Monday, June 29, 2020

Cerita Batara Yamadipati

Bathara Yamadipati merupakan dewa yang bertugas mencabut nyawa dan menjaga neraka, yang pada lakon “Nagatatmala – Mumpuni” Bathara Yamadipati sangat baik menjalankan tugasnya, sehingga mendapat suatu apresiasi dari Bathara Manikmaya dengan menghadiahinya Dewi Mumpuni untuk dinikahi. Namun hadiah tersebut ternyata merupakan ujian bagi Bathara Yamadipati karena Dewi Mumpuni yang ia nikahi berselingkuh dan ditakdirkan hidup dengan Nagatatmala. Sampai diakhir cerita Bathara Yamadipati memilih merelakan istrinya bahagia dengan Nagatatmala demi mematuhui takdir pahitnya dan demi nilai luhur kepatuhan yang selalu ia junjung.

Lakon “Nagatatmala – Mumpuni” merupakan lakon yang bersumber dari Serat Pustaka Raja Purwa yang dikarang / ditulis pada abad 18 oleh Raden Ngabehi Rangga Warsita, pujangga besar budaya Jawa yang hidup di Kasunanan Surakarta dan dianggap sebagai pujangga besar terakhir tanah Jawa. Bentuk karya sastra Pustaka Raja Purwa sendiri berupa tulisan prosa dan pusisi, yang isinya memuat
lebih dari 177 lakon yang salah satunya sendiri yaitu lakon “Mumpuni” atau dikenal dengan lakon “Nagatatmala – Mumpuni” yang kisahnya sendiri mengenai drama percintaan. Cerita atau kisah – kisah dalam serat Pustaka Raja Purwa bersumber / berhubungan dengan Epos Ramayana dan Mahabarata. Namun serat Pustaka Raja Purwa sebagian besar bercerita mengenai kehidupan para dewa atau leluhur tokoh
– tokoh Ramayana dan Mahabarata.
Terlepas dari banyaknya lakon dalam serat Pustaka Raja Purwa, yang akan dibahas dan dipaparkan pada laporan ini adalah lakon “Nagatatmala – Mumpuni”, dimana dibawah ini adalah cerita singkat lakon tersebut yang pada umumnya beredar dimasyarakat dan dalam dunia pewayangan.
Diceritakan awal kisah lakon “Nagatatmala – Mumpuni” adalah Bathara Yamadipati yang kala itu sangat baik menjalankan tugasnya sebagai penjaga neraka dan pencabut nyawa, ternyata mendapat suatu apresiasi dari adik sang ayah Bathara Yamadipati, yaitu Bathara Guru / Manikmaya. Apresiasi itu sendiri adalah menghadiahi Bathara Yamadipati seorang Dewi cantik yang bernama Mumpuni untuk dinikahi, Bathara Yamadipati pun menerimanya dengan senang hati hingga tak banyak membuang waktu mereka pun menikah dan hidup bersama di Kahyangan Hargadumilah. Hingga pada suatu waktu, ketika Bathara Yamadipati sedang bertugas menjaga neraka Yamaloka, tibalah kabar buruk dari abdi sang istri.

Dimana abdi tersebut menceritakan bahwa Dewi Mumpuni yang merupakan istri tercinta Bathara Yamadipati, dikabarkan tengah berselingkuh dengan Nagatatmala dan berencana pergi ke Saptapratala. Dengan emosi yang meluap – luap mendengar kabar tersebut, Bathara Yamadipati pun segera meninggalkan Yamaloka dan pergi ke kahyangan Hargadumilah. Namun sayanganya setelah Bathara Yamadipati sampai di kahyangan Hargadumilah, ternyata Nagatatmala dan istrinya Dewi Mumpuni sudah lebih dulu pergi. Bathara Yamadipati pun segera mengejarnya lagi ke Saptapratala. Sesampainya di Saptapratala bersiteganglah Bathara Yamadipati dengan Nagatatmala, hingga perkelahian pun pecah. Bathara Yamadipati yang sangat murka sangat berambisi untuk mengalahkan Nagatatmala. Pertarungan pun sangat sengit, dimana kahyangan dan bumi pun terguncang. Namun tak lama kemudian Bathara Narada yang merupakan resi / dewa penasehat yang sangat dijunjung akan petuah - petuahnya, merasakan perkelahian tersebut, dengan seketika Bathara Narada pun turun dari kahyangannya dan melerai perkelahian Bathara Yamadipati dengan Nagatatmala, serta tak mengunggu waktu lama Bathara Narada menjelaskan kepada Bathara Yamadipati bahwa perselingkuhan istrinya tersebut merupakan takdir, takdir bahwa Dewi Mumpuni sudah digariskan bersuami Nagatatmala. Hal tersebut pun di akui Dewi Mumpuni, ia berkata bahwa pernikahan dengan Bathara Yamadipati hanya karna rasa patuhnya akan hormat kepada Bathara Guru atau Manikmaya dan tentunya rasa cinta Dewi Mumpuni hanya kepada Nagatatmala. Mendengar penjelasan tersebut Bathara Yamadipati yang sebelum sangat emosi, seketika hancur hatinya, ia tak menyangka bahwa hal ini dapat menimpanya, dan dengan hati yang hancur Bathara Yamadipati tidak bisa berbuat apa – apa lagi, dengan sangat berat hati Bathara Yamadipati pun patuh akan takdir yang dijelaskan oleh Bathara Narada dan merelakan Dewi Mumpuni hidup bahagia bersama Nagatatmala.

Sunday, June 28, 2020

Siapakah Batara YAMADIPATI ?

 Sang Hyang Yamadipati merupakan anak dari Semar dan Dewi Kinatri, Menurut kitab Purana, Yama adalah putra Surya (dewa matahari) dan Saranya (putri Wiswakarma). Dia memiliki kakak bernama Waiwaswata Manu, dan saudara kembar perempuan bernama Yamuna. Selain itu, ia memiliki ibu tiri bernama Radnyi, Praba, dan Caya. Karena Caya lebih memperhatikan anak kandungnya sendiri daripada anak tirinya, Yama menendang kakinya. Hal itu membuatnya dikutuk bahwa kakinya akan digerogoti oleh cacing. Cacing-cacing tersebut juga akan menyebabkan kakinya bernanah dan berdarah. Untuk mengurangi kutukan tersebut, Surya memberikan seekor burung kepada Yama untuk memakan cacing-cacing tersebut. Kemudian Yama memutuskan untuk pergi ke sebuah tempat suci yang bernama Gokarna. Disana ia memuja Siwa dengan cara bertapa selama ribuan tahun. Siwa berkenan dengan tapa yang dilakukan Yama, lalu ia diangkat sebagai dewa kematian. Ia diberi hak untuk menjatuhkan hukuman kepada orang-orang yang melakukan dosa, dan memberikan berkah kepada orang-orang yang berbuat kebajikan. dia memiliki istri bernama Dewi Mumpuni yang digambarkan sangat cantik. Dewi Mumpuni ini sebenarnya menikahi Sang Hyang Yamadipati dengan terpaksa sebab ia adalah istri pemberian Batara Guru untuk Sang Hyang Yamadipati. Yamadipati adalah seorang dewa yang digambarkan memiliki wajah yang menyeramkan dan memiliki tubuh yang besar dan menakutkan, bahkan jika seseorang yang melihat sosoknya dipercaya akan mendapat celaka. Arti dari namanya adalah Rajanya Neraka sebab dia bertugas menjaga neraka dan mencabut nyawa manusia yang sudah hampir mati. Ketika bertugas untuk mencabut nyawa dia membawa semacam tali tampar atau disebut juga dadhung.

Suatu ketika dia diceraikan oleh istrinya Dewi Mumpuni yang kemudian menikah dengan Bambang Nagatatmala. Hati Sang Hyang Yamadipati pun sangat terluka dan ia mulai jarang pulang ke Khayangan Hargadumilah, tempat dimana ia tinggal. Dewi Mumpuni mengatakan bahwa dia terpaksa menjadi istri Yamadipati karena Ia menghormati Batara Guru. Meskipun Yamadipati merasa kecewa terhadap Dewi Mumpuni karena telah menceraikannya, Ia tetap mencoba untuk berbesar hati dan merelakan Dewi Mumpuni menikahi orang yang dicintainya.

Pada suatu waktu ketika Yamadipati melaksanakan tugasnya mencabut nyawa seorang manusia yang bernama Setyawan, Yamadipati sangat terkesan oleh istri Setyawan yang bernama Sawitri. Sawitri sangat mencintai suaminya sehingga ia membuat Sang Hyang Yamadipati berbelas kasihan kepadanya. Maka, Setyawan pun dibiarkannya tetap hidup dan bahagia bersama istrinya.

Sang Hyang Yamadipati merupakan potret kehidupan manusia Indonesia yang mampu berbesar hati dalam menerima sebuah keadaan. Walaupun merasa dirugikan atau tersakiti, Sang Hyang Yamadipati masih mampu untuk berbaik hati. Ini merupakan salah satu contoh sikap penyabar dan tidak memendam kekesalan.
Versi Pewayangan Jawa Dalam cerita wayang jawa disebut dengan nama Bathara Yama/Yamadipati. Ia adalah anak ke delapan dari sepuluh orang putra Sanghyang Ismaya dengan Dewi Senggani. Kesembilan orang saudaranya masing-masing bernama; Bathara Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati, Bathara Siwah, Bathara Kuwera, Bathara Candra, Bathara Kamajaya, Bathara Surya dan Dewi Darmanesti. Bathara Yama bertempat tinggal di Kahyangan Hargadumilah. Ia dahulunya berwajah tampan. Tetapi karena memendam rasa kekecewaan yang berkepanjangan dan akhirnya meledak menjadi kebencian, wajahnya berubah menjadi bengis menyeramkan sebagai akibat perbuatan Dewi Mumpuni, istrinya. Dewi Mumpuni hapsari Kaideran yang karena terpaksa menjadi istri Bathara Yama atas perintah Sanghyang Manikmaya, akhirnya kabur dari Kahyangan Hargadumilah setelah bertemu dengan Bambang Nagatmala, putra Hyang Anantaboga dengan Dewi Suprepti dari Kahyangan Saptapratala.
Bathara Yama tidak dapat berbuat apa-apa karena Sanghyang Manikmaya memutuskan, sesuai takdir Dewi Mumpuni harus berjodoh dengan Nagatmala. Karena menahan amarah, wajah Bathara Yama berubah menjadi setengah raksasa. Oleh Sanghyang Manikmaya, Bathara Yama kemudian ditetapkan sebagai penguasa neraka dan bertugas untuk mencabut nyawa manusia yang mati karena takdir.

Friday, June 26, 2020

membuat wayang dari kertas

Buta Rambut Geni diciptakan pada zaman kerajaan Mataram tahun Jawa 1552 ini mempunyai ciri khusus, rambutnya berupa api, dahi nonong dan kakinya bertaji seperti ayam jantan. Bersama dengan rekan-rekannya, Buta Prepat muncul dalam perang kembang.
Wayang karakter buto dikeluarkan saat sang tokoh sedang triwikrama telah habis kesabaran dan kebijaksanaannya sehingga nafsu amarahnya memuncak. Disebut juga Brahalasewu atau Balasewu. Tokoh-tokoh yang dapat bertriwikrama menjadi Brahalasewu adalah Batara Guru, Batara Ismaya, Batara Wisnu, Prabu Arjuna Sasrabahu, Prabu Kresna, Prabu Darmakusuma dan mungkin masih ada yang lain lagi.

Tuesday, June 23, 2020

siapakah Buto Terong ? Buto Terong adalah....

Buta Terong merupakan nama penokohan wayang yang tidak asing di dalam telinga orang Jawa.  Buta Terong merupakan salah satu dari sekelompok bangsa raksasa liar yang banyak mendiami hutan-hutan di wilayah tengah dan sisi tenggara dalam dunia wayang.
Buta Terong jumlahnya tersebar sangat banyak dan mereka hidup dengan mengelompok. Makanan kegemaran mereka adalah manusia hidup.

Seperti kebanyakan dari bangsa raksasa, Buta Terong juga sangat takut pada bangsa Ular dan bangsa Dewa. Lalu dari mana nama Buta Terong diambil? Nama Buta Terong ini diambil karena bentuk dari hidungnya yang khas dan mirip serupa dengan buah terong. Buta Terong adalah termasuk punggawa raksasa kecil (dalam bahasa jawa buta rucah), dalam perang kembang atau perangnya buta cakil dengan seorang satria kadangkala Ki Dalang juga memainkan tokoh wayang Buta Terong yang dipertemukan dengan Petruk atau Bagong, raksasa ini tak punya kesaktian apa-apa sering kali dipermainkan oleh Petruk dan Bagong sebagai bahan ketawaan.

Buta Terong mempunyai hidung menyerupai buah terong kalau hidung tersebut disingkap akan jelas perkataan Buta Terong, namun kalau tidak pembicaraanya sulit ditangkap oleh lawan bicaranya.

Oleh karena kesaktiannya, dalam lakon pewayangan Buta Terong sering menjadi lawan dari ksatria-ksatria yang lebih besar seperti Bima/Werkudara. Sedangkan Buta Cakil menjadi lawan yang pantas untuk ksatria yang lebih kecil dan anggun seperti Arjuna. Buta Terong termajsuk dalam golongan Buta Prepat yang terdiri dari empat raksasa, yaitu
- Buta Cakil,
- Buta Rambut Geni,
- Buta Terong,
- dan Pragalba Kala.

Monday, June 22, 2020

Waduk Oro Oro Ombo - Ngetos - Nganjuk

waduk oro oro ombo adalah sebuah irigasi yang terdapat di desa oro oro ombo ngetos dan juga merupakan tempat wisata waduk milik Kabupaten Nganjuk. waduk oro oro ombo ini terletak di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, terletak sekitar kurang lebih 25 km ke selatan dari pusat Kota Nganjuk. Waduk oro oro ombo ini memiliki kedalaman kurang lebih 4 meter dan sering dikunjungi oleh masyarakat setempat sebagai rekreasi keluarga dan juga tempat pemancingan.

waduk oro oro ombo Didirikan sejak tahun 2010, waduk oro oro ombo di gunakan masyarakat sekitar untuk irigasi. Waduk oro oro Ombo berada di pegunungan dikelilingi oleh panorama lereng gunung yang sangat indah. sobat bisa menikmati keindah panora pesona nuansa pegunungan yang indah. di waduk oro oro ombo ini pengunjungnya kebanyakan masih dari orang-orang lokal.
di Waduk oro oro ombo Kita bisa memancing di karenakan di setiap tahun di waduk oro oro ombo di tabur bibit ikan yang memang bertujuan untuk para penghobi mancing untuk daya tarik tersendiri para pengunjung dan di kelilingi lereng pegunungan yang sangat indah yang yang bisa kita nikmati pemandangannya. Ada begitu banyak pohon di sekitar waduk jenis pohonnyapun sangat beraneka ragam, cuaca panas di Nganjuk dan cuaca bukit ini membuat kombinasi yang baik untuk memancing di bawah pohon. Bentuk Hills sekitar waduk bisa menjadi pemandangan yang indah untuk mengambil gambar. Ini adalah harmonis objek yang dapat menjadi pilihan untuk menyegarkan dengan keluarga dan cukup cocok untuk orang yang suka memancing, dan juga bisa menjadi spot photo alami yang sangat menakjubkan, sekarang ini juga sudah terdapat beberapa vila yang mungkin suatu saat nanti akan menjadi objek wisata keluarga yang banyak pengunjungnya.

Sunday, June 21, 2020

Siapakah Tokoh Wayang TOGOG ? dan cerita tentang TOGOG

Dalam jagad pewayang, nama Togog sudah cukup sangatlah dikenal. Togog digambarkan sebagai sosok bermata juling, hidung pesek, mulut lebar dan ndower, tak bergigi, kepala botak, rambut hanya sedikit di tengkuk, bergelang, berkeris, bersuara bass. Pada setiap lakon, dia “ditakdirkan” untuk mendampingi majikan berhati congkak, keras kepala, mau menang sendiri, hipokrit, otoriter, dan antidemokrasi. Suara-suara bijak dan pesan-pesan moralnya (nyaris) tak pernah didengar, sehingga dia ikut tercitrakan sebagai tokoh berwatak jahat. Nasib Togog memang tak seberuntung Semar meski sama-sama merupakan cucu Sanghyang Wenang.

di ceritakan pada zaman kadewataan diceritakan Sanghyang Wenang mengadakan sayembara untuk memilih penguasa kahyangan dari ketiga cucunya, yaitu Bathara Antaga (Togog), Bathara Ismaya (Semar), dan Bathara Manikmaya (Bathara Guru). Barang siapa yang dapat menelan bulat-bulat dan sanggup memuntahkan kembali gunung Jamurdipa, dialah yang akan terpilih menjadi penguasa Kahyangan.

Sayembara pun digelar. Pada giliran pertama, Bathara Antaga (Togog) mencoba untuk melakukannya, tetapi apa yang terjadi? Togog gagal menelan gunung Jamurdipa. Mulutnya pun robek sehingga jadi dower. Giliran berikutnya adalah Bathara Ismaya (Semar). Gunung Jamurdipa memang dapat ditelan bulat-bulat, tetapi gagal dimuntahkan, sehingga perut Semar membuncit karena ada gunung di dalamnya. Karena sarana sayembara sudah musnah ditelan semar, maka yang berhak memenangkan sayembara dan diangkat menjadi penguasa kadewatan adalah Sang Hyang Manikmaya atau Bathara Guru, cucu bungsu dari Sang Hyang Wenang. Adapun Bathara Antaga (Togog) dan Bathara Ismaya (Semar) akhirnya diutus turun ke marcapada (dunia manusia) untuk menjadi penasihat dan pamong pembisik makna sejati kehidupan dan kebajikan pada manusia. Syahdan, Semar dipilih sebagai pamong untuk para ksatria berwatak baik (pandawa), sedangkan Togog diutus sebagai pamong untuk para ksatria dengan watak buruk.

Begitulah “takdir” yang mesti dijalani Togog. Dari masa ke masa, dia terus mendampingi kaum aristokrat berwatak culas dan berhati busuk. Namun, kehadirannya hanya sekadar jadi pelengkap penderita. Dia selalu gagal membisikkan suara-suara kebajikan ke dalam gendang nurani junjungannya. Angkara murka jalan terus, watak ber budi bawa laksana pun hanya terapung-apung dalam bentangan jargon dan slogan. Togog merasa telah gagal mewujudkan sosok ksatria pinunjul, arif, santun, bersih, dan berwibawa.

Saturday, June 20, 2020

LOS DOL - Lirik lagu


LOS DOL

- Cipt : Denny Caknan X Lek Dahlan
- Artis : Denny Caknan

Lirik :

Los Dol ndang lanjut leh mu Whatapp an
cek paket datane, yen entek tak tukokne
tenan dik elingo yen mantan nakokne
iku ora rindu,
nanging kangen kringet bareng awakmu

tak gawe los dol blas aku ra rewel
nyanding sliramu sing angel di setel
tutuk - tutuk no chatingan karo wong liyo
rapopo, aku ra gelo,
kok tutup - tutupi, nomere mbok ganti
firasat ati angel di apusi
senajan mbok ganti tukang las, bakul sayur lan tukang gas
titeni, bakale ngerti

reff :
Los Dol ndang lanjut leh mu Whatapp an
cek paket datane, yen entek tak tukokne
tenan dik elingo yen mantan nakokne
iku ora rindu,
nanging kangen kringet bareng awakmu

Baca Juga

Jagal Abilawa

Jagal Abilawa adalah nama samaran dari Raden Brotoseno / Bima, dia menyamarkan diri karena pada masa itu para Pandawa mendapat ujian karena ...