Tuesday, June 30, 2020

Dudohno Aku - Lirik Lagu

Songwritter by Abiem Pangestu
Arrangement by dimas_amirrullah27

Lyric

Dudohno Aku

Yen Ngomong Sayang, Aku Wes Sayang
Yen Ngomong Setiyo, Aku Iki Setiyo
Sing Tak Pingini Gedene Tresnamu
Dudohno Ning Aku

Sekabehane Uwes Tak Ngerteni
Karo Kabeh Eleke Tingkahmu
Opo Maneh Gedene Egomu Sing Marai Atiku
Ajur Remuk Ngerteni Awakmu

Nanging Kabeh Iki Wes Tak Sabari
Wes Ra Mikir Tentang Harga Diri
Wes Kadung Loro Atiku Iki, Ra Kuat Ku Ngelakoni
Mugo Kowe Sitik oo.. Ngerteni

Reff :
Yen Ngomong Sayang, Aku Wes Sayang
Yen Ngomong Setiyo, Aku Iki Setiyo
Sing Tak Pingini Gedene Tresnamu
Dudohno Ning Aku

Awal Kasmaran - Lirik lagu

Title: Awal Kasmaran
Artist: Happy Asmara
Album: The Best Aneka Safari - Awal Kasmaran
Songwriter: Wegah Lali

Lirik dan Terjemahan AWAL KASMARAN

Iki awal cerito (Ini awal cerita)
Ku ngrasakke tresno (Aku merasakan cinta)
Tresno karo konco (Cinta dengan teman)
Aku mung iso nrimo (Aku hanya bisa menerima)
Senajan mbok anggep konco (Walau kau anggap teman)
Tapi ora popo (Tapi tidak mengapa)

Nanging siji (Tapi satu)
Sing tak karepke ning ati (Yang ku inginkan di hati)
Tulung ngerteni rosoku iki (Tolong mengerti rasaku ini)

Iki awal cerito (Ini awal cerita)
Ku ngrasakke tresno (Aku merasakan cinta)
Tresno karo konco (Cinta dengan teman)
Aku mung iso nrimo (Aku hanya bisa menerima)
Senajan mbok anggep konco (Walau kau anggap teman)
Tapi ora popo (Tapi tidak mengapa)

Nanging siji (Tapi satu)
Sing tak karepke ning ati (Yang ku inginkan di hati)
Tulung ngerteni rosoku iki (Tolong mengerti rasaku ini)


Kuatno ati, kuatno rogo (Kuatkan hati, kuatkan raga)
Semoga cinta datang tak menghilang (Semoga cinta datang tak menghilang)

Nanging siji (Tapi satu)
Sing tak karepke ning ati (Yang ku inginkan di hati)
Tulung ngerteni rosoku iki (Tolong mengerti rasaku ini)

Urip yo mung sepisan (Hidup hanya sekali)
Karo kowe bebarengan (Hidup bersama dengan mu)
Senajan abot kanggo awakmu (Walau berat untuk dirimu)
Durung iso nompo awakku (Belum bisa menerima diriku)

Kuatno ati, kuatno rogo (Kuatkan hati, kuatkan raga)
Semoga cinta datang tak menghilang (Semoga cinta datang tak menghilang)

Urip yo mung sepisan (Hidup hanya sekali)
Karo kowe bebarengan (Hidup bersama dengan mu)
Senajan abot kanggo awakmu (Walau berat untuk dirimu)
Durung iso nompo awakku (Belum bisa menerima diriku)

Kuatno ati, kuatno rogo (Kuatkan hati, kuatkan raga)
Semoga cinta datang tak menghilang (Semoga cinta datang tak menghilang)
Kuatno ati, kuatno rogo (Kuatkan hati, kuatkan raga)
Semoga cinta datang tak menghilang (Semoga cinta datang tak menghilang)
________________________


Terjemahan AWAL KASMARAN

Ini awal cerita
Aku merasakan cinta
Cinta dengan teman
Aku hanya bisa menerima
Walau kau anggap teman
Tapi tidak mengapa

Tapi satu
Yang ku inginkan di hati
Tolong mengerti rasaku ini

Ini awal cerita
Aku merasakan cinta
Cinta dengan teman
Aku hanya bisa menerima
Walau kau anggap teman
Tapi tidak mengapa

Tapi satu
Yang ku inginkan di hati
Tolong mengerti rasaku ini


Kuatkan hati, kuatkan raga
Semoga cinta datang tak menghilang

Tapi satu
Yang ku inginkan di hati
Tolong mengerti rasaku ini

Hidup hanya sekali
Hidup bersama dengan mu
Walau berat untuk dirimu
Belum bisa menerima diriku

Kuatkan hati, kuatkan raga
Semoga cinta datang tak menghilang

Hidup hanya sekali
Hidup bersama dengan mu
Walau berat untuk dirimu
Belum bisa menerima diriku

Kuatkan hati, kuatkan raga
Semoga cinta datang tak menghilang
Kuatkan hati, kuatkan raga
Semoga cinta datang tak menghilang

Monday, June 29, 2020

Cerita Batara Yamadipati

Bathara Yamadipati merupakan dewa yang bertugas mencabut nyawa dan menjaga neraka, yang pada lakon “Nagatatmala – Mumpuni” Bathara Yamadipati sangat baik menjalankan tugasnya, sehingga mendapat suatu apresiasi dari Bathara Manikmaya dengan menghadiahinya Dewi Mumpuni untuk dinikahi. Namun hadiah tersebut ternyata merupakan ujian bagi Bathara Yamadipati karena Dewi Mumpuni yang ia nikahi berselingkuh dan ditakdirkan hidup dengan Nagatatmala. Sampai diakhir cerita Bathara Yamadipati memilih merelakan istrinya bahagia dengan Nagatatmala demi mematuhui takdir pahitnya dan demi nilai luhur kepatuhan yang selalu ia junjung.

Lakon “Nagatatmala – Mumpuni” merupakan lakon yang bersumber dari Serat Pustaka Raja Purwa yang dikarang / ditulis pada abad 18 oleh Raden Ngabehi Rangga Warsita, pujangga besar budaya Jawa yang hidup di Kasunanan Surakarta dan dianggap sebagai pujangga besar terakhir tanah Jawa. Bentuk karya sastra Pustaka Raja Purwa sendiri berupa tulisan prosa dan pusisi, yang isinya memuat
lebih dari 177 lakon yang salah satunya sendiri yaitu lakon “Mumpuni” atau dikenal dengan lakon “Nagatatmala – Mumpuni” yang kisahnya sendiri mengenai drama percintaan. Cerita atau kisah – kisah dalam serat Pustaka Raja Purwa bersumber / berhubungan dengan Epos Ramayana dan Mahabarata. Namun serat Pustaka Raja Purwa sebagian besar bercerita mengenai kehidupan para dewa atau leluhur tokoh
– tokoh Ramayana dan Mahabarata.
Terlepas dari banyaknya lakon dalam serat Pustaka Raja Purwa, yang akan dibahas dan dipaparkan pada laporan ini adalah lakon “Nagatatmala – Mumpuni”, dimana dibawah ini adalah cerita singkat lakon tersebut yang pada umumnya beredar dimasyarakat dan dalam dunia pewayangan.
Diceritakan awal kisah lakon “Nagatatmala – Mumpuni” adalah Bathara Yamadipati yang kala itu sangat baik menjalankan tugasnya sebagai penjaga neraka dan pencabut nyawa, ternyata mendapat suatu apresiasi dari adik sang ayah Bathara Yamadipati, yaitu Bathara Guru / Manikmaya. Apresiasi itu sendiri adalah menghadiahi Bathara Yamadipati seorang Dewi cantik yang bernama Mumpuni untuk dinikahi, Bathara Yamadipati pun menerimanya dengan senang hati hingga tak banyak membuang waktu mereka pun menikah dan hidup bersama di Kahyangan Hargadumilah. Hingga pada suatu waktu, ketika Bathara Yamadipati sedang bertugas menjaga neraka Yamaloka, tibalah kabar buruk dari abdi sang istri.

Dimana abdi tersebut menceritakan bahwa Dewi Mumpuni yang merupakan istri tercinta Bathara Yamadipati, dikabarkan tengah berselingkuh dengan Nagatatmala dan berencana pergi ke Saptapratala. Dengan emosi yang meluap – luap mendengar kabar tersebut, Bathara Yamadipati pun segera meninggalkan Yamaloka dan pergi ke kahyangan Hargadumilah. Namun sayanganya setelah Bathara Yamadipati sampai di kahyangan Hargadumilah, ternyata Nagatatmala dan istrinya Dewi Mumpuni sudah lebih dulu pergi. Bathara Yamadipati pun segera mengejarnya lagi ke Saptapratala. Sesampainya di Saptapratala bersiteganglah Bathara Yamadipati dengan Nagatatmala, hingga perkelahian pun pecah. Bathara Yamadipati yang sangat murka sangat berambisi untuk mengalahkan Nagatatmala. Pertarungan pun sangat sengit, dimana kahyangan dan bumi pun terguncang. Namun tak lama kemudian Bathara Narada yang merupakan resi / dewa penasehat yang sangat dijunjung akan petuah - petuahnya, merasakan perkelahian tersebut, dengan seketika Bathara Narada pun turun dari kahyangannya dan melerai perkelahian Bathara Yamadipati dengan Nagatatmala, serta tak mengunggu waktu lama Bathara Narada menjelaskan kepada Bathara Yamadipati bahwa perselingkuhan istrinya tersebut merupakan takdir, takdir bahwa Dewi Mumpuni sudah digariskan bersuami Nagatatmala. Hal tersebut pun di akui Dewi Mumpuni, ia berkata bahwa pernikahan dengan Bathara Yamadipati hanya karna rasa patuhnya akan hormat kepada Bathara Guru atau Manikmaya dan tentunya rasa cinta Dewi Mumpuni hanya kepada Nagatatmala. Mendengar penjelasan tersebut Bathara Yamadipati yang sebelum sangat emosi, seketika hancur hatinya, ia tak menyangka bahwa hal ini dapat menimpanya, dan dengan hati yang hancur Bathara Yamadipati tidak bisa berbuat apa – apa lagi, dengan sangat berat hati Bathara Yamadipati pun patuh akan takdir yang dijelaskan oleh Bathara Narada dan merelakan Dewi Mumpuni hidup bahagia bersama Nagatatmala.

Sunday, June 28, 2020

Siapakah Batara YAMADIPATI ?

 Sang Hyang Yamadipati merupakan anak dari Semar dan Dewi Kinatri, Menurut kitab Purana, Yama adalah putra Surya (dewa matahari) dan Saranya (putri Wiswakarma). Dia memiliki kakak bernama Waiwaswata Manu, dan saudara kembar perempuan bernama Yamuna. Selain itu, ia memiliki ibu tiri bernama Radnyi, Praba, dan Caya. Karena Caya lebih memperhatikan anak kandungnya sendiri daripada anak tirinya, Yama menendang kakinya. Hal itu membuatnya dikutuk bahwa kakinya akan digerogoti oleh cacing. Cacing-cacing tersebut juga akan menyebabkan kakinya bernanah dan berdarah. Untuk mengurangi kutukan tersebut, Surya memberikan seekor burung kepada Yama untuk memakan cacing-cacing tersebut. Kemudian Yama memutuskan untuk pergi ke sebuah tempat suci yang bernama Gokarna. Disana ia memuja Siwa dengan cara bertapa selama ribuan tahun. Siwa berkenan dengan tapa yang dilakukan Yama, lalu ia diangkat sebagai dewa kematian. Ia diberi hak untuk menjatuhkan hukuman kepada orang-orang yang melakukan dosa, dan memberikan berkah kepada orang-orang yang berbuat kebajikan. dia memiliki istri bernama Dewi Mumpuni yang digambarkan sangat cantik. Dewi Mumpuni ini sebenarnya menikahi Sang Hyang Yamadipati dengan terpaksa sebab ia adalah istri pemberian Batara Guru untuk Sang Hyang Yamadipati. Yamadipati adalah seorang dewa yang digambarkan memiliki wajah yang menyeramkan dan memiliki tubuh yang besar dan menakutkan, bahkan jika seseorang yang melihat sosoknya dipercaya akan mendapat celaka. Arti dari namanya adalah Rajanya Neraka sebab dia bertugas menjaga neraka dan mencabut nyawa manusia yang sudah hampir mati. Ketika bertugas untuk mencabut nyawa dia membawa semacam tali tampar atau disebut juga dadhung.

Suatu ketika dia diceraikan oleh istrinya Dewi Mumpuni yang kemudian menikah dengan Bambang Nagatatmala. Hati Sang Hyang Yamadipati pun sangat terluka dan ia mulai jarang pulang ke Khayangan Hargadumilah, tempat dimana ia tinggal. Dewi Mumpuni mengatakan bahwa dia terpaksa menjadi istri Yamadipati karena Ia menghormati Batara Guru. Meskipun Yamadipati merasa kecewa terhadap Dewi Mumpuni karena telah menceraikannya, Ia tetap mencoba untuk berbesar hati dan merelakan Dewi Mumpuni menikahi orang yang dicintainya.

Pada suatu waktu ketika Yamadipati melaksanakan tugasnya mencabut nyawa seorang manusia yang bernama Setyawan, Yamadipati sangat terkesan oleh istri Setyawan yang bernama Sawitri. Sawitri sangat mencintai suaminya sehingga ia membuat Sang Hyang Yamadipati berbelas kasihan kepadanya. Maka, Setyawan pun dibiarkannya tetap hidup dan bahagia bersama istrinya.

Sang Hyang Yamadipati merupakan potret kehidupan manusia Indonesia yang mampu berbesar hati dalam menerima sebuah keadaan. Walaupun merasa dirugikan atau tersakiti, Sang Hyang Yamadipati masih mampu untuk berbaik hati. Ini merupakan salah satu contoh sikap penyabar dan tidak memendam kekesalan.
Versi Pewayangan Jawa Dalam cerita wayang jawa disebut dengan nama Bathara Yama/Yamadipati. Ia adalah anak ke delapan dari sepuluh orang putra Sanghyang Ismaya dengan Dewi Senggani. Kesembilan orang saudaranya masing-masing bernama; Bathara Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati, Bathara Siwah, Bathara Kuwera, Bathara Candra, Bathara Kamajaya, Bathara Surya dan Dewi Darmanesti. Bathara Yama bertempat tinggal di Kahyangan Hargadumilah. Ia dahulunya berwajah tampan. Tetapi karena memendam rasa kekecewaan yang berkepanjangan dan akhirnya meledak menjadi kebencian, wajahnya berubah menjadi bengis menyeramkan sebagai akibat perbuatan Dewi Mumpuni, istrinya. Dewi Mumpuni hapsari Kaideran yang karena terpaksa menjadi istri Bathara Yama atas perintah Sanghyang Manikmaya, akhirnya kabur dari Kahyangan Hargadumilah setelah bertemu dengan Bambang Nagatmala, putra Hyang Anantaboga dengan Dewi Suprepti dari Kahyangan Saptapratala.
Bathara Yama tidak dapat berbuat apa-apa karena Sanghyang Manikmaya memutuskan, sesuai takdir Dewi Mumpuni harus berjodoh dengan Nagatmala. Karena menahan amarah, wajah Bathara Yama berubah menjadi setengah raksasa. Oleh Sanghyang Manikmaya, Bathara Yama kemudian ditetapkan sebagai penguasa neraka dan bertugas untuk mencabut nyawa manusia yang mati karena takdir.

Friday, June 26, 2020

membuat wayang dari kertas

Buta Rambut Geni diciptakan pada zaman kerajaan Mataram tahun Jawa 1552 ini mempunyai ciri khusus, rambutnya berupa api, dahi nonong dan kakinya bertaji seperti ayam jantan. Bersama dengan rekan-rekannya, Buta Prepat muncul dalam perang kembang.
Wayang karakter buto dikeluarkan saat sang tokoh sedang triwikrama telah habis kesabaran dan kebijaksanaannya sehingga nafsu amarahnya memuncak. Disebut juga Brahalasewu atau Balasewu. Tokoh-tokoh yang dapat bertriwikrama menjadi Brahalasewu adalah Batara Guru, Batara Ismaya, Batara Wisnu, Prabu Arjuna Sasrabahu, Prabu Kresna, Prabu Darmakusuma dan mungkin masih ada yang lain lagi.

Tuesday, June 23, 2020

siapakah Buto Terong ? Buto Terong adalah....

Buta Terong merupakan nama penokohan wayang yang tidak asing di dalam telinga orang Jawa.  Buta Terong merupakan salah satu dari sekelompok bangsa raksasa liar yang banyak mendiami hutan-hutan di wilayah tengah dan sisi tenggara dalam dunia wayang.
Buta Terong jumlahnya tersebar sangat banyak dan mereka hidup dengan mengelompok. Makanan kegemaran mereka adalah manusia hidup.

Seperti kebanyakan dari bangsa raksasa, Buta Terong juga sangat takut pada bangsa Ular dan bangsa Dewa. Lalu dari mana nama Buta Terong diambil? Nama Buta Terong ini diambil karena bentuk dari hidungnya yang khas dan mirip serupa dengan buah terong. Buta Terong adalah termasuk punggawa raksasa kecil (dalam bahasa jawa buta rucah), dalam perang kembang atau perangnya buta cakil dengan seorang satria kadangkala Ki Dalang juga memainkan tokoh wayang Buta Terong yang dipertemukan dengan Petruk atau Bagong, raksasa ini tak punya kesaktian apa-apa sering kali dipermainkan oleh Petruk dan Bagong sebagai bahan ketawaan.

Buta Terong mempunyai hidung menyerupai buah terong kalau hidung tersebut disingkap akan jelas perkataan Buta Terong, namun kalau tidak pembicaraanya sulit ditangkap oleh lawan bicaranya.

Oleh karena kesaktiannya, dalam lakon pewayangan Buta Terong sering menjadi lawan dari ksatria-ksatria yang lebih besar seperti Bima/Werkudara. Sedangkan Buta Cakil menjadi lawan yang pantas untuk ksatria yang lebih kecil dan anggun seperti Arjuna. Buta Terong termajsuk dalam golongan Buta Prepat yang terdiri dari empat raksasa, yaitu
- Buta Cakil,
- Buta Rambut Geni,
- Buta Terong,
- dan Pragalba Kala.

Monday, June 22, 2020

Waduk Oro Oro Ombo - Ngetos - Nganjuk

waduk oro oro ombo adalah sebuah irigasi yang terdapat di desa oro oro ombo ngetos dan juga merupakan tempat wisata waduk milik Kabupaten Nganjuk. waduk oro oro ombo ini terletak di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, terletak sekitar kurang lebih 25 km ke selatan dari pusat Kota Nganjuk. Waduk oro oro ombo ini memiliki kedalaman kurang lebih 4 meter dan sering dikunjungi oleh masyarakat setempat sebagai rekreasi keluarga dan juga tempat pemancingan.

waduk oro oro ombo Didirikan sejak tahun 2010, waduk oro oro ombo di gunakan masyarakat sekitar untuk irigasi. Waduk oro oro Ombo berada di pegunungan dikelilingi oleh panorama lereng gunung yang sangat indah. sobat bisa menikmati keindah panora pesona nuansa pegunungan yang indah. di waduk oro oro ombo ini pengunjungnya kebanyakan masih dari orang-orang lokal.
di Waduk oro oro ombo Kita bisa memancing di karenakan di setiap tahun di waduk oro oro ombo di tabur bibit ikan yang memang bertujuan untuk para penghobi mancing untuk daya tarik tersendiri para pengunjung dan di kelilingi lereng pegunungan yang sangat indah yang yang bisa kita nikmati pemandangannya. Ada begitu banyak pohon di sekitar waduk jenis pohonnyapun sangat beraneka ragam, cuaca panas di Nganjuk dan cuaca bukit ini membuat kombinasi yang baik untuk memancing di bawah pohon. Bentuk Hills sekitar waduk bisa menjadi pemandangan yang indah untuk mengambil gambar. Ini adalah harmonis objek yang dapat menjadi pilihan untuk menyegarkan dengan keluarga dan cukup cocok untuk orang yang suka memancing, dan juga bisa menjadi spot photo alami yang sangat menakjubkan, sekarang ini juga sudah terdapat beberapa vila yang mungkin suatu saat nanti akan menjadi objek wisata keluarga yang banyak pengunjungnya.

Baca Juga

Jagal Abilawa

Jagal Abilawa adalah nama samaran dari Raden Brotoseno / Bima, dia menyamarkan diri karena pada masa itu para Pandawa mendapat ujian karena ...