupi seluruh badannya sampai sepanjang kaki. Tangan belakang irasan, tidak dapat digerakkan, hanya tangan depan yang lepas dan dapat digerakkan. Di dalam buku ini disajikan tiga wayang, yang satu morgan nampak satu matanya, berarti miring betul, yang kedua nampak kedua matanya bertopong, sedangkan yang ketiga nampak kedua matanya garudan, berarti digambarkan agak miring atau metok ( dalam bahasa Jawa ).

PATIH SAKIPU

DITYA SEKIPU atau sering pula disebut Kasipu, adalah patih negara Tasikwaja, atau sering pula disebut negara Gilingwesi di bawah pemerintahan raja Prabu Pracona. Meski bertubuh agak pendek untuk golongan raksasa, Sakipu sangat sakti. Berwatak gagah berani, bengis dan kejam.

Sakipu pergi ke Suralaya melaksanakan perintah Prabu Pracona untuk melamar Dewi Gagarmayang. akan tetapi Lamarannya ditolak Bathara Guru karena melanggar kodrat hidup. Sakipu marah dan mengamuk. Suralaya geger, para Dewa cemas dan ketakutan karena tidak satupun yang dapat mengalahkan Sakipu, lebih - lebih setelah Prabu Pracona juga menyusul dan ikut mengamuk di Suralaya.


Bathara Guru mencari sarana untuk melawan Sakipu, Bambang Tetuko atau Gatotkoco, putra Dewi Arimbi dari negara Pringgandani dengan Bima yang belum berumur sepekan, dipinjam ke Suralaya sebagai jagoan melawan patih Sakipu dan Prabu Pracona.

Sakipu danPracona akhirnya tewas di tangan Tetuko yang sebelumnya telah di gembleng dan dimasukan ke dalam kawah Candradimuka, diaduk dengan segala macam senjata milik para Dewa.

Saturday, November 21, 2020

Wayang Batara Narada | Gambar wayang Batara Narada

Dalam Pewayangan Bharata Narada dilukiskan dengan bentuk tubuh cebol bulat, berwajah tua, dengan kepala menengadah ke atas.

Dalam pewayangan Bharata Narada menduduki jabatan penting dalam kahyangan, yaitu sebagai penasihat dan "tangan kanan" Batara Guru, raja kahyangan versi Jawa.

Dalam naskah Paramayoga, Bharata Narada adalah putra Sanghyang Caturkaneka. Ayahnya adalah sepupu Sanghyang Tunggal, ayah dari Batara Guru.

Pada awalnya Narada berwujud tampan. Ia bertapa di tengah sebuah samudera sambil memegang pusaka pemberian ayahnya, bernama cupu Linggamanik. Hawa panas yang dipancarkan Narada sempat membuat kahyangan geger. Batara Guru mengirim putra-putranya untuk membangunkan Narada dari tapanya, Akan tetapi tidak seorang pun dewa yang mampu memenuhi dan melaksanakan perintah tersebut. Mereka terpaksa kembali dengan tangan hampa.

Batara Guru memutuskan untuk berangkat sendiri untuk menghentikan tapa Narada. Narada pun terbangun. Keduanya kemudian terlibat perdebatan seru. Batara Guru yang merasa kalah pandai marah dan mengutuk Narada sehingga berubah wujud menjadi jelek.

Sebaliknya, karena Narada telah dikutuk tanpa penyebab yang jelas, Batara Guru pun menderita cacad berlengan empat. (Sebenarnya bertangan 4 ini adalah pengejewantahan dari sedulur papat lima pancer). Ia pun sadar bahwa Narada memang lebih pandai darinya. Maka, ia pun memohon maaf dan meminta Narada supaya sudi tinggal di kahyangan sebagai penasihatnya.

Dalam pentas pedalangan, tempat tinggal Batara Narada disebut dengan nama Kahyangan Sidiudal-udal. Atau Sidik pangudal udal.



Wednesday, November 18, 2020

Tokoh Wayang Prabukusama

Prabakusuma di dalam pedalangan disebut dengan nama Bambang Priyambada, Bambang Priyambada adalah putra Arjuna dari Dewi Supraba yang menjadi permaisurinya saat menjadi raja di kahyangan. Priyambada sangat tampan dan sakti seperti ayahnya. Kemahirannya membidikkan anak panah sukar dicari tandingannya.

Sejak kecil Bambang Priyambada diasuh oleh kakeknya yaitu Begawan Sidikwaspada dari Pertapaan Glagahwangi.
Priyambada pernah berjasa menolong Kerajaan Amarta sewaktu Dewi Mustakaweni berhasil mencuri Jamus Kalimasada dengan cara menyamar sebagai Gatotkaca.
Di kisahkan Dalam perjalanan ke Kerajaan Amarta untuk menghadap ayahnya, Prabakusuma berjumpa dengan Dewi Srikandi, salah seorang istri Arjuna yang sedang mengejar Dewi Mustakaweni.
Srikandi berjanji akan mempertemukan Prabakusuma dengan Arjuna, tetapi ia harus mau membantunya mengejar sekaligus menangkap pencuri Jamus Kalimasada.

Pusaka milik Kerajaan Amarta itu berhasil dicuri oleh Dewi Mustakaweni, putri Prabu Niwatakawaca dari Kerajaan Manimantaka. Untuk mencurinya, Dewi Mustakaweni lenih dahulu menyamar sebagai Gatotkaca.

Wednesday, November 11, 2020

Gatotkaca juga ada di cerita Mahabharata di India

Banyak yang mengira bahwa tokoh Gatotkaca merupakan tokoh fiktif dan legendaris yang ada dalam cerita wayang di Indonesia. Hal itu tidaklah benar karena tokoh Gatotkaca sebenarnya juga ada di cerita Mahabharata di India. 
Menurut versi Mahabharata, Gatotkaca adalah putra Bimasena dari keluarga Pandawa yang lahir dari seorang rakshasa perempuan bernama Hidimbi. Hidimbi sendiri merupakan raksasa penguasa sebuah hutan; tinggal bersama kakaknya yang bernama Hidimba sedangkan dalam pewayangan Jawa, ibu Gatotkaca lebih terkenal dengan sebutan Arimbi. Menurut versi ini, Arimbi bukan sekadar penghuni hutan biasa, melainkan putri dari Kerajaan Pringgadani, negeri bangsa rakshasa.Dalam bahasa Sanskerta, nama Ghaṭotkaca bermakna "kepala gundul yang seperti kendi. Nama ini terdiri dari dua kata, yaitu ghaṭaṁ yang berarti "buli-buli" atau "kendi", dan utkaca yang berarti "gundul". Nama ini diberikan kepadanya karena sewaktu lahir kepalanya yang gundul mirip dengan buli-buli atau kendi.

Suryakaca tokoh wayang putra Gatotkaca

Suryakaca merupakan Putra dari Gatotkaca dengan Dewi Suryawati, Suryakaca adalah saudara dari Sasikira tetapi satu ayah dan beda ibu, dalam pewayangan Suryakaca digambarkan tidak memakai prada karena dia bukanlah seorang raja atau adipati.

Suryakaca lahir ketika memasuki Perang Bharatayudha dan diasuh oleh ibunya di istana Priggondani, bersama dengan sasikira & Jayasumpena, setelah Gatotkaca Gugur, Suryakaca mendapatkan warisan berupa Kotang Antakusuma, Caping Busanda, Kasutpada Wacakra dan Sumping Suket Kulanja.

Monday, November 9, 2020

Begawan Palasara | Cerita Wayang | Tokoh Wayang Kulit

Begawan Palasara adalah merupakan putra dari Bambang Sakri dengan Dewi Saiya (Putri dari Prabu Partawijaya dari Negai Tabelasuket) dari Petapan Argacandi, Palasara di lahirkan di Istana Tebalasuket, namun setelahnya di boyong ke gunung Saptaarga atas permintaan dari kakeknya sendiri, Setelah itu kakeknya yang kemudian memberi nama Palasara kepada dirinya agar kelak ketika ia dewasa ia akan terbiasa menjalani hidup sebagai petapa.

Kisah Begawan Palasara

Batara Wisnu mempunyai istri bernama Dewi Sri Sekar, dan berputera: Bambang Srigati dan Bambang Srinada.

Cerita Begawan Palasara di saat muda
Srigati menjadi raja di Medang Kemulan, dgn gelar Prabu Sri Maha Punggung. Dimana makanan pokok berupa beras, untuk pertama kalinya tumbuh di Medang Kemulan. Cerita ini mengingatkan kisah cinta Sang Hyang Manikmaya dengan Dewi Lokawati serta Dewi Permoni, yang bertukar raga dengan Dewi Uma. Sedangkan Bambang Srinada, menjadi raja pertama di Wirata, yang bergelar Prabu Basurata.

Baca Juga

Jagal Abilawa

Jagal Abilawa adalah nama samaran dari Raden Brotoseno / Bima, dia menyamarkan diri karena pada masa itu para Pandawa mendapat ujian karena ...