Setelah ramai dengan kabar pernikahnnya dengan aktris Dinda Hauw, penyanyi Rey Mbayang kembali meramaikan media sosial. Kali ini ia datang lagi dengan lagu barunya yang berjudul ‘Di Sepertiga Malam’.
Baru dirilis dua hari, lagu barunya ini langsung menjadi trending di Youtube. Hingga kini, video musik ‘Di Sepertiga Malam’ sudah mendapatkan lebih dari 3 juta penonton.
Title : Di Sepertiga Malam
Artis : Rey Mbayang
Composer : Rey Mbayang
Arranger : Eza Septian
Di Sepertiga Malam
Lirik :
Saat kuputuskan bertemu orang tuamu
kuyakinkan diri kaulah yang terbaik
Dan saat kau memilih
Aku yang pantas untukmu
Hati ini berikrar tuk selalu menjagamu
Reff :
Ku yakin kaulah jawaban
Di setiap pintaku walau kubelum tahu namamu
Bisikan di sujudku di sepertiga malamku
Untuk kehadiranmu sempurnakan imanku
Saat kau memilih
Aku yang pantas untukmu
Hati ini berikrar tuk selalu menjagamu
Reff :
Ku yakin kaulah jawaban
Di setiap pintaku walau kubelum tahu namamu
Bisikan di sujudku di sepertiga malamku
Untuk kehadiranmu sempurnakan imanku
Buang cerita lama
Rangkai cerita baru
Menua bersama . . .
Sunday, August 2, 2020
Friday, July 31, 2020
ANOMAN KRODHA | TIWIKRAMA
Semakin besar tubuh Anoman maka semakin besar juga kekuatannya. Anoman mampu membesar bertahap mulai dari tujuh kali lipat, tujuh puluh kali lipat, tujuh ratus kali lipat hingga tujuh ribu kali lipat dari ukuran semula. Bahkan besar tubuh Anoman Krodha mampu menyamai besar tubuh Brahala Sewu dan Dewa Amral. Kekuatan lengan-lengan Anoman Krodha mampu mencabut gunung dari tempatnya dan menggeser posisi matahari & bulan di langit.
Injakan kaki Anoman Krodha mampu membuat gempa dan membelah bumi, serta nafas Anoman mampu membakar hutan-hutan dan menguapkan lautan. Tebasan Kuku Pancanaka milik Anoman juga mampu membelah gunung dan lautan. Bila mengibas-ngibaskan. Tokoh ini merupakan tokoh akulturasi dari Mitolgi Hinduisme yang di-sanggit oleh para Pujangga Jawa.
Triwikrama atau sering disebut Tiwikrama adalah kemampuan titisan Wisnu dan beberapa makhluk lainnya untuk berubah ujud menjadi raksasa yang amat besar, bertangan seribu yang disebut brahala.
Dalam pewayangan, tokoh titisan Wisnu yang tergolong sering melakukan Tiwikrama adalah Arjuna Sasrabahu dan Kresna.
Selain titisan Wisnu, Dasamuka juga bisa bertiwikrama. Dalam keadaan biasa, Dasamuka hanya berkepala satu. Namun, ketika bertiwikrama ia berkepala sepuluh dan tubuhnya menjadi jauh lebih besar.
Dalam lakon carangan berjudul Dewa Amral. Prabu Yudhistira juga melakukan triwikrama. Begitu juga Anoman, beberapa buku pewayangan menyebutkan putra Dewi Anjani itu juga sanggup melakukan tiwikrama. Misalnya ketika ia menjadi duta, waktu ia menyeberangi lautan, Anoman diterkam Wilkataksani dan ditelannya. Saat Anoman berada di dalam tenggorokan raksasa itu, ia melakukan tiwikrama sehingga leher raksasa itu bedah dan Wikataksani mati seketika.
Dalam seni kriya, khusus untuk Kresna, Arjuna dan Puntadewa, peraga wayang yang menggambarkan keadaan tiwikrama disebut brahala.
Pada pewayangan gagrak Jawatimuran, Antareja yang sedang tiwikrama dilukisakan berwajah ular naga dan badannya bersisik. Arjunasasrabahu dan Dasamuka, jika sedang tiwikrama digambarkan bertangan banyak. Tangan-tangan kecil ditambahkan pada bahu dan lengannya.
Tuesday, July 28, 2020
Lirik Serpihan Hati | Wali
Wali - Serpihan Hatiku (Official Music Video NAGASWARA)
Artist : Wali
Title : Serpihan Hatiku
Composed by : Apoy
Arrangement : Wali
Lirik Lagu :
Bila saat nanti kau hancurkan hatiku
Ku tetap sayangimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau hancurkan
Bila saat nanti kau remukan hatiku
Ku tetap cintaimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau remukan
Lihatlah mentari pagi telah berganti senja sore hari
Begitupun yang terjadi pada setiap isi dihati
Bukan ku tak mempercayaimu
Tapi tak ada hati yang tak pernah tak berubah
Bila saat nanti kau hancurkan hatiku
Ku tetap sayangimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau hancurkan
Bila saat nanti kau remukan hatiku
Ku tetap cintaimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau remukan
(Sudahlah jangan fikirkan itu takkan ku lakukan
Serahkanlah pada Tuhan pemberi jawaban)
Bila saat nanti kau hancurkan hatiku
Ku tetap sayangimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau hancurkan
Bila saat nanti kau remukan hatiku
Ku tetap cintaimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau remukan
Serpihan hatiku
Yang telah kau remukan
Artist : Wali
Title : Serpihan Hatiku
Composed by : Apoy
Arrangement : Wali
Lirik Lagu :
Bila saat nanti kau hancurkan hatiku
Ku tetap sayangimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau hancurkan
Bila saat nanti kau remukan hatiku
Ku tetap cintaimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau remukan
Lihatlah mentari pagi telah berganti senja sore hari
Begitupun yang terjadi pada setiap isi dihati
Bukan ku tak mempercayaimu
Tapi tak ada hati yang tak pernah tak berubah
Bila saat nanti kau hancurkan hatiku
Ku tetap sayangimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau hancurkan
Bila saat nanti kau remukan hatiku
Ku tetap cintaimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau remukan
(Sudahlah jangan fikirkan itu takkan ku lakukan
Serahkanlah pada Tuhan pemberi jawaban)
Bila saat nanti kau hancurkan hatiku
Ku tetap sayangimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau hancurkan
Bila saat nanti kau remukan hatiku
Ku tetap cintaimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau remukan
Serpihan hatiku
Yang telah kau remukan
Bojomu semangatku - Happy Asmara - Lirik lagu
BOJOMU SEMANGATKU
Songwrite : GOPY
Voc : Happy Asmara
LIRIK JAWA :
Bojomu semangatku
Ojo nganti melayu ning aku
Jogoen rumaten ojo di loro ati
nek gak kepingin ku ambil kembali
tulung jogoen bojomu kuwi
ojo nganti ucul neng ngendi ngendi
ojo sampek ketemu ro aku
ben ra ciloko uripmu
Kowe tak kandani yen bojomu kuwi
Tau ngikat janji sehidup semati
Karo aku Nalikane mbiyen
waktu sek jamane pacaran
Bojomu semangatku
Ojo nganti melayu ning aku
Bojomu semangatku
Ojo nganti kerasan ning aku
Bojomu semangatku
Ojo nganti melayu ning aku
Jogoen rumaten ojo di loro ati
nek gak kepingin ku ambil kembali........
LIRIK INDONESIA :
SuamiMu semangatku
Jangan sampai berlari ke aku
Jagalah Rawatlah jangan kau buat sakit hati
Kalau tidak ingin Kuambil kembali
Tolong jagalah suamimu itu
Jangan sampai keluyuran kemana mana
Jangan sampai ketemu denganku
Supaya tidak celaka hidupmu
Kau kuberi tau Kalau suamimu itu
Pernah ngikat janji Sehidup semati
Bersamaku Waktu itu
Waktu masih masa pacaran
SuamiMu semangatku
Jangan sampai berlari ke aku
SuamiMu semangatku
Jangan sampai betah bersamaku
SuamiMu semangatku
Jangan sampai berlari ke aku
Jagalah Rawatlah jangan kau buat sakit hati
Kalau tidak ingin Kuambil kembali....
Songwrite : GOPY
Voc : Happy Asmara
LIRIK JAWA :
Bojomu semangatku
Ojo nganti melayu ning aku
Jogoen rumaten ojo di loro ati
nek gak kepingin ku ambil kembali
tulung jogoen bojomu kuwi
ojo nganti ucul neng ngendi ngendi
ojo sampek ketemu ro aku
ben ra ciloko uripmu
Kowe tak kandani yen bojomu kuwi
Tau ngikat janji sehidup semati
Karo aku Nalikane mbiyen
waktu sek jamane pacaran
Bojomu semangatku
Ojo nganti melayu ning aku
Bojomu semangatku
Ojo nganti kerasan ning aku
Bojomu semangatku
Ojo nganti melayu ning aku
Jogoen rumaten ojo di loro ati
nek gak kepingin ku ambil kembali........
LIRIK INDONESIA :
SuamiMu semangatku
Jangan sampai berlari ke aku
Jagalah Rawatlah jangan kau buat sakit hati
Kalau tidak ingin Kuambil kembali
Tolong jagalah suamimu itu
Jangan sampai keluyuran kemana mana
Jangan sampai ketemu denganku
Supaya tidak celaka hidupmu
Kau kuberi tau Kalau suamimu itu
Pernah ngikat janji Sehidup semati
Bersamaku Waktu itu
Waktu masih masa pacaran
SuamiMu semangatku
Jangan sampai berlari ke aku
SuamiMu semangatku
Jangan sampai betah bersamaku
SuamiMu semangatku
Jangan sampai berlari ke aku
Jagalah Rawatlah jangan kau buat sakit hati
Kalau tidak ingin Kuambil kembali....
Tiwikrama adalah
bagi kita yang senang mengikuti atau menonton pagelaran wayang pasti tahu apa itu Tiwikarma? Tiwikarma adalah suatu ajian atau kemampuan untuk merubah diri menjadi Raksasa yang tak terkalahkan. Dalam lakon Kresna Duta, Sri Kresna sebagai utusan pihak Pandawa tak mampu menahan amarahnya tatkala mendengar jawaban dan melihat kelakuan Duryudana dalam menempik janji mereka untuk menyerahkan kembali kerajaan astina pada Pandawa meskipun telah diperingatkan tetua Astina seperti Resi Bisma dan lainnya.
atau juga ada yang menyebutkan bahwa Tiwikrama adalah kemampuan titisan Wisnu dan beberapa makhluk lainnya untuk berubah ujud menjadi raksasa yang amat besar, bertangan seribu yang disebut brahala. Dalam pewayangan, tokoh titisan Wisnu yang tergolong sering melakukan Tiwikrama adalah Arjuna Sasrabahu dan Kresna. Selain titisan Wisnu, Dasamuka juga bisa bertiwikrama. Dalam keadaan biasa, Dasamuka hanya berkepala satu. Tak hanya Sri Kresna yang memiliki kemampuan ini, Puntadewa atau Yudistira pun mampu merubah perangai aslinya yang lembut menjadi sosok yang mengerikan.
(Gambar kiri merupakan Anoman dalam kondisi Krodha koleksi Ki Kondang Sutrisno dan gambar kanan merupakan Anoman dalam kondisi normal).
gambar dari : wayang.id
Beberapa tokoh lainnya pun memiliki kemampuan serupa melakukannya.
salah satu contoh tiwikarma yaitu Anoman, beberapa buku pewayangan menyebutkan putra Dewi Anjani itu juga sanggup melakukan tiwikrama. Misalnya ketika ia menjadi duta, waktu ia menyeberangi lautan, Anoman diterkam Wilkataksani dan ditelannya. Saat Anoman berada di dalam tenggorokan raksasa itu, ia melakukan tiwikrama sehingga leher raksasa itu bedah dan Wikataksani mati seketika. Dalam seni kriya, khusus untuk Kresna, Arjuna dan Puntadewa, peraga wayang yang menggambarkan keadaan tiwikrama disebut brahala. Pada pewayangan Jawatimuran
atau juga ada yang menyebutkan bahwa Tiwikrama adalah kemampuan titisan Wisnu dan beberapa makhluk lainnya untuk berubah ujud menjadi raksasa yang amat besar, bertangan seribu yang disebut brahala. Dalam pewayangan, tokoh titisan Wisnu yang tergolong sering melakukan Tiwikrama adalah Arjuna Sasrabahu dan Kresna. Selain titisan Wisnu, Dasamuka juga bisa bertiwikrama. Dalam keadaan biasa, Dasamuka hanya berkepala satu. Tak hanya Sri Kresna yang memiliki kemampuan ini, Puntadewa atau Yudistira pun mampu merubah perangai aslinya yang lembut menjadi sosok yang mengerikan.
(Gambar kiri merupakan Anoman dalam kondisi Krodha koleksi Ki Kondang Sutrisno dan gambar kanan merupakan Anoman dalam kondisi normal).
gambar dari : wayang.id
Beberapa tokoh lainnya pun memiliki kemampuan serupa melakukannya.
salah satu contoh tiwikarma yaitu Anoman, beberapa buku pewayangan menyebutkan putra Dewi Anjani itu juga sanggup melakukan tiwikrama. Misalnya ketika ia menjadi duta, waktu ia menyeberangi lautan, Anoman diterkam Wilkataksani dan ditelannya. Saat Anoman berada di dalam tenggorokan raksasa itu, ia melakukan tiwikrama sehingga leher raksasa itu bedah dan Wikataksani mati seketika. Dalam seni kriya, khusus untuk Kresna, Arjuna dan Puntadewa, peraga wayang yang menggambarkan keadaan tiwikrama disebut brahala. Pada pewayangan Jawatimuran
Thursday, July 23, 2020
DURYUDANA dalam Bahasa Jawa
DURYUDANA
Duryudana sa adhi-adhine iku watake angkara murka, srei, jail-methakil, jalaran tansah diapusi lan diojok-ojoki déning bapa pamane, Patih Harya Sengkuni (Sakuni). Bedha karo Prabu Dasamuka, nata ing Ngalengka kae, sanajan padha-padha watake angkara murka, nanging yèn Dasamuka kabèh tumindhake sing angkara murka iku tukul saka prentule atine dhéwé. Déné yèn Duryudana anggoné duwé watak angkara murka amarga disetir déning Patih Sengkuni. Mula Duryudana iya banjur tansah mungsuhi marang para Pandhawa.
Garwa prameswarine Prabu Duryudana sesilih Dewi Banowati, putrine Prabu Salya ing Mandaraka. Sanadyan Duryudana iku wujudé cakrak, gantheng, nanging emane bodho banget. Pikirane landhep dhengkul. Isih ketambahan watake angkara murka. Muloa ora ana putri sing seneng karo dhèwèké. Nalika arep ngrabi karo Dewi Erawati (putri pembayune Prabu Salya), direbut utawa kalah dhisik karo Raden Kakrasana (Prabu Baladewa). Arep péngin ngrabi Dewi Surtikanthi (putrine Prabu Salya sing angka loro), didhisiki Suryatmaja (Adipati Karna). Wasana bisa dhaup karo Dewi Banowati amarga pitulungane Raden Permadi (Arjuna).Satemene Banowati ora duwé rasa tresna marang Duryudana, jalaran Banowati wis luwih dhisik sesambungan tresna marang Permadi.
Miniatur wayang Duryudana |
bola-bali meh kasoran. Pungkasane Werkudara bisa ngerti yèn pengapesane Duryudana ana ing pupune (wentise)kang sisih kiwa. Nalika Duryudana lena kaprayitnane, wentise digitik nganggo gadha Rujakpolo déning Werkudara saéngga kuwandane Duryudana jengkelang gumebruk ing bantala. Nuli musthane dikepruk nganggo gadha lan pasuryane diungsep-ungsepake ana wadhas curi saéngga wewujudane memper jrangkong. Ana kaanan sekarat, Duryudana isih kober nguman-uman marang Werkudara lan para Pandhawa liyané. Diunek-unekake kaya mangkono iku Werkudara meh baé muntab kanepsone nanging dipenggak Prabu Kresna. Wusanane Duryudana enthek dayane lan banjur mati kanthi aniyaya ana sajeroning paprangan Baratayuda kang pungkasan, mbarengi ambruke nagara Ngastina. Mula perang iki banjur karan carita "Rubuhan Duryudana Gugur".
DURYUDANA dalam Bahasa Indonesia
Wednesday, July 22, 2020
SUBALI
Bali atau yang lebih dikenal dengan sebutan Subali, adalah nama seorang raja Wanara dalam wiracarita Ramayana. Ia merupakan kakak dari Sugriwa. Ketika terjadi perselisihan antara Subali dan Sugriwa kedua Wanara bersaudara itu, Rama berada di pihak Sugriwa. Subali akhirnya tewas di tangan pangeran dari Ayodhya tersebut.
Subali juga dikenal dalam dunia pewayangan Jawa sebagai seorang pendeta Wanara berdarah putih yang tinggal di puncak Gunung Sunyapringga. Ia memiliki Aji Pancasona yang membuatnya tidak bisa mati. Ilmu kesaktian tersebut diwariskannya kepada Rahwana, musuh besar Rama.
Nama Subali berasal dari kata bala, yang dalam bahasa Sanskerta bermakna "rambut". Konon ia dilahirkan melalui rambut ibunya, sehingga diberi nama Bali atau Subali. Setelah dewasa, Subali menjadi raja bangsa Wanara di Kerajaan Kiskenda, sedangkan Sugriwa bertindak sebagai wakilnya.
Menurut versi Ramayana, Subali dan Sugriwa adalah sepasang Wanara kembar yang dilahirkan oleh seorang ibu, tetapi berbeda ayah. Keduanya sama-sama putra dewa. Subali adalah putra Indra, sedangkan Sugriwa merupakan putra Surya.
Berbeda dengan versi aslinya, dalam pewayangan Jawa, Subali dan Sugriwa pada mulanya terlahir sebagai manusia normal. Keduanya masing-masing bernama Guwarsi dan Guwarsa. Mereka memiliki kakak perempuan bernama Anjani. Ketiganya merupakan anak Resi Gotama dan Dewi Indradi yang tinggal di Pertapaan Agrastina.
Pada suatu hari Anjani, Guwarsi, dan Guwarsa berselisih memperebutkan cupu milik ibu mereka yang luar biasa indahnya. Hal itu diketahui oleh Gotama. Indradi pun dipanggil dan ditanya dari mana cupu tersebut berasal. Gotama sebenarnya mengetahui kalau cupu itu adalah benda kahyangan milik Batara Surya yang bernama Cupumanik Astagina. Indradi yang ketakutan diam tak mau menjawab. Gotama yang marah karena merasa dikhianati mengutuk istrinya itu menjadi tugu. Ia lalu melemparkan tugu tersebut sejauh-jauhnya, sampai jatuh di perbatasan Kerajaan Alengka.
Meskipun kehilangan ibu, ketiga anak Gotama tetap saja memperebutkan Cupu Astagina. Gotama pun membuang benda itu jauh-jauh. Tanpa sepengetahuan siapa pun, Cupu Astagina jatuh di sebuah tanah kosong dan berubah menjadi telaga. Guwarsi dan Guwarsa begitu sampai di dekat telaga itu segera menceburkan diri karena mengira cupu yang mereka cari jatuh ke dalamnya. Seketika itu juga wujud keduanya berubah menjadi wanara atau kera. Sementara itu Anjani yang baru tiba merasa kepanasan. Ia pun mencuci muka menggunakan air telaga tersebut. Akibatnya, wajah dan lengannya berubah menjadi wajah dan lengan kera.
Anjani, Guwarsi, dan Guwarsa menghadap Gotama dengan perasaan sedih. Ketiganya pun diperintahkan untuk bertapa menyucikan diri. Anjani bertapa di Telaga Madirda. Kelak ia bertemu Batara Guru dan memperoleh seorang putra bernama Hanoman. Sementara itu Guwarsi dan Guwarsa yang telah berganti nama menjadi Subali dan Sugriwa masing-masing bertapa di Gunung dan Hutan Sunyapringga. Ketiga anak Gotama tersebut berangkat ke tempat tujuan masing-masing. Sesuai petunjuk ayah mereka, Anjani bertapa dengan gaya berendam telanjang seperti seekor katak, Subali menggantung di dahan pohon seperti seekor kelelawar, sedangkan Sugriwa mengangkat sebelah kakinya seperti seekor kijang.
Persahabatan Rahwana dan Subali
Versi Ramayana mengisahkan, Subali bersahabat dengan Rahwana raja bangsa Rakshasa dari Kerajaan Alengka. Pada mulanya mereka sempat berkelahi karena Rahwana datang untuk menaklukkan Kerajaan Kiskenda. Namun dalam pertarungan tersebut Rahwana kalah. Subali mengampuninya dan menjadikannya teman.
Versi pewayangan Jawa bahkan mengisahkan Rahwana kemudian berguru kepada Subali. Rahwana yang pandai bersandiwara berhasil meyakinkan Subali bahwa dirinya telah bertobat. Subali pun mengajarkan Aji Pancasunya kepadanya. Ia juga selalu menasihati Rahwana supaya menggunakan ilmu tersebut di jalan kebenaran.
Rahwana yang telah memperoleh ilmu baru berniat melanjutkan aksinya untuk menguasai dunia. Terlebih dahulu ia berusaha menyingkirkan Subali yang dianggapnya sebagai penghalang. Ia pun mengirim pembantunya yang bernama Marica untuk menyamar sebagai pelayan Tara. Pelayan palsu jelmaan Marica itu datang dan melapor kepada Subali bahwa Tara setiap hari disiksa Sugriwa. Konon Sugriwa juga mengungkit-ungkit nama Subali setiap kali menyiksa Tara. Subali marah mendengar laporan tersebut. Ia pun mendatangi Sugriwa di Kiskenda. Sugriwa dihajar tanpa ampun. Tubuhnya dilemparkan sampai jatuh dan terjepit di sepasang pohon asam kembar di puncak Gunung Reksyamuka. Subali kemudian menetap di Kerajaan Kiskenda serta menikahi Tara. Dari perkawinan itu kemudian lahir Anggada.
Kisah perselisihan Subali dan Sugriwa menurut versi pewayangan Jawa di atas agak berbeda dengan versi aslinya. Menurut versi Ramayana, sejak awal Subali sudah menjadi raja di Kerajaan Kiskenda. Kemudian datang seorang Rakshasa bernama Dundubi yang manantangnya adu kesaktian. Dalam pertarungan itu Dundubi berhasil dikalahkan. Ia melarikan diri sampai ke Gunung Reksyamuka tempat pertapaan Resi Matangga. Di pertapaan itu Subali membunuh Dundubi. Resi Matangga marah karena pertapaannya dikotori. Ia pun mengutuk Subali akan mati jika berani menginjakkan kaki di Gunung Reksyamuka.
Subali kemudian bertemu saudara Dundubi yang bernama Mayawi. Keduanya pun bertarung. Mayawi kalah dan melarikan diri ke dalam gua. Subali terus mengejarnya. Sugriwa ikut mengejar namun menunggu di luar gua. Ia mendengar suara raungan kakaknya dan melihat darah mengalir keluar gua. Sugriwa sedih dan mengira Subali telah tewas. Sugriwa kembali ke Kiskenda dan didesak rakyatnya untuk menjadi raja baru menggantikan Subali. Tiba-tiba Subali muncul dengan penuh rasa marah. Ternyata yang tewas adalah Mayawi, bukan dirinya. Ia pun menghajar Sugriwa sedemikian rupa. Sugriwa yang ketakutan melarikan diri ke Gunung Reksyamuka, di mana Subali tidak berani mengejarnya.
Kisah Kematian Subali
Sugriwa bersembunyi di Gunung Reksyamuka ditemani Hanoman yang setia kepadanya. Hanoman berhasil mempertemukan Sugriwa dengan Sri Rama, seorang pangeran dari Ayodhya yang kehilangan istri karena diculik oleh Rahwana. Keduanya pun mengadakan kesepakatan. Rama akan membantu Sugriwa memperoleh kembali takhta Kiskenda, sedangkan Sugriwa berjanji akan membantu Rama menyerang negeri Rahwana.
Sesuai rencana, Sugriwa pun datang ke istana Kiskenda untuk menantang Subali bertanding. Subali yang marah hendak menghadapi Sugriwa, tetapi dicegah oleh Tara, istrinya. Tara mencurigai Sugriwa yang dulu pernah kalah tetapi kini tiba-tiba berani datang untuk menantang bertarung. Namun Subali tidak menghiraukan nasihat istrinya itu. Ia memilih keluar untuk melayani tantangan adiknya. Antara Subali dan Sugriwa pun segera terjadi pertarungan sengit. Dari kejauhan, Rama yang ditemani adiknya, Laksmana, serta Hanoman, membidikkan panah ke arah Subali. Namun ia merasa bingung membedakan kedua Wanara kembar tersebut. Sugriwa yang kewalahan memilih melarikan diri. Rama datang menemui Sugriwa yang marah-marah karena merasa dikhianati. Rama mengaku bingung dan takut salah menyerang. Sugriwa pun dimintanya menantang Subali sekali lagi dengan mengenakan kalung untaian bunga sebagai penanda (dalam pewayangan Sugriwa diminta memakai kalung janur kuning).
Sugriwa kembali bertarung melawan Subali. Saat Sugriwa terdesak untuk yang kedua kalinya, Rama muncul dan melepaskan panahnya ke dada Subali. Subali pun roboh tak sempat menghindar. Subali yang sekarat dalam keadaan marah menghina Rama sebagai kesatria pengecut yang tidak tahu dharma. Mendengar penghinaan itu, Rama menjelaskan bahwa Subali sebenarnya telah berdosa, karena apabila masih suci, panah sakti milik Rama tidak akan mampu menembus kulitnya, bahkan senjata tersebut akan berbalik menyerang Rama. Setelah mendengar penjelasan yang panjang lebar dari Rama, Subali menyadari dosa-dosa dan kesalahannya kepada Sugriwa. Ia pun meminta maaf dan meminta agar Sugriwa merawat putranya yang bernama Anggada dengan baik. Subali juga merestui Sugriwa menjadi raja Kiskenda. Setelah itu, ia pun akhirnya meninggal dunia.
Menurut versi pewayangan, meskipun Subali memiliki Aji Pancasunya, tetapi saat itu ajalnya telah ditentukan oleh dewata. Oleh karena itu, ilmu tersebut sudah tidak berfungsi lagi sebagaimana biasanya.
Subali juga dikenal dalam dunia pewayangan Jawa sebagai seorang pendeta Wanara berdarah putih yang tinggal di puncak Gunung Sunyapringga. Ia memiliki Aji Pancasona yang membuatnya tidak bisa mati. Ilmu kesaktian tersebut diwariskannya kepada Rahwana, musuh besar Rama.
Nama Subali berasal dari kata bala, yang dalam bahasa Sanskerta bermakna "rambut". Konon ia dilahirkan melalui rambut ibunya, sehingga diberi nama Bali atau Subali. Setelah dewasa, Subali menjadi raja bangsa Wanara di Kerajaan Kiskenda, sedangkan Sugriwa bertindak sebagai wakilnya.
Menurut versi Ramayana, Subali dan Sugriwa adalah sepasang Wanara kembar yang dilahirkan oleh seorang ibu, tetapi berbeda ayah. Keduanya sama-sama putra dewa. Subali adalah putra Indra, sedangkan Sugriwa merupakan putra Surya.
Berbeda dengan versi aslinya, dalam pewayangan Jawa, Subali dan Sugriwa pada mulanya terlahir sebagai manusia normal. Keduanya masing-masing bernama Guwarsi dan Guwarsa. Mereka memiliki kakak perempuan bernama Anjani. Ketiganya merupakan anak Resi Gotama dan Dewi Indradi yang tinggal di Pertapaan Agrastina.
Pada suatu hari Anjani, Guwarsi, dan Guwarsa berselisih memperebutkan cupu milik ibu mereka yang luar biasa indahnya. Hal itu diketahui oleh Gotama. Indradi pun dipanggil dan ditanya dari mana cupu tersebut berasal. Gotama sebenarnya mengetahui kalau cupu itu adalah benda kahyangan milik Batara Surya yang bernama Cupumanik Astagina. Indradi yang ketakutan diam tak mau menjawab. Gotama yang marah karena merasa dikhianati mengutuk istrinya itu menjadi tugu. Ia lalu melemparkan tugu tersebut sejauh-jauhnya, sampai jatuh di perbatasan Kerajaan Alengka.
Meskipun kehilangan ibu, ketiga anak Gotama tetap saja memperebutkan Cupu Astagina. Gotama pun membuang benda itu jauh-jauh. Tanpa sepengetahuan siapa pun, Cupu Astagina jatuh di sebuah tanah kosong dan berubah menjadi telaga. Guwarsi dan Guwarsa begitu sampai di dekat telaga itu segera menceburkan diri karena mengira cupu yang mereka cari jatuh ke dalamnya. Seketika itu juga wujud keduanya berubah menjadi wanara atau kera. Sementara itu Anjani yang baru tiba merasa kepanasan. Ia pun mencuci muka menggunakan air telaga tersebut. Akibatnya, wajah dan lengannya berubah menjadi wajah dan lengan kera.
Anjani, Guwarsi, dan Guwarsa menghadap Gotama dengan perasaan sedih. Ketiganya pun diperintahkan untuk bertapa menyucikan diri. Anjani bertapa di Telaga Madirda. Kelak ia bertemu Batara Guru dan memperoleh seorang putra bernama Hanoman. Sementara itu Guwarsi dan Guwarsa yang telah berganti nama menjadi Subali dan Sugriwa masing-masing bertapa di Gunung dan Hutan Sunyapringga. Ketiga anak Gotama tersebut berangkat ke tempat tujuan masing-masing. Sesuai petunjuk ayah mereka, Anjani bertapa dengan gaya berendam telanjang seperti seekor katak, Subali menggantung di dahan pohon seperti seekor kelelawar, sedangkan Sugriwa mengangkat sebelah kakinya seperti seekor kijang.
Persahabatan Rahwana dan Subali
Versi Ramayana mengisahkan, Subali bersahabat dengan Rahwana raja bangsa Rakshasa dari Kerajaan Alengka. Pada mulanya mereka sempat berkelahi karena Rahwana datang untuk menaklukkan Kerajaan Kiskenda. Namun dalam pertarungan tersebut Rahwana kalah. Subali mengampuninya dan menjadikannya teman.
Versi pewayangan Jawa bahkan mengisahkan Rahwana kemudian berguru kepada Subali. Rahwana yang pandai bersandiwara berhasil meyakinkan Subali bahwa dirinya telah bertobat. Subali pun mengajarkan Aji Pancasunya kepadanya. Ia juga selalu menasihati Rahwana supaya menggunakan ilmu tersebut di jalan kebenaran.
Rahwana yang telah memperoleh ilmu baru berniat melanjutkan aksinya untuk menguasai dunia. Terlebih dahulu ia berusaha menyingkirkan Subali yang dianggapnya sebagai penghalang. Ia pun mengirim pembantunya yang bernama Marica untuk menyamar sebagai pelayan Tara. Pelayan palsu jelmaan Marica itu datang dan melapor kepada Subali bahwa Tara setiap hari disiksa Sugriwa. Konon Sugriwa juga mengungkit-ungkit nama Subali setiap kali menyiksa Tara. Subali marah mendengar laporan tersebut. Ia pun mendatangi Sugriwa di Kiskenda. Sugriwa dihajar tanpa ampun. Tubuhnya dilemparkan sampai jatuh dan terjepit di sepasang pohon asam kembar di puncak Gunung Reksyamuka. Subali kemudian menetap di Kerajaan Kiskenda serta menikahi Tara. Dari perkawinan itu kemudian lahir Anggada.
Kisah perselisihan Subali dan Sugriwa menurut versi pewayangan Jawa di atas agak berbeda dengan versi aslinya. Menurut versi Ramayana, sejak awal Subali sudah menjadi raja di Kerajaan Kiskenda. Kemudian datang seorang Rakshasa bernama Dundubi yang manantangnya adu kesaktian. Dalam pertarungan itu Dundubi berhasil dikalahkan. Ia melarikan diri sampai ke Gunung Reksyamuka tempat pertapaan Resi Matangga. Di pertapaan itu Subali membunuh Dundubi. Resi Matangga marah karena pertapaannya dikotori. Ia pun mengutuk Subali akan mati jika berani menginjakkan kaki di Gunung Reksyamuka.
Subali kemudian bertemu saudara Dundubi yang bernama Mayawi. Keduanya pun bertarung. Mayawi kalah dan melarikan diri ke dalam gua. Subali terus mengejarnya. Sugriwa ikut mengejar namun menunggu di luar gua. Ia mendengar suara raungan kakaknya dan melihat darah mengalir keluar gua. Sugriwa sedih dan mengira Subali telah tewas. Sugriwa kembali ke Kiskenda dan didesak rakyatnya untuk menjadi raja baru menggantikan Subali. Tiba-tiba Subali muncul dengan penuh rasa marah. Ternyata yang tewas adalah Mayawi, bukan dirinya. Ia pun menghajar Sugriwa sedemikian rupa. Sugriwa yang ketakutan melarikan diri ke Gunung Reksyamuka, di mana Subali tidak berani mengejarnya.
Kisah Kematian Subali
Sugriwa bersembunyi di Gunung Reksyamuka ditemani Hanoman yang setia kepadanya. Hanoman berhasil mempertemukan Sugriwa dengan Sri Rama, seorang pangeran dari Ayodhya yang kehilangan istri karena diculik oleh Rahwana. Keduanya pun mengadakan kesepakatan. Rama akan membantu Sugriwa memperoleh kembali takhta Kiskenda, sedangkan Sugriwa berjanji akan membantu Rama menyerang negeri Rahwana.
Sesuai rencana, Sugriwa pun datang ke istana Kiskenda untuk menantang Subali bertanding. Subali yang marah hendak menghadapi Sugriwa, tetapi dicegah oleh Tara, istrinya. Tara mencurigai Sugriwa yang dulu pernah kalah tetapi kini tiba-tiba berani datang untuk menantang bertarung. Namun Subali tidak menghiraukan nasihat istrinya itu. Ia memilih keluar untuk melayani tantangan adiknya. Antara Subali dan Sugriwa pun segera terjadi pertarungan sengit. Dari kejauhan, Rama yang ditemani adiknya, Laksmana, serta Hanoman, membidikkan panah ke arah Subali. Namun ia merasa bingung membedakan kedua Wanara kembar tersebut. Sugriwa yang kewalahan memilih melarikan diri. Rama datang menemui Sugriwa yang marah-marah karena merasa dikhianati. Rama mengaku bingung dan takut salah menyerang. Sugriwa pun dimintanya menantang Subali sekali lagi dengan mengenakan kalung untaian bunga sebagai penanda (dalam pewayangan Sugriwa diminta memakai kalung janur kuning).
Sugriwa kembali bertarung melawan Subali. Saat Sugriwa terdesak untuk yang kedua kalinya, Rama muncul dan melepaskan panahnya ke dada Subali. Subali pun roboh tak sempat menghindar. Subali yang sekarat dalam keadaan marah menghina Rama sebagai kesatria pengecut yang tidak tahu dharma. Mendengar penghinaan itu, Rama menjelaskan bahwa Subali sebenarnya telah berdosa, karena apabila masih suci, panah sakti milik Rama tidak akan mampu menembus kulitnya, bahkan senjata tersebut akan berbalik menyerang Rama. Setelah mendengar penjelasan yang panjang lebar dari Rama, Subali menyadari dosa-dosa dan kesalahannya kepada Sugriwa. Ia pun meminta maaf dan meminta agar Sugriwa merawat putranya yang bernama Anggada dengan baik. Subali juga merestui Sugriwa menjadi raja Kiskenda. Setelah itu, ia pun akhirnya meninggal dunia.
Menurut versi pewayangan, meskipun Subali memiliki Aji Pancasunya, tetapi saat itu ajalnya telah ditentukan oleh dewata. Oleh karena itu, ilmu tersebut sudah tidak berfungsi lagi sebagaimana biasanya.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Baca Juga
Jagal Abilawa
Jagal Abilawa adalah nama samaran dari Raden Brotoseno / Bima, dia menyamarkan diri karena pada masa itu para Pandawa mendapat ujian karena ...
-
DURYUDANA Duryodana utawa Duryudana iku ratu ing Ngastina (Hastina) Ing layang Mahabharata karan Droyudhana. Dasanamane miturut padh...
-
Buta Terong merupakan nama penokohan wayang yang tidak asing di dalam telinga orang Jawa. Buta Terong merupakan salah satu dari sekelompok ...
-
Di Riwayatkan Dalam pewayangan Jawa, Abimanyu dikenal pula dengan nama Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pengalasan, Partasuta, Kirityatmaja,...