Sunday, August 2, 2020

Cakil dalam Pewayangan

Cakil
CAKIL, tokoh raksasa dalam dunia pewayangan, khususnya pada Wayang Purwa. Meskipun Cakil bukan termasuk raksasa yang berukuran tubuh besar, bentuk penampilannya mudah dikenali. Rahang bawahnya menonjol panjang ke depan dengan satu gigi bawah mencuat panjang ke atas. Matanya selalu mengeriyip, agak memicing.

Selain itu warna suaranya juga khas, seperti suara orang tercekik, nadanya tinggi, berbeda dengan suara raksasa pada umumnya yang bernada rendah dan lantang. Hampir dalam setiap lakon ia muncul sebagai ‘komandan’ pasukan raksasa yang bertugas menjaga atau tapal batas kerajaan tertentu, Namun, dalam beberapa lakon tertentu Cakil juga tampil dengan peran menonjol.

Cakil muncul dalam lakon-lakon wayang dengan berbagai nama, antara lain Ditya Kala Gendir Penjalin, Ditya Kala Carang Aking, Kala Klantang Mimis. Ki Dalang kadang-kadang bahkan menciptakan nama baru bagi tokoh ini. Ia merupakan satu-satunya raksasa yang bersenjata keris, bukan satu tetapi dua, kadang-kadang tiga, tetapi selalu mati tertusuk kerisnya sendiri.

Tokoh peraga wayang Cakil oleh kebanyak dalang Wayang Kulit Purwa juga digunakan sebagai wayang srambahan untuk memerankan tokoh Kala Marica, anak buah Prabu Dasamuka dalam peristiwa penculikan Dewi Sinta pada seri Ramayana. Namun, pada perangkat Wayang Kulit Purwa yang lengkap, diciptakan tokoh peraga Wayang Kulit untuk peran Kala Marica. Bentuknya serupa sekali Cakil, tetapi rambutnya terurai, tidak digelung.

Perang antara Cakil dengan tokoh ksatria Bambangan disebut perang kembang, atau perang begal, hampir selalu muncul pada setiap lakon wayang. Perang itu ditampilkan baik pada pergelarang Wayang Kulit Purwa maupun pertunjukan Wayang Orang.

Refersensi lain

Kita tidak lagi asing terhadap sastra kuno Mahabrata yang selama ini kita ketahui berasal dari India. Namun, tidak seluruhnya cerita memiliki alur dan kisah yang sama jika dibandingkan dengan cerita adaptasi Indonesia.

Di Indonesia, salinan berbagai bagian dari Mahabharata, seperti Adiparwa, Wirataparwa, Bhismaparwa dan mungkin juga beberapa parwa yang lain, diketahui telah digubah dalam bentuk prosa bahasa Kawi (Jawa Kuno) semenjak akhir abad ke-10 Masehi. Yakni pada masa pemerintahan raja Dharmawangsa Teguh (991-1016 M) dari Kadiri. Karena sifatnya itu, bentuk prosa ini dikenal juga sebagai sastra parwa. Selain itu, versi Indonesia juga memiliki wayang kulit yang berasal dari Jawa maupun Bali sebagai media penghantar pengkisahan yang dilakukan oleh para dalang. Kisah asal-mula beberapa karakter tentunya memiliki beberapa perbedaan contohnya; dalam versi India, Gandari sangat menyayangi Pandawa meskipun beliau bukan anaknya. Sebaliknya dalam versi Indonesia, Gandari sangat membenci Pandawa.

Adapun karakter yang tidak dapat ditemukan dalam versi India seperti Buto Cakil. Karakter Buto Cakil ataupun yang sangat dikenal dengan sebutan Cakil ini merupakan 100% inovasi Jawa. Julukannya biasa dipanggil Gendir Penjalin dan memiliki wujud raksasa dengan ciri fisik rahang bawah yang maju ke depan. Tak heran beberapa komunitas motor terkadang menyebut helm serupa cakil karena sangat mirip dengan bentuk fisik tokoh tersebut. Meskipun berbentuk raksasa dan termasuk antagonis, Buto Cakil merupakan karakter yang mudah disukai. Buto Cakil tidak garang ganas pemarah seperti raksasa biasanya, justru ia suka bergurau dan suka bersenang-senang. Meskipun ia sangat humoristis, Buto Cakil merupukan tokoh yang pantang menyerah dan kukuh memegang kepecayaannya dan selalu berjuang sampai akhir hingga titik darah penghabisan.

Cakil bukanlah seorang yang tangguh. Ia sangat pasif dan tidak suka cari perkara dengan raksasa lain ataupun satria yang terlihat sangat kuat dan megah. Oleh sebab itu, ia sukanya mencegat ksatria kerempeng berpembawaan halus, atau ksatria muda lembut yang sekiranya mudah untuk dikalahkan. Itulah sebabnya, dalam Perang Kembang, Cakil selalu dipertemukan dengan Arjuna. Dalam setiap penampilan Buto Cakil yang dipaparkan, dia selalu bertempur dengan Arjuna yang baru turun keluar dari pertapaan di pelosok. Arjuna versi Jawa, sosoknya bertubuh langsing, halus gerak geriknya, dan saat keluar dari pertapaan, tidak menyandang pakaian kebesaran ksatria, tapi berpenampilan apa adanya. Pada kisah lain, Buto Cakil bertempur dengan Bambangan, ksatria muda yang baru keluar dari padepokan. Biasanya adalah putra Arjuna yang dalam setiap kegiatan blusukannya tak lupa menikahi perawan desa putra pertapa. Bisa dikatakan bahwa Cakil merupakan seorang yang pengecut atau orang yang sangat berjaga-jaga dalam memilih lawan. Bagaimanapun juga, Cakil dikenal selalu mati oleh tangannya sendiri. Di cerita Perang Kembang, ia tertusuk oleh kerisnya. Cakil mengajarkan kita bahwa orang yang berperilaku buruk di masa lalu dapat mendatangkan musibah bagi diri sendiri.
Tidak ada yang yakin pasti darimanakah Buto Cakil benar-benar berasal. 

Siapakah orang tua Cakil sebenarnya? Apakah dia seorang yatim-piatu yang kemudian diangkat oleh para raksasa? Sebagian besar orang mengatakan bahwa Cakil adalah sisi lain Arjuna. Kita tahu bahwa Arjuna terkenal dengan kebaikan dan kelemahlembutannya. Namun, ia juga terkenal dangan julukan Danasmara (perayu ulung) dan Janaka (memiliki banyak istri). Layaknya satria pemadi dan pemberani, dapat dikatakan bahwa Arjuna lemah dalam mengendalikan hawa nafsu birahi. Arjuna pernah dikisahkan telah memperkosa Dewi Anggraeni yang telah menolak cintanya. Ditengah-tengah hutan ditinggalnya Dewi Anggreni dalam keadaan hamil membuat hidup sang dewi sangat menderita dan diliputi kebencian serta dendam yang sangat mendalam pada Arjuna. Setelah berhasil melahirkan bayinya, Dewi Anggraeni meninggal dunia. Bayi yang dilahirkannya berwujud raksasa sebagai lambang nafsu bejat Arjuna dan dendam sang Dewi. Kelak kemudian hari bayi inilah yang dipanggil Cakil, anak hasil pemerkosaan Arjuna pada Dewi Anggraeni.

Jadi, bagaimana pendapat anda jika mendengar kisah tersembunyi tersebut? Apakah Arjuna perlu dihukum atas perlakuannya? Haruskah Buto Cakil mendapatkan balas dendam kepada Arjuna? Apa ini sebabnya mereka selalu dipertemukan? Pertemuan dan kisah antara Arjuna dan Cakil akan selalu menjadi hal yang lebih dari unik dalam kisah Mahabrata versi Jawa.

lirik di sepertiga malam - Rey Mbayang

Setelah ramai dengan kabar pernikahnnya dengan aktris Dinda Hauw, penyanyi Rey Mbayang kembali meramaikan media sosial. Kali ini ia datang lagi dengan lagu barunya yang berjudul ‘Di Sepertiga Malam’.

Baru dirilis dua hari, lagu barunya ini langsung menjadi trending di Youtube. Hingga kini, video musik ‘Di Sepertiga Malam’ sudah mendapatkan lebih dari 3 juta penonton.


Title : Di Sepertiga Malam
Artis : Rey Mbayang
Composer : Rey Mbayang
Arranger : Eza Septian

Di Sepertiga Malam

Lirik :
Saat kuputuskan bertemu orang tuamu
kuyakinkan diri kaulah yang terbaik
Dan saat kau memilih
Aku yang pantas untukmu
Hati ini berikrar tuk selalu menjagamu


Reff :
Ku yakin kaulah jawaban
Di setiap pintaku walau kubelum tahu namamu
Bisikan di sujudku di sepertiga malamku
Untuk kehadiranmu sempurnakan imanku

Saat kau memilih
Aku yang pantas untukmu
Hati ini berikrar tuk selalu menjagamu

Reff :
Ku yakin kaulah jawaban
Di setiap pintaku walau kubelum tahu namamu
Bisikan di sujudku di sepertiga malamku
Untuk kehadiranmu sempurnakan imanku


Buang cerita lama
Rangkai cerita baru
Menua bersama . . .


Friday, July 31, 2020

ANOMAN KRODHA | TIWIKRAMA



Semakin besar tubuh Anoman maka semakin besar juga kekuatannya. Anoman mampu membesar bertahap mulai dari tujuh kali lipat, tujuh puluh kali lipat, tujuh ratus kali lipat hingga tujuh ribu kali lipat dari ukuran semula. Bahkan besar tubuh Anoman Krodha mampu menyamai besar tubuh Brahala Sewu dan Dewa Amral. Kekuatan lengan-lengan Anoman Krodha mampu mencabut gunung dari tempatnya dan menggeser posisi matahari & bulan di langit.
Injakan kaki Anoman Krodha mampu membuat gempa dan membelah bumi, serta nafas Anoman mampu membakar hutan-hutan dan menguapkan lautan. Tebasan Kuku Pancanaka milik Anoman juga mampu membelah gunung dan lautan. Bila mengibas-ngibaskan. Tokoh ini merupakan tokoh akulturasi dari Mitolgi Hinduisme yang di-sanggit oleh para Pujangga Jawa.





Triwikrama atau sering disebut Tiwikrama adalah kemampuan titisan Wisnu dan beberapa makhluk lainnya untuk berubah ujud menjadi raksasa yang amat besar, bertangan seribu yang disebut brahala.
Dalam pewayangan, tokoh titisan Wisnu yang tergolong sering melakukan Tiwikrama adalah Arjuna Sasrabahu dan Kresna.
Selain titisan Wisnu, Dasamuka juga bisa bertiwikrama. Dalam keadaan biasa, Dasamuka hanya berkepala satu. Namun, ketika bertiwikrama ia berkepala sepuluh dan tubuhnya menjadi jauh lebih besar.

Dalam lakon carangan berjudul Dewa Amral. Prabu Yudhistira juga melakukan triwikrama. Begitu juga Anoman, beberapa buku pewayangan menyebutkan putra Dewi Anjani itu juga sanggup melakukan tiwikrama. Misalnya ketika ia menjadi duta, waktu ia menyeberangi lautan, Anoman diterkam Wilkataksani dan ditelannya. Saat Anoman berada di dalam tenggorokan raksasa itu, ia melakukan tiwikrama sehingga leher raksasa itu bedah dan Wikataksani mati seketika.
Dalam seni kriya, khusus untuk Kresna, Arjuna dan Puntadewa, peraga wayang yang menggambarkan keadaan tiwikrama disebut brahala.
Pada pewayangan gagrak Jawatimuran, Antareja yang sedang tiwikrama dilukisakan berwajah ular naga dan badannya bersisik. Arjunasasrabahu dan Dasamuka, jika sedang tiwikrama digambarkan bertangan banyak. Tangan-tangan kecil ditambahkan pada bahu dan lengannya.

Tuesday, July 28, 2020

Lirik Serpihan Hati | Wali

Wali - Serpihan Hatiku (Official Music Video NAGASWARA)
Artist : Wali
Title : Serpihan Hatiku
Composed by : Apoy
Arrangement : Wali


Lirik Lagu :

Bila saat nanti kau hancurkan hatiku
Ku tetap sayangimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau hancurkan

Bila saat nanti kau remukan hatiku
Ku tetap cintaimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau remukan

Lihatlah mentari pagi telah berganti senja sore hari
Begitupun yang terjadi pada setiap isi dihati
Bukan ku tak mempercayaimu
Tapi tak ada hati yang tak pernah tak berubah

Bila saat nanti kau hancurkan hatiku
Ku tetap sayangimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau hancurkan

Bila saat nanti kau remukan hatiku
Ku tetap cintaimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau remukan

(Sudahlah jangan fikirkan itu takkan ku lakukan
Serahkanlah pada Tuhan pemberi jawaban)

Bila saat nanti kau hancurkan hatiku
Ku tetap sayangimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau hancurkan

Bila saat nanti kau remukan hatiku
Ku tetap cintaimu walau hanya dengan serpihan hatiku
Yang telah kau remukan
Serpihan hatiku
Yang telah kau remukan

Bojomu semangatku - Happy Asmara - Lirik lagu

BOJOMU SEMANGATKU
Songwrite : GOPY
Voc : Happy Asmara


LIRIK JAWA :

Bojomu semangatku
Ojo nganti melayu ning aku
Jogoen rumaten ojo di loro ati
nek gak kepingin ku ambil kembali

tulung jogoen bojomu kuwi
ojo nganti ucul neng ngendi ngendi
ojo sampek ketemu ro aku
ben ra ciloko uripmu

Kowe tak kandani yen bojomu kuwi
Tau ngikat janji sehidup semati
Karo aku Nalikane mbiyen
waktu sek jamane pacaran

Bojomu semangatku
Ojo nganti melayu ning aku
Bojomu semangatku
Ojo nganti kerasan ning aku

Bojomu semangatku
Ojo nganti melayu ning aku
Jogoen rumaten ojo di loro ati
nek gak kepingin ku ambil kembali........




LIRIK INDONESIA :
SuamiMu semangatku
Jangan sampai berlari ke aku
Jagalah Rawatlah jangan kau buat sakit hati
Kalau tidak ingin Kuambil kembali

Tolong jagalah suamimu itu
Jangan sampai keluyuran kemana mana
Jangan sampai ketemu denganku
Supaya tidak celaka hidupmu

Kau kuberi tau Kalau suamimu itu
Pernah ngikat janji Sehidup semati
Bersamaku Waktu itu
Waktu masih masa pacaran

SuamiMu semangatku
Jangan sampai berlari ke aku
SuamiMu semangatku
Jangan sampai betah bersamaku

SuamiMu semangatku
Jangan sampai berlari ke aku
Jagalah Rawatlah jangan kau buat sakit hati
Kalau tidak ingin Kuambil kembali....

Tiwikrama adalah

bagi kita yang senang mengikuti atau menonton pagelaran wayang pasti tahu apa itu Tiwikarma? Tiwikarma adalah suatu ajian atau kemampuan untuk merubah diri menjadi Raksasa yang tak terkalahkan. Dalam lakon Kresna Duta, Sri Kresna sebagai utusan pihak Pandawa tak mampu menahan amarahnya tatkala mendengar jawaban dan melihat kelakuan Duryudana dalam menempik janji mereka untuk menyerahkan kembali kerajaan astina pada Pandawa meskipun telah diperingatkan tetua Astina seperti Resi Bisma dan lainnya.
atau juga ada yang menyebutkan bahwa Tiwikrama adalah kemampuan titisan Wisnu dan beberapa makhluk lainnya untuk berubah ujud menjadi raksasa yang amat besar, bertangan seribu yang disebut brahala. Dalam pewayangan, tokoh titisan Wisnu yang tergolong sering melakukan Tiwikrama adalah Arjuna Sasrabahu dan Kresna. Selain titisan Wisnu, Dasamuka juga bisa bertiwikrama. Dalam keadaan biasa, Dasamuka hanya berkepala satu. Tak hanya Sri Kresna yang memiliki kemampuan ini, Puntadewa atau Yudistira pun mampu merubah perangai aslinya yang lembut menjadi sosok yang mengerikan.
(Gambar kiri merupakan Anoman dalam kondisi Krodha koleksi Ki Kondang Sutrisno dan gambar kanan merupakan Anoman dalam kondisi normal).




gambar dari : wayang.id



Beberapa tokoh lainnya pun memiliki kemampuan serupa melakukannya.
salah satu contoh tiwikarma yaitu Anoman, beberapa buku pewayangan menyebutkan putra Dewi Anjani itu juga sanggup melakukan tiwikrama. Misalnya ketika ia menjadi duta, waktu ia menyeberangi lautan, Anoman diterkam Wilkataksani dan ditelannya. Saat Anoman berada di dalam tenggorokan raksasa itu, ia melakukan tiwikrama sehingga leher raksasa itu bedah dan Wikataksani mati seketika. Dalam seni kriya, khusus untuk Kresna, Arjuna dan Puntadewa, peraga wayang yang menggambarkan keadaan tiwikrama disebut brahala. Pada pewayangan Jawatimuran

Thursday, July 23, 2020

DURYUDANA dalam Bahasa Jawa

DURYUDANA


Duryodana utawa Duryudana iku ratu ing Ngastina (Hastina) Ing layang Mahabharata karan Droyudhana. Dasanamane miturut padhalangan: Suyudana, Jakapitana,Jayapitana, Kurupati, Gendharisuta, Dhasthaputra, Tri Mamangsah. Duryudana iku putrane Prabu Dhestharastra lan Dewi Gendhari sing tuwa dhéwé. Nalika lair ora salumrahe bayi, nanging wujud tengkelan daging, kaya tugelan daging kebo. Daging mau polah kroncalan. Déning Dewi Gendari daging ditendhang sakayange, satemah sigar dadi loro. Dewi Gendari saya duka. Sigarane daging sing sijiné diidhak-idhak, satemah ajur dadi pirang-pirang, pating kruget kaya singgat. Daging mau banjur ditutupi godhong lumbu. Daging sing gedhé dhéwé dadi bayi loro, Duryudana lan Dursasana. Déné daging sing cilik-cilik dadi adhi-adhine kang banjur karan Sata Kurawa. Tembung Sata tegesé satus (sanadyan cacahé 101), déné Kurawa iku mengku teges darah Kuru.
Duryudana sa adhi-adhine iku watake angkara murka, srei, jail-methakil, jalaran tansah diapusi lan diojok-ojoki déning bapa pamane, Patih Harya Sengkuni (Sakuni). Bedha karo Prabu Dasamuka, nata ing Ngalengka kae, sanajan padha-padha watake angkara murka, nanging yèn Dasamuka kabèh tumindhake sing angkara murka iku tukul saka prentule atine dhéwé. Déné yèn Duryudana anggoné duwé watak angkara murka amarga disetir déning Patih Sengkuni. Mula Duryudana iya banjur tansah mungsuhi marang para Pandhawa.
Garwa prameswarine Prabu Duryudana sesilih Dewi Banowati, putrine Prabu Salya ing Mandaraka. Sanadyan Duryudana iku wujudé cakrak, gantheng, nanging emane bodho banget. Pikirane landhep dhengkul. Isih ketambahan watake angkara murka. Muloa ora ana putri sing seneng karo dhèwèké. Nalika arep ngrabi karo Dewi Erawati (putri pembayune Prabu Salya), direbut utawa kalah dhisik karo Raden Kakrasana (Prabu Baladewa). Arep péngin ngrabi Dewi Surtikanthi (putrine Prabu Salya sing angka loro), didhisiki Suryatmaja (Adipati Karna). Wasana bisa dhaup karo Dewi Banowati amarga pitulungane Raden Permadi (Arjuna).Satemene Banowati ora duwé rasa tresna marang Duryudana, jalaran Banowati wis luwih dhisik sesambungan tresna marang Permadi.
Miniatur wayang Duryudana
Mula Banowati njaluk bebana: Gajah Putih, sratine putri sulisttya. Duryudana bisa miangkani bebana mau marga pitulungane Permadi. Banowati banjur njaluk bebana manèh: Patah (sing ngampingi penganten) putri ayu lan satriya bagus sing ngungkuli para priya ing Mandaraka. Kuwajibane patah iki ndandani manten putri sing ora liya sing dikarepake iya Permadi iku. Prabu Duryudana iya banjur utasan marang Patih Sengkuni ana pratapan Wukir Retawu ana ngarsane Begawan Abiyasa saperlu arep nyuwun ngampil Permadi supaya maesi temanten putri. Panembahan Abiyasa iya marengake Permadi kaboyong ana Mandaraka saperlu maesi temanten putri. Mula iya ora mokal, yèn Banowati kang banjur dadi garwane Prabu Duryudana iku satemene wis ora prawan manèh amarga diprawani Permadi. Saka anggoné bebrayan Banowati duwé anak loro lanang-wadhon, kang sesilih Raden Lesmana Mandrakumara iya Sarojakesuma lan Dewi Lesmanawati. Akèh sing mawastani yèn anak loro iki sejatine dudu anaké Duryudana, nanging ana uga kang nyebut yèn ramane Leksmanawati iku Arjuna.

bola-bali meh kasoran. Pungkasane Werkudara bisa ngerti yèn pengapesane Duryudana ana ing pupune (wentise)kang sisih kiwa. Nalika Duryudana lena kaprayitnane, wentise digitik nganggo gadha Rujakpolo déning Werkudara saéngga kuwandane Duryudana jengkelang gumebruk ing bantala. Nuli musthane dikepruk nganggo gadha lan pasuryane diungsep-ungsepake ana wadhas curi saéngga wewujudane memper jrangkong. Ana kaanan sekarat, Duryudana isih kober nguman-uman marang Werkudara lan para Pandhawa liyané. Diunek-unekake kaya mangkono iku Werkudara meh baé muntab kanepsone nanging dipenggak Prabu Kresna. Wusanane Duryudana enthek dayane lan banjur mati kanthi aniyaya ana sajeroning paprangan Baratayuda kang pungkasan, mbarengi ambruke nagara Ngastina. Mula perang iki banjur karan carita "Rubuhan Duryudana Gugur".


DURYUDANA dalam Bahasa Indonesia

Baca Juga

Jagal Abilawa

Jagal Abilawa adalah nama samaran dari Raden Brotoseno / Bima, dia menyamarkan diri karena pada masa itu para Pandawa mendapat ujian karena ...