Thursday, July 9, 2020

asal usul Dewi shinta dalam pewayangan di Indonesia

Shinta versi Pewayangan di Indonesia

Dalam versi Pewayangan di Indonesia, khususnya jawa Sita lebih sering dieja dan di ucapkan dengan nama Shinta.
download versi google drive

Shinta merupakan puteri dari seorang bidadari bernama Batari Tari atau  Kanun isteri dari Rahwana. Konon, Shinta adalah titisan dari Btari Widawati istri dari Dewa Wisnu.
Pada bulan ke-7 Kanun yang tengah “mitoni” kehamilannya, tiba-tiba membuat geger istana Alengka, lantaran bayi yang  dikandung itu diramalkan oleh beberapa pendeta yang ada dalam pesta,  bakal jadi “isteri” Rahwana (ayahnya sendiri). Rahwana naik pitam. Ia bangkit dari singgasananya serta berkeinginan  memenggal kepala Kanun. Namun sebelum  terwujud tiba-tiba Rahwana membatalkan niatnya karena berpikir siapa tahu anaknya akan menjadi anak yang cantik. Dengan demikian, diapun akan bersedia untuk menikah dengannya.
Benar saja, dikala Rahwana tengah dinas luar, permaisurinya melahirkan seseorang bayi wanita dengan wajah yang amat cantik bercahaya laksana bulan purnama. Wibisana (adik Rahwana) yang suci serta penuh dengan perikemanusiaan itu, selekasnya mengambil bayi itu serta dimasukkan ke dalam ketupat Sinta, lalu dilabuhkan ke dalam sungai. Cuma Dewa lah yang dapat menolongnya, begitulah pikir Wibisana. Ia selekasnya membuat mega mendung yang hitam menjadi seseorang bayi lelaki yang nantinya bakal bernama Megananda atau  Indrajit.
Syahdan seorang pertapa bernama Prabu Janaka dari negeri Mantili, memohon pada dewa supaya dianugerahi keturunan. Begitu terkejutnya dia saat membuka mata, mendengar tangis bayi dalam ketupat yang sedang tenggelam terapung di sungai. Bayi itu diambilnya dengan senang dibawanya pulang diangkat sebagai anaknya. Lantaran bayi itu diketahui berada didalam ketupat Sinta, maka ia diberinya nama Sinta. Setelah berusia 17 tahun Sinta membikin geger semua pemuda, baik taruna-taruna dalam negeri ataupun luar negeri karena kecantikannya.
Suatu hari, dibuatlah sayembara. Siapa saja yang dapat menarik busur raksasa pusaka negara Mantili, akan menjadi jodoh Sinta.
Ramawijaya yang tengah berguru pada Brahmana Yogiswara, disarankan untuk mengikuti sayembara. Jelas saja, Rama sukses, lantaran ia merupakan titisan Wisnu . Pertunangan serta perkawinan sekalian disemarakkan dengan pesta pora, baik dinegeri Mantili ataupun di Ayodya. Tetapi nasib kurang baik untuk mereka berdua, ketika menikmati bulan madu, tiba-tiba mahkota kepunyaannya diminta  oleh Kekayi, ibu tiri Rama.
Dasarata Bapak Rama disuruh agar menyerahkan mahkota pada Bharata (adik Rama). Selain itu Rama, Sinta dan Laksmana mesti meninggalkan istana masuk rimba belantara selama 13 tahun lamanya.
Dalam pembuangan di rimba, Sinta tidak kuasa menahan hasratnya untuk menguasai Kijang Kencana yang menggodanya, yang tidak seharusnya dipunyai oleh seseorang yang tengah prihatin. Apa yang gemerlapan itu, awal mulanya disangkanya akan membahagiakan dirinya, namun malah sebaliknya. Bukan hanya Kijang Kencana yang bisa ditangkap, namun terlebih ia di tangkap serta ditawan oleh nafsunya sendiri, yang diwujudkan dalam bentuk Rahwana. Secara singkat ia diruda paripaksa, dimasukkan sangkar emas di Alengka lebih kurang 12 tahun lamanya.

Suatu saat, Rahwana berhasil dikalahkan oleh Raden Ramawijaya, hingga terbebaslah Dewi Shinta dari belenggu Rahwana.Namun, tidak hanya sampai disitu saja penderitaan Shinta. Setelah terbebas, dia masih dicurigai kesuciannya oleh suaminya sendiri Ramawijaya. Maka untuk menunjukkan bahwasanya sepanjang dalam penguasaan Raja Alengka itu Sinta belum ternoda, Shinta membuktikan diri dengan terjun kedalam api. Oleh para dewa kahyangan, Shinta diselamatkan dari amukan api yang berkobar. Loloslah Shinta dari ujian kesucian.
Dari cerita tersebut diatas, dapatlah ditarik kesimpulkan : bahwa orang yang mengejar sesuatu hal hanya dengan mengandalkan hawa napsunya dan tidak waspada, maka apa yang dia anggap akan membahagiakan dirinya itu malah justru akan mencelakakannya.

Dewi Shinta Versi Asli


Dewi Sita
Sita merupakan tokoh protagonis dalam kisah Ramayana. Ia merupakan istri dari Sri Rama, tokoh utama kisah Ramayana. Sita merupakan rinkarnasi dari Laksmi, dewi keberuntungan, istri Dewa Wisnu.
Inti dari kisah Ramayana adalah penculikan Sita oleh Rahwana raja Kerajaan Alengka yang ingin memilikinya. Penculikan ini berakibat dengan hancurnya Kerajaan Alengka oleh serangan Rama yang dibantu bangsa Wanara dari Kerajaan Kiskenda.
Dalam bahasa Sanskerta, kata Sita bermakna "kerut". Kata "kerut" merupakan istilah puisi  pada zaman India Kuno, yang menggambarkan aroma dari kesuburan. Nama Sita dalam Ramayana kemungkinan berasal dari Dewi Sita, yang pernah disebutkan dalam Rigweda sebagai dewi bumi yang memberkati ladang dengan hasil panen yang belimpah.
Sita juga dikenal dengan banyak nama. Sebagai puteri Raja Janaka, ia dipanggil Janaki ; sebagai puteri Mithila, ia dipanggil Maithili ; sebagai istri Rama, ia dipanggil Rama. Karena berasal dari Kerajaan Wideha, ia pun juga dikenal dengan nama Waidehi.
Dalam Ramayana diceritakan bahwa Sita bukan putri kandung Janaka. Di kisahkan Suatu ketika Kerajaan Wideha dilanda kelaparan. Janaka sebagai raja melakukan upacara atau yadnya di suatu area ladang antara lain dengan cara membajak tanahnya. Ternyata mata bajak Janaka membentur sebuah peti yang berisi bayi perempuan. Bayi itu dipungutnya menjadi anak angkat dan dianggap sebagai titipan Pertiwi, dewi bumi dan kesuburan.
Sita dibesarkan di istana Mithila, ibu kota Wideha oleh Janaka dan Sunayana, permaisurinya. Setelah usianya menginjak dewasa, Janaka pun mengadakan sebuah sayembara untuk menemukan pasangan yang tepat bagi putrinya itu. Sayembara tersebut adalah membentangkan busur pusaka maha berat anugerah Dewa Siwa, dan dimenangkan oleh Sri Rama, seorang pangeran dari Kerajaan Kosala. Setelah menikah, Sita pun tinggal bersama suaminya di Ayodhya, ibu kota Kosala.

Monday, July 6, 2020

siapa sebenarnya Dasamuka dan Rahwana?...... pola print miniatur wayang kulit

DASAMUKA
Rahwana

Dasamuka atau Rahwana merupakan putra Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali, raja dari Negara Alengka. Ia mempunyai tiga orang saudara kandung masing-masing bernama :
- Arya Kumbakarna,
- Dewi Sarpakenaka dan
- Arya Wibisana.
Dasamuka juga mempunyai saudara seayah tetapi lain ibu bernama Wisrawana/Prabu Danaraja raja negara Lokapala, Putra Resi Wisrawa dengan Dewi Lokawati. Dasamuka berwatak angkara murka, ingin menangnya sendiri, penganiaya dan penghianat, Berani dan selalu menurutkan kata hati. Ia sangat sakti. Memiliki Aji Rawarontek dari Prabu Danaraja dan Aji Pancasona dari Resi Subali. Dasamuka menjadi Raja Negara Alengka mengantikan kakeknya, Prabu Sumali dengan menyingkirkan pamannya, Prahasta. Ia membunuh Prabu Danaraja, kakak tirinya dan merebut negara Lokapala. Dasamuka pernah menyerang Suralaya dan memperoleh Dewi Tari, putri Bathara Indra dengan Dewi Wiyati yang menjadi istrinya dan berputra Indrajid/Megananda.

Dasamuka juga menikah dengan Dewi Urangrayung, putri Bagawan Minalodra, dan berputra Pratalamayam. Dari beberapa orang istri lainnya, Dasamuka berputra antara lain : Yaksadewa, Trisirah, Trimuka, dan Trimurda. Dasamuka sangat menginginkan dapat memperistri wanita titisan Bathari Sri Widowati. Ia pernah mengejar-ngejar Dewi Kusalya, ibu Prabu Rama, dan kemudian menculik serta mensekap Dewi Sinta, istri Prabu Rama selama hampir 12 tahun di taman Hargasoka negara Alengka. Kesaktian dan keangkaramurkaan Prabu Dasamuka hanya dapat diatasi/ditaklukan oleh Prabu Arjunasasra, raja negara Maespati.


Rahwana

Bentuk Fisik Rahwana
Disebut sebagai Prabu Dasamuka, karena Rahwana memiliki 10 wajah. Sepuluh wajah ini bukan sembarang diciptakan melainkan terdapat filosofi khusus di dalam bentuk fisiknya. Di mana ia ditunjukan sebagai orang yang memiliki pengetahuan Weda dan sastra. Selain memiliki sepuluh wajah, Rahwana juga memiliki 20 tangan yang mana bermakna kesombongan dan keinginan yang tak pernah puas.

Rahwana tergolong sebagai ksatria sakti yang besar dan jahat. Saat Rahwana lahir, ia diberi nama Dasasana yang artinya sepuluh kepala. Menurut masyarakat Hindu, sepuluh kepala ini mencerminkan dari permata kalung yang ia dapatkan dari ayahnya saat ia lahir. Namun, ada juga yang menyebutkan bahwa makna dari sepuluh kepala ini adalah simbol dari kekuatan sepuluh tokoh tertentu.

Cerita Singkat Rahwana
Seperti kisah Romeo dan Juliet yang di dalamnya terdapat tokoh Hamlet dan Napoleon. Mungkin kisah Ramayana sudah tak asing lagi di telinga kita, khususnya sebagai masyarakat Jawa. Di mana kisahnya di dalamnya terdapat kisah romantis antara Rama dan Shinta yang mana terdapat orang ketiganya yang bernama Rahwana yang ingin merebut Shinta dari Rama.

Rahwana dilahirkan dari seorang Ibu yang bernama Kaikesi yang mana merupakan seorang putri dari Raja Detya yang bernama Sumali. Raja ini memiliki anugerah Brahma sehingga ia mampu menjadi raja dunia. Ayah Rahwana adalah Wisrawa. Konon, kisahnya Wisrawa dan Kaikesi bercinta di waktu yang tak tepat, sehingga terciptalah seorang anak yang jahat yang bernama Rahwana. Hingga Rahwana lahir dengan kondisi setengah Brahmana, setengah Raksasa.

Saat Rahwana beranjak remaja, ia melakukan pertapaan memuja Dewa selama bertahun-tahun, hingga Brahma muncul dan mempersilahkan Rahwana untuk mengajukan permohonan. Rahwana pun memohon untuk bisa hidup abadi, namun permohonan itu ditolak. Sebagai gantinya, ia mendapat kesaktian akan kebal menghadapi segala serangan dari segala makhluk seperti dewa, raksasa, danawa, hingga segala makhluk buas lainnya.

Namun, sayangnya ia tidak memohon lebih unggul dari semua makhluk, ia hanya memohon kekebalan saja. Brahma pun mengindahkan permohonan Rahwana ditambah bonus kepandaian menggunakan ilmu sihir dan senjata dewa.

Di Balik Kejahatan Rahwana
Memang Rahwana atau Raja Alengka dikenal sebagai sosok yang jahat. Namun, di balik kajahatan Rahwana, ia adalah seorang raja yang selalu melindungi rakyatnya dari segala mara bahaya. Nah, di sinilah mulai muncul berbagai cerita dan biasa disebut sebagai perkembangan cerita Jawa. Di mana Rahwana adalah si pembela Nusantara yang berbudi luhur sedangkan si Rama adalah ksatria yang nampak pengecut.

Di setiap mata pelajaran atau mata kuliah teradapat sisipan kisah tentang Ramayana yaitu kisah tentang Rama, Shinta, dan Rahwana. Di mana terdapat keindahan di dalam cerita sastra yang luar biasa. Walaupun mulai muncul berbagai kisah tentang Rahwana, namun sejauh ini selalu diakhiri dengan Rama yang berhasil membunuh Rahwana dan membawa Shinta kembali ke pelukannya.

Friday, July 3, 2020

Filosofi Gunungan wayang │Koleksi gabar Gapuran dan Blombangan

FILOSOFIS GUNUNGAN

Dalam setiap pergelaran wayang kulit selalu ditampilkan gunungan, yang berbentuk persegi lima yang terdapat gambar atau simbol di dalamnya. Gunungan ini biasanya ditampilkan dalam berbagai permainan wayang misalnya dalam wayang purwa, wayang gedog, wayang krucil, wayang golek, wayang suluh dan sebagainya.
Gunungan Gapuran untuk di cetak ukuran A4

Gunungan Gapuran untuk di cetak ukuran A4

Gunungan Gapuran untuk di cetak ukuran A4

Gunungan Gapuran untuk di cetak ukuran A4
Gunungan mempunyai dua jenis yaitu Gunungan Blumbangan (perempuan) dan Gunungan Gapuran (laki-laki). Di balik  gunungan Blumbangan ini dapat kita lihat sunggingan yang menggambarkan api sedang menyala. Ini merupakan candrasengkalan yang berbunyi “geni dadi sucining jagad” yang mempunyai arti 3441 dan apabila dibalik menjadi 1443 tahun Saka. Itu diartikan bahwa gunungan tersebut diciptakan oleh Sunan Kalijaga pada tahun 1443 Saka= 1521 Masehi pada masa pemarintahan Raden Patah. Gunugnan Gapuran (Gerbang) sendiri digunakan pada masa pemerintahan Suushunan Pakubuwono 2, dengan sengkalan ” Gapura lima retuning bumi” 1659 J=1734 M.

Disebut gunungan karena bentuknya seperti gunung yang ujung atasnya meruncing. Gunungan ini dalam legendanya berisi mitos sangkan paraning dumadi, yaitu asal mulanya kehidupan ini dan disebut juga kayon. Kata kayon melambangkan semua kehidupan yang terdapat di dalam jagad raya yang mengalami tiga tingkatan yakni:

Tanam tuwuh (pepohonan) yang terdapat di dalam gunungan, yang orang mengartikan pohon Kalpataru, yang mempunyai makna pohon hidup.

Lukisan hewan yang terdapat di dalam gunungan ini menggambarkan hewan- hewan yang terdapat di tanah Jawa.

Kehidupan manusia yang dulu digambarkan pada kaca pintu gapura pada kayon, sekarang hanya dalam prolog dalang saja.

Kayon atau gunungan yang biasanya diletakkan di tangah kadang disamping itu mempunyai beberapa arti, arti dari diletakkannya gunungan ada 3 yakni:

  • Dipergunakan dalam pembukaan dan penutupan, seperti halnya layar yang dibuka dan ditutup pada pentas sandiwara.
  • Sebagai tanda untuk pergantian jejeran (adegan/babak).
  • Digunakan untuk menggambarkan pohon, angin, samudera, gunung, guruh, halilintar, membantu menciptakan efek tertentu (menghilang/berubah bentuk).
Blombangan
Blombangan

Blombangan

Blombangan

Blombangan

Gunungan merupakan simbol kehidupan, jadi setiap gambar yang berada di dalamnya melambangkan seluruh alam raya beserta isinya mulai dari manusia sampai dengan hewan serta hutan dan perlengkapannya. Gunungan dilihat dari segi bentuk segi lima, mempunyai makna bahwa segi lima itu lima waktu yang harus dilakukan oleh agama adapun bentuk gunungan meruncing ke atas itu melambangkan bahwa manusia hidup ini menuju yang di atas yaitu Allah SWT.


Dalam kayon terdapat ukiran-ukiran atau gambar yang diantaranya :

  • Rumah atau balai yang indah dengan lantai bertingkat tiga melambangkan suatu rumah atau negara yang di dalamnya ada kehidupan yang aman, tenteram dan bahagia.
  • Dua raksasa kembar lengkap dengan perlengkapan jaga pedang dan tameng. diinterprestasikan bahwa gambar tersebut melambangkan penjaga alam gelap dan terang
  • Dua naga kembar bersayap dengan dua ekornya habis pada ujung kayon.
  • Gambar hutan belantara yang suburnya dengan kayu yang besar penuh dengan satwanya.
  • Gambar ilu-ilu Banaspati melambangkan bahwa hidup di dunia ini banyak godaan, cobaan, tantangan dan mara bahaya yang setiap saat akan mengancam keselamatan manusia.
  • Pohon besar yang tinggi dibelit ular besar dengan kepala berpaling kekanan.
  • Dua kepala makara ditengah pohon melambangkan manusia dalam kehidupan sehari mempunyai sifat yang rakus, jahat seperti setan.
  • Dua ekor kera dan lutung sedang bermain diatas pohon dan dua ekor ayam hutan sedang bertengkar diatas pohon, macan berhadapan dengan banteng.

Menggambarkan tingkah laku manusia.
Kebo = pemalas
Monyet = serakah
Ular = licik
Banteng = lambang roh , anasir tanah , dengan sifat kekuatan nafsu Aluamah
Harimau = lambang roh , anasir api dengan sifat kekuatan nafsu amarah, emosional, pemarah
Naga = lambang Roh , anasir air dengan sifat kekuatan nafsu sufiah
Burung Garuda = lambang Roh , anasir udara dengan sifat kekuatan nafsu Muthmainah.

Gambar raksasa digunakan sebagai lambang kawah condrodimuka, adapun bila dihubungkan dengan kehidupan manusia di dunia sebagai lambang atau pesan terhadap kaum yang berbuat dosa akan di masukkan ke dalam neraka yang penuh siksaan.
Gambar samudra dalam gunungan pada wayang kulit melambangkan pikiran
Gambar api merupakan simbol kebutuhan manusia yang mendasar karena dalam kehidupan sehari-hari akan membutuhkannya.
7 anak tangga : berarti tujuan atau PITUtur (pemberitahuan) bahwa kita semua yang bernama hidup pasti mati ” kullu nasi dha ikhotul maut “.
Gerbang/pintu selo manangkep: pintu alam kubur yang kita tuju.
Pohon hayat : jalan hidup seseorang yang lurus dan mempunyai 4 anak cabang yang menjadi perlambang nafsu kita dan banyak anak cabangnya.
Sedangkan dari filosofi bentuk adalah : bentuk gunungan sendiri menyerupai serambi bilik kiri yang ada di dalam tubuh kita, itu mungkin mempunyai makna kalau kita harus menjaga apapun yang ada di dalam hati kita hanya kepada sang pencipta. Dan yang lebih hebat lagi adalah dari segi bentuk yang persisi dengan “mustoko” di atas masjid yang ada banyak di negara kita. itu perlambang dari sipembuat untuk kita supaya menjaga hati kita secar lurus (seperti pohon) kepada masjid/agama/tuhan.

Gunungan bisa diartikan lambang Pancer, yaitu jiwa atau sukma, sedang bentuknya yang segitiga mengandung arti bahwa manusia terdiri dari unsure cipta, rasa dan karsa. Sedangkan lambang gambar segi empat lambing sedulur papat dari anasir tanah, api , air, udara.

Gunungan atau kayon merupakan lambang alam bagi wayang, menurut kepercayaan hindu, secara makrokosmos gunungan yang sedang diputar-putar oleh sang dalang, menggambarkan proses bercampurnya benda-benda untuk menjadi satu dan terwujudlah alam beserta isinya. Benda-benda tersebut dinamakan Panca Maha Bhuta, lima zat yakni: Banu (sinar-udara-setan), Bani (Brahma-api), Banyu (air), Bayu (angin), dan Bantala (bumi-tanah).

Makara yang terdapat dalam pohon Kalpataru dalam gunungan tersebut berarti Brahma mula, yang bermakna bahwa benih hidup dari Brahma. Lukisan bunga teratai yang terdapat pada umpak (pondasi tiang) gapura, mempunyai arti wadah (tempat) kehidupan dari Sang hyang Wisnu, yakni tempat pertumbuhan hidup.

Berkumpulnya Brahma mula dengan Padma mula kemudian menjadi satu dengan empat unsur, yaitu sarinya api yang dilukiskan sebagai halilintar, sarinya bumi yang dilukiskan dengan tanah di bawah gapura, dan sarinya air yang digambarkan dengan atap gapura yang menggambarkan air berombak.

Dari kelima zat tersebut bercampur menjadi satu dan terwujudlah badan kasar manusia yang terdiri dari Bani, Banyu, Bayu, dan Bantala, sedang Banu merupakan zat makanan utamanya.

Jawa memang menyimpan berbagai macam budaya yang beragam dan menyimpan berbagai makna yang terkandung dalam setiap itemnya, bahkan secara tidak  kita sadari sesuatu yang kita pegang sekarangpun itu juga mengandung makna filosofis yang sangat besar jika kita mau mangkaji lebih dalam.

Dengan gambaran di atas saya sedikit banyak mengetahui tantang apa makna filosofis dari gunungan yang terdapat dalam pewayangan. Dari segi bentuk maupun nilai yang terkandung dalam wayang dan dari gambar yang ada di dalamnya. Kapan dan siapa yang menciptakan gunungan tersebut, fungsi dari gunungan dalam permainan wayang.

bagi saya pribadi mempelajari ilmu filsafat mampu membuat saya lebih bijak dalam memandang segala sesuatu yang ada di dunia ini tanpa melepaskan kaidah-kaidah ke-islaman yang ada untuk menjadi orang yang lebih arif dalam memaknai dan menjalani hidup ini. Selain itu setelah belajar filsafat, saya jadi tahu bahwasanya segala sesuatu yang ada di dunia ini akan selalu berhubungan meskipun dalam wujud yang berbeda akan tetapi kesemuanya itu jika kita mau menggali lebih dalam maka semuanya akan kembali pada satu sumber yaitu Alloh SWT.

Sumber : https://wayangkulitpurwo.blogspot.com

Mengenal Gunungan dalam pewayangan di Indonesia

Gunungan atau kayon mempunyai arti pepohonan, jika di lihat dari bahasa arab "Khayyu" yang dalam arti Bahasa Indonesia adalah hidup, jadi Gunungan bermakna atau melambangkan bentuk kehidupan di dalam dunia, yang mengalami sebuah tahapan tahapan kehidupan.
gambar gunungan
Dalam pewayangan Gunungan digunakan sebagai Simpingan dalam pakeliran wayang baik wayang kulit maupun wayang lainnya di Indonesia. paada dasarnya gunungan dalam pewayangan ada du jenis yaitu Gunungan laki-laki dan gunungan perempuan, untuk gunungan laki laki disebut juga "Gapuran" sedangkan untuk gunungan perempuan disebut dengan "Blombangan".


ada beberapa perbedaan antara gunungan laki-laki dan gunungan perempuan, pada dasarnya perbedaanya ada di ornamen gambar, untuk gunungan laki-laki (Gapuran) didalamnya ada gambar atau ornamen ataupun lukisan sebuah rumah joglo yang nampak tiang beserta ompaknya, pintu dan lantai, tembok batu bata di kiri dan kanan, di depan dijaga dua patung raksasa yang membawa perisai atau gada, patung tersebut di sebut CINGKRABALA dan BALAUPATA, diatas rumah joglo ada dua binatang yang salaing berhadapan yaitu banteng di sebelah kanan dan harimau di sebelah kiri. sedangankn untuk Gunungan Blombang dgambarkan sebuah telaga yang nampak ikan di dalamnya, dibawah telaga terlukiskan bermacam-macam gambar binatang seperti Ular, harimau, gajah, kijang, celeng/babi hutan, burung merak dan sebagainya, selain bermacam-macam jenis binatang ada juga yang di isi mangkaran besar, pada dasarnya semua tergantung selera dari sang pembuat gunungan, terkadang dalam ornamen Gunungan Blombangan diatas telaga terdapat dua ekor garangan atau musang yang saling berhadapan, namun atas dasar kreasi terkadang juga dilukisan atau terdapat ornamen dua ekor harmau yang sedang di lilit ular, ornamen-ornamen dalam Gunungan Blombangan ada banyak jenisnya untuk lebih memberikan sebuah keindahan, tetapi semua penilaian dari sebuah Gunungan dalam pewayangan tergantung dari para Ki Dalang dan para pakar seni kriya wayang, para pecinta wayang.

gambar gunungan
di dalam masyarakat pecinta pewayangan juga menyebutkan bahwa perbedaan gunungan Gapuran dan Gunungan Blombang terletak pada bentuknya, untuk Gunungan laki-laki atau Gapuran berbentuk agak meruncing, sedangkan Gunungan perempuan atau Blombang agak melebar bagian bawahnya.

persamaan Gunungan Gapuran dan Gunungan Gapuran yaitu keduanya berisikan gambar garuda di kanan dan di kiri yang di sebut dengan bledekan, di kedua gunungan baik gapuran maupun blombangan ada lukisan satu pohon di tengah-tenganh dengan cabang, ranting, dedaunan, bunga-bunga dan buah-buahan secara simetris. di dalam gambar pepohonan tersebut terdapat bermacam-macam jenis satwa seperti unggas, burung merak, derkuku, enggang, ayam hutan dan sebagainya, di samping satwa jenis unggas juga terdapat lukisan monyet, lutung, sedangkan pada pohon ada gambar Mangkaran secara tersusun, mangkaran tersebut ada yang bemata satu ada juga yang bermata dua, untuk Gunungan Blombang ada kalanya di lukiskan mangkaran yang di letakkan di bawah telaga, sedangkan di balik jenis gunungan tersebut di lukiskan suatu mangkaran besar dengan di atasnnya ada sebuah apai yang menyala, pada dasarnya lagi-lagi semuanya tergantung pada para pembuat wayang gunungan tersebut, tetapi pada dasarnya semua kreasi pembuatan gunungan di dalamnya mempunyai sebuah filososi, falsafah dan makna.
untuk letak gunungan atau kayon biasanya untuk Gunungan Gapuran berada pada bagian kanan, sedangkan untuk Gunungan Blombangan di tancapkan di sebelah kiri hal ini untuk memudahkan para dalang dalam membuat suatu adegan.
secara umum Gunungan di gunakan saat jejeran / pembukaan maupun saat pergantian suasana suatu tempat dan keadaan.

Thursday, July 2, 2020

Lirik Lagu - PERCAYALAH (selamanya kita akan bersama)

Lirik

Aku yang tak akan melepaskan
Kamu yang mengenggam hatiku
Kita tak kan mungkin terpisahkan
Biarlah terjadi apapun yang terjadi
Aku yang tak bisa melepaskan

Kamu yang miliki hatiku
Walau mungkin terlalu cepat
Bagi kita berdua
Untuk mengatakan
Selamanya kita akan bersama

Melewati segalanya
Yang dapat pisahkan kita berdua
Selamanya kita akan bersama
Tak kan ada keraguan
Kini dan nanti
Percayalah

Aku yang tak bisa melepaskan
Kamu yang mengenggam hatiku
Walau mungkin terlalu cepat
Bagi kita berdua
Untuk mengatakan
Selamanya kita akan bersama

Melewati segalanya
Yang dapat pisahkan kita berdua
Selamanya kita akan bersama
Tak kan ada keraguan
Kini dan nanti
Percayalah

Hanya dirimu satu-satunya
Tercipta untukku
Houou.
Selamanya kita akan bersama
Tak kan ada keraguan
Kini dan nanti
Percayalah

Tak kan ada keraguan
Kini dan nanti
Tak kan ada keraguan
Kini dan nanti
Percayalah

Wednesday, July 1, 2020

DRUPADI

Dewi Drupadi / 

DEWI DRUPADI atau Dewi Kresna dan dikenal pula dengan nama Pancali (Mahabharata) adalah putri sulung Prabu Drupada, raja negara Pancala dengan permaisuri Dewi Gandawati, Putri Prabu Gandabayu dengan Dewi Gandini.
Dewi Drupadi mempunyai dua orang adik kandung bernama: Dewi Srikandi dan Arya Drestadyumna.
Dewi Drupadi berwajah sangat cantik, luhur budinya, bijaksana,sabar, teliti dan setia.
Dewi Drupadi selalu berbakti terhadap suaminya.

Menurut pedalangan Jawa, Dewi Drupadi menikah dengan Prabu Yudhistira/Puntadewa, raja negara Amarta dan berputra Pancawala. Sedangkan menurut Mahabharata, Dewi Drupadi menikah dengan lima orang satria Pandawa, Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sahadewa. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh lima orang putra, yaitu;
1. Partawindya dari Yudhistira.
2. Srutasoma dari Bima.
3. Srutakirti dari Arjuna
4. Srutanika dari Nakula
5. Srutawarman dari Sahadewa.

Akhir riwayatnya diceritakan, Dewi Drupadi mati moksa bersama-sama dengan kelima satria Pandawa setelah berakhirnya perang Bharatayuda.

_______________________________________________________

DEWI DRUPADI

Dewi Drupadi putri Prabu Drupada dan negara Cernpalareja, permaisuri Prabu Yudistira dan ibu Pancawala.

Drupadi seorang yang bersahaja dan selalu ikut memikirkan nasib Pendawa.
Suatu waktu, di dalam suatu perayaan ia dibikin malu oleh Dursasana, karena sanggulnya terlepas. Seketika itu juga Drupadi bersumpah takkan bersanggu1, sebelum berlangir, berseka kulit dengan darah Dursasana.

Dalam perang Baratayuda ia mengikuti Pendawa ke medan perang. Setelah Dursasana mati dibunuh oleh Werkodara, berlangirlah ia dengan darah Dursasana dan mulai saat itu ia bersanggul lagi.
Di sini terbukti, betapa kuatnya hati wanita dalam menepati janji yang pernah diucapkannya.
Wanita membela kematian suaminya terhitung perbuatan yang utama di dalam adat-istiadat.
Mengingat betapa sedihnya hati wanita yang ditinggal mati suaminya, maka kesediaannya untuk membela kematian suaminya adalah suatu pengorbanan yang maha besar. Malahan ada disebut di dalam cerita wayang, bahwa seorang putri yang membela diikuti pula di dalam perbuatannya itu oleh dayang dayangnya yang dengan itu ingin memperlihatkan kesetiaannya.

Dewi Drupadi bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka tenang dan tertunduk. Bersanggul keling, sebagian rambut terurai polos (bersahaja), bersunting waderan. Tak memakai perhiasan emas atau permata apapun. Segala-galanya sederhana seperti Prabu Yudistira.
Tutorialnya ada disini

Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982

Tuesday, June 30, 2020

Dudohno Aku - Lirik Lagu

Songwritter by Abiem Pangestu
Arrangement by dimas_amirrullah27

Lyric

Dudohno Aku

Yen Ngomong Sayang, Aku Wes Sayang
Yen Ngomong Setiyo, Aku Iki Setiyo
Sing Tak Pingini Gedene Tresnamu
Dudohno Ning Aku

Sekabehane Uwes Tak Ngerteni
Karo Kabeh Eleke Tingkahmu
Opo Maneh Gedene Egomu Sing Marai Atiku
Ajur Remuk Ngerteni Awakmu

Nanging Kabeh Iki Wes Tak Sabari
Wes Ra Mikir Tentang Harga Diri
Wes Kadung Loro Atiku Iki, Ra Kuat Ku Ngelakoni
Mugo Kowe Sitik oo.. Ngerteni

Reff :
Yen Ngomong Sayang, Aku Wes Sayang
Yen Ngomong Setiyo, Aku Iki Setiyo
Sing Tak Pingini Gedene Tresnamu
Dudohno Ning Aku

Baca Juga

Jagal Abilawa

Jagal Abilawa adalah nama samaran dari Raden Brotoseno / Bima, dia menyamarkan diri karena pada masa itu para Pandawa mendapat ujian karena ...